Chereads / Bad Memories / Chapter 2 - Kisah yang Hampir sama

Chapter 2 - Kisah yang Hampir sama

" Saya boleh tahu nama ibu terlebih dahulu? " Kata gue sambil tersenyum lalu mengambil buku untuk menulis kasus klien.

" Saya Ratna"

" Oke, Bu Ratna mau minta bantuan saya dalam kasus apa?"

" Saya punya anak, sekitar 8 tahun. Dia.... (Tiba-tiba suara Bu Ratna mulai tertekan)

" Dia? " Tanya gue pelan

" Dia jadi korban pelecehan seksual pamannya". Tangis Bu Ratna pecah setelah sempat dia tahan.

" .... " Gue hanya bisa menenangkan Bu Ratna.

" Mereka kejam dengan anak saya" Rintih Bu Ratna

" Sabar ya, saya tahu ibu orang yang kuat ". Ujar gue sembari menepuk pundaknya

" Saya akan melakukan segala cara agar Bu Ratna mendapatkan keadilan" kata gue

" Tapi, pamannya adalah orang yang terpandang. Sangat sulit untuk mengalahkan mereka " Rintih Bu Ratna sekali lagi

" Bahkan orang terpandang pun tidak bisa lepas dari jerat hukum, Let's prove it!"

" Saya bisa percaya penuh sama kamu? " Tanya Bu Ratna sembari menyeka air matanya.

" Tentu (jawab gue dengan mata yang penuh keyakinan)."

" Saudara dari ayahnya sangat membenci putri ku karena dia anak di luar nikah "Jelas Bu Ratna sekali lagi

Gue hanya tertegun mendengar apa yang baru saja disampaikan Bu Ratna

Badan gue seolah dicambuk habis, rentetan masa lalu seolah kembali berputar di otak gue. Badan gue mendadak lemas, bahkan terasa sesak di dada. Menyadari ada yang aneh pada gue, Bu Ratna pun bertanya.

" Kamu kenapa? " Tanya Bu Ratna heran

" Hah, eng... enggak saya gapapa" gue berusaha menenangkan diri

" Mereka menganggap anak saya pembawa sial, mereka memperlakukan anak saya seperti hewan" pungkas Bu Ratna sambil menahan sesak

" Maaf Bu Ratna, apa kita bisa melanjutkan obrolan ini besok? " Tanya ku

" Bisa "

" Makasih Bu Ratna, besok kembali lagi dengan cerita yang lebih lengkap ya Bu. Saya janji akan memperjuangkan hak kalian" kata ku sambil menggenggam erat tangan Bu Ratna

" Terima kasih " Bu Ratna tersenyum lalu beranjak pergi dari ruangan.

Setelah memastikan Bu Ratna sudah jauh, gue menutup ruang rapat lalu memukul meja mencoba meluapkan emosi.

" Hah! Gue udah ngubur dalam cerita itu. Gue nggak nyangka cerita itu kembali diingatan gue" teriak gue.

Tiba-tiba ada yang menepuk pundak gue dari arah belakang.

" Mbak ( Sambil menepuk pundak gue) "

" Ah( sambil menutup kuping ) Enggak!" Teriak gue lagi

" Kenapa mbak? Ini saya Katya" Katya merangkul pundak dari belakang

"( gue berbalik mencoba memastikan apakah itu benar Katya) Katya gue takut".

" Takut apa mbak? Disini ada hantu ya" Katya melihat-lihat sekitar.

" Kat, gue perlu waktu buat sendiri dulu " pungkas gue pelan

" Iya mbak " Katya berlalu meninggalkan gue sendiri diruangan.

Setelah Katya pergi, gue cuma bisa tertunduk dengan tatapan kosong.

" Kenapa sih kata-kata itu muncul lagi!? ( Rintih gue) Kenapa!!?? (Gue berteriak) "

Tanpa sadar teriakan gue membuat seluruh karyawan di kantor mendatangi ruangan rapat.

" Dy, kenapa kamu? " Tanya laki-laki di arah belakang, mendengar suara itu gue refleks duduk sambil menutupi kuping gue dengan kedua tangan gue.

" Audy, ini pak Herman. Kamu kenapa? " Pak Herman membungkukan badannya.

" Saya..... " Kata gue sambil melihat pak Herman

" Kamu istirahat dulu aja ya, nanti ke ruangan saya " pak Herman tersenyum mencoba menenangkan.

" Semuanya, bubar ngapain pada disini " ujar pak Herman kepada karyawan yang berkumpul diruangan rapat.

Gue mencoba menenangkan diri, menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan lalu berbicara di dalam hati.

" Gue yakin gue bisa! Ayo Audy semangat! "

Gue beranjak dari ruang rapat menuju kantin kantor, karena ternyata stres membuat perut gue laper.

" Selamat siang Bu Yani " sapa gue kepada ibu kantin kantor

" Neng Audy, mau makan apa? " Kata Bu Yani sambil mengambil piring yang ada di mejanya

" Apa aja deh Bu, kalo masakan Bu Yani mah ga bakal mengecewakan "

" Ah sih Eneng bisa aja " Bu Yani tersenyum malu

" Bentar ya ibu siapin dulu " lanjut Bu Yani

" Oke Bu "

Bu Yani orang yang baik, dia berjualan disini sejak tahun 2008 ( pertama kali kantor di buka ), dia selalu tersenyum hangat kepada pelanggannya, diusia 59 tahun mungkin banyak orang yang udah beristirahat dirumah atau pensiun tapi karena Bu Yani seorang janda, suami dan anaknya meninggal saat mengendarai mobil , sehingga Bu Yani harus bekerja demi bertahan hidup.

Sekarang Bu Yani hidup seorang diri, kepedihan hidupnya tak lantas membuat Bu Yani menyerah dia sosok yang sangat hebat.

" Ini Neng makan siangnya" kata Bu Yani

" Ahhh makasih ya Bu ( sembari mengambil piring ditangan Bu Yani )".

Gue duduk dimeja kantin, kantin udah sepi karena jam makan siang sebenarnya udah lewat. Dari arah belakang gue sayup-sayup denger ada yang manggil gue

"Audy... " Teriak seseorang dari kejauhan

" ..... ( Gue menoleh kebelakang )"