"Hidup bahagialah dengan Afka, Tzuwi."
Siska memejamkan matanya, berharap keputusan yang ia ambil untuk mengikuti rencana Afka adalah yang terbaik. Dia bukannya ingin menyakiti Ghirel, hanya saja untuk saat ini biarlah Tzuwi egois sesaat. Hanya sebentar hingga anaknya terlahir. Dia tidak bisa memberikan Tzuwi kepada sembarang pria, membuat sahabatnya harus menelan pahitnya rumah tangga hanya demi pengakuan dan warisan dari kedua orang tuanya.
"Sayang?" Suara lembut Afka membuat Siska menegang sempurna. Mata yang tadinya terpejam kini terbuka, melihat Ghirel yang diam mematung di depannya. Tepat di depannya. Tangan gadis itu bergetar, bibirnya pucat pasi dengan keringat dingin yang mengucur deras di keningnya.
"Maaf, aku tidak berniat mengganggu..." Ghirel berniat undur diri, menjauh dari Afka dan teman-temannya yang memiliki dunianya sendiri. Di sadar bahwa dia tidak memiliki hak untuk bergabung dengan mereka.