Chereads / Kenapa Aku Sendirian / Chapter 14 - Siapa peduli?

Chapter 14 - Siapa peduli?

Setelah menggatakan itu kepada Nero, Katanci bertanya ke Rira kalau Neko sudah mati. Kemudian Rira berjalan ke makanan yang sedang di siapkan Katanci dan Nero.

Rira sepertinya tidak peduli kepada Neko yang sudah mati. Harapan Nero saat Rira tahu Neko sudah mati, Rira menangis di pelukan-nya tapi hal itu pasti tidak akan terjadi. Lyra bisa memenggal Nero menggunakan barang yang sangat tajam berbentuk huruf X yang di letakkan tepat di kepalanya.

Nero akan di berikan soal hitungan yang cukup sulit dan jika salah jawab benda itu akan jatuh lalu Nero terpenggal di tempat.

Di pemenggalan ada dua cara yaitu, pertama berdiri sambil tangan kaki di rantai erat supaya tidak lari rantai itu di ikatkan di kedua tiang yang menyangga benda dengan bentuk huruf X tersebut. Saat jatuh orang itu pasti akan terbelah menjadi dua,

Cara kedua ialah, orang yang akan di penggal membaringkan tubuhnya di tempat yang sudah di sediakan lalu ia menatap ke bawah dengan kedua tangan yang di tahan menggunakan balok kayu. Saat X jatuh maka hanya kepala orang itu yang terpenggal tidak dengan tubuhnya.

Lanjut, harapan Katanci saat Rira tahu bahwa Neko sudah mati ialah menyuapinya makan saat ia sedang menangis, Katanci senang jika ia tertawa di atas penderitaan orang lain.

Tidak ada satu harapan dari mereka berdua yang menjadi kenyataan. Rira sedang menikmati sarapan-nya sambil tersenyum senang karena dapat mendapatkan sarapan yang enak.

"Rira makan-nya jangan cepat-cepat nanti tersedak!" Katanci menyuruh Rira untuk makan pelan-pelan.

Pada saat ini, Rira makan seperti sedang berlomba, dia makan sangat cepat seperti belum makan selama beberapa hari. Rira minum air seperti akan mandi, airnya tumpah kemana-kemana.

Semua makanan di habiskan sendiri oleh Rira, Nero dan Katanci yang tidak kebagian makanan terpaksa membuat lagi. Untungnya masih ada bahan yang tersedia.

Katanci dan Nero kembali masak makanan. Nero sedang membersihkan ikan untuk di bakar, ikan yang di dapat Nero berasal dari persediaan makanan yang ia bawa menuju kemari (sebelum datang ke desa Rira, dia menyiapkan bahan makanan yang banyak menggunakan tas sihir)

"Nero tas sihirmu itu cukup unik padahal kamu tidak bawa apa-apa tapi dengan mudah mengambil bahan dari tasmu, bagaimana caranya?" Katanci memotong-motong wortel.

"Cara kerjanya tinggal masukkan bahan ke dalam tas yang berukuran besar tapi tas itu tidak perlu di bawa, jadi tinggal menyebut bahan yang di inginkan maka bahan itu akan datang sendiri." Nero menjawab sambil menyiapkan api untuk membakar ikan.

Persediaan yang Nero bawa cukup banyak mulai dari sayuran, buah-buahan, jamur, rumput, dan alat-alat memasak.

Saat hari mulai siang....

"Saatnya sarapan~" suara Nero sedikit lesu karena belum makan.

"Bolehkan aku makan lagi?" Rira duduk.

Katanci dan Nero tidak masalah jika Rira makan lagi asalkan tidak di habisakan sendiri.

Dengan suasana yang tenang karena jauh dari desa dan udara yang sangat menyegarkan melewati mereka bertiga.

Mereka bertiga pun makan bersama dengan rasa yang sangat penasaran dalam lubuk hati mereka bertiga. Di ikuti dengan suara binatang buas sihir yang memantau atau sedang ingin memangsa Rira. Binatang buas sihir itu berada di samping Rira.

"Naaaa..... Rira kenapa kau diam ada monster di sampingmu!" Katanci terlihat gelisah karena Rira seperti tidak merasa kalau dia dalam bahaya.

"Benarkah? hehehehee...jangan khawatir aku ini kuat saat kenyang!" senyum riang Rira yang tidak merasa dalam bahaya.

"lan–" Nero ingin mengeluarkan sihirnya tapi Rira menolak untuk di tolong karena monsternya tidak berbahaya.

Namun, monster itu mirip serigala dengan mulut seperti buaya. Monster itu yang duduk diam di samping Rira tiba-tiba menggigit leher Rira yang membuat Nero dan Katanci kaget.

"Cuaca cerah..." senyum santai Rira.

"Aku segera menolongmu tahan he–" Katanci berusaha menyembuhkan leher Rira, lalu Nero memanggil tombak apinya untuk membunuh monster itu.

Tapi Rira bilang tidak apa-apa yang membuat Katanci dan Nero tidak jadi menolongnya dan kembali melanjutkan sarapan mereka. Setelah itu monster itu merobek kulit Rira yang ada di lehernya dan darah pun keluar sangat banyak.

"Aku segera menolong–" Nero kembali ingin menolong Rira dan lagi-lagi Rira menolak. Dan Nero kembali makan lagi.

"Emangnya kau peduli Nero dengan Rira?" Katanci bertanya dengan pipi penuh daun yang Nero masak.

"Soal itu..." Nero binggung,

Rira terlihat pusing karena kekurangan darah dan berdiri untuk memarahi Nero karena mengambil sayurnya yang ada di samping kebun gandum.

"Siapa peduli yang penting makan.." Katanci dan Nero menggatakan secara bersamaan.

Tapi Rira tambah marah dan tanpa sengaja tangan-nya menyentuh monster itu dan membuatnya meledak seperti balon. Setelah melihat itu Nero langsung bersujud di hadapan Rira.

Nero juga menyuruh supaya Katanci ikut bersujud, namun Katanci menolak karena yang memanen bukan dia melainkan Nero. Rira langsung terjatuh karena kekurangan darah.

"Siapa peduli tadi di tolong malah di tolak." Nero tidak mau menolong Rira.

"Siapa yang peduli jika kita di kepung oleh kawanan monster itu.." Katanci melihat sekitar dan sudah terlambat karena mereka sudah di kepung.

"Siapa hayooo...yang bakal membasmi monster itu?" Lyra berganti dengan Rira dan bersantai di bawah sinar matahari sambil menyembuhkan luka Rira.

Nero dan Katanci menatap Lira yang sedang bersantai-santai mereka dikepung oleh kawanan monster ini. Saat cuaca cerah saat ini lebih baik bersantai-santai tapi mungkin lebih mungkin jika tidak dikepung oleh kawanan monster.

Nero dan Katanci bersiap-siap untuk menyerang monster-monster itu yang datang tanpa diundang. Meskipun mereka kalah jumlah bukan berarti kekuatan mereka tidak mampu mengalahkannya karena mereka berdua bukanlah orang sembarangan.

Saat ini yang bisa mereka lakukan hanyalah bertarung atau bertahan hidup dan Lyra bingung kenapa Rira mau ikut bersama mereka padahal mereka bukanlah orang yang dia kenal seharusnya tetap berada di desanya.

Tapi kenapa dia pergi meninggalkannya tidak masalah jika dia meninggalkannya tapi yang ditakutkan oleh Lyra adalah masa yang akan segera datang jika takut terjadi sesuatu kepada Rira diluar dugaannya Lyra.

Berharap tidaklah melakukan hal yang ada diluar dugaannya sekarang hampir tiba waktunya Rira memiliki sebuah lensa mata sedikit retak akankah bertahan lama Lyra hanya bisa berharap hal itu tidak akan pernah terjadi.

Tapi takdir tidak bisa diubah begitu saja harapan Lyra dan Rira emang lah berbeda jalan yang mereka tempuh juga berbeda.

Meskipun begitu mereka berharap mereka tetap bersama serta apapun yang terjadi nanti akan dipenuhi oleh jalan yang berduri-duri nanti akan dipenuhi oleh pengorbanan dan kesedihan.