Seminggu kemudian.
Awalnya, Gabby ingin berangkat sekolah menggunakan kendaraan ojek online tapi ayahnya rela izin tidak masuk kantor untuk mengantar anaknya ke sekolah dengan alasan tidak mau anaknya kesasar, dan memasuki sekolah yang salah. Akhirnya Gabby diantar ke sekolah oleh ayahnya dengan mobil berwarna hitam.
Gabby mengenakan seragam putih abu-abu, rambutnya yang panjang dibiarkan terurai. Gabby duduk di kursi penumpang, di samping ayahnya yang sedang menyetir dan melihat ke arah luar dengan tatapan yang kosong.
Cuaca hari ini lembab karena kemarin kota Bandung diguyur hujan deras tapi entah kenapa Gabby merasa gerah, sangat gerah seakan-akan dia dapat menghabiskan dua mangkok es campur.
Membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk sampai ke sekolah baru Gabby. Jalanan pagi itu sangat padat yang mengakibatkan Gabby bertanya-tanya, apa mereka semua bersemangat untuk melakukan aktivitas mereka masing-masing atau memang Bandung selalu ramai.
Sesampainya di gerbang sekolah yang tinggi berwarna putih, Gabby dapat merasakan tanganannya berkeringat karena dia melihat banyak wajah asing yang turun dari motor ojek online, ada yang berjalan kaki, dan beberapa dari mobil bawaan mereka sendiri.
Ayah Gabby memarkir mobilnya dan bersiap-siap ikut turun. Saat Gabby ingin keluar mobil, datang mobil Alphard berwarna putih parkir di samping mobil mereka.
Sopir mobil itu cepat-cepat turun lalu membukakan pintu belakang mobil, Gabby berpikir dalam hati, manja banget gak mau buka pintu sendiri. Setelah pintu dibuka, mata Gabby terbelalak saat melihat wajah yang sangat familiar.
Awalnya hanya tangannya yang berkeringat, namun setelah dia melihat wajah itu Gabby merasa dia bisa mandi dengan air keringatnya sendiri.
Ayah Gabby berbisik, "Pantas saja ibumu menyekolahkanmu disini." Gabby menoleh melihat ke arah ayahnya dan bertanya dengan kaget, "Apa?" namun ayah Gabby sudah membuka pintu mobil dan berjalan keluar menyapa Michael.
"Michael! Kamu sekolah disini?" tanya ayah Gabby dengan nada pura-pura kaget.
Michael menjabat tangan ayah Gabby lalu membenarkan tas sekolah berwarna biru gelap yang ada di pundaknya, "Ah, iya. Kebetulan saya sekolah disini."
Hari ini Michael terlihat manis sekali, rambutnya yang hitam disisir dengan rapi ke arah samping menutupi keningnya, bibirnya berwarna merah seakan-akan dia memakai lipstik, dan baju seragamnya rapi dimasukkan ke dalam celananya.
"Oh, Kebetulan sekali! Gabby juga bersekolah disini mulai hari ini." ayah Gabby tersenyum lebar sambil menunjukkan giginya yang rapi. Gabby berdiri disamping ayahnya dan melihat sekeliling, berusaha tidak melihat wajah Michael.
"Oh." jawab Michael singkat, "Kalau gitu saya permisi dulu." sambung Michael lalu memutar badannya dan berjalan memasuki area sekolah.
"Iya, saya titip Gabby ya!" sahut ayah Gabby yang tidak menerima balasan dari Michael.
Gabby melihat ayahnya lalu berkata, "Aku masuk dulu yah, sampai nanti." tidak lupa mencium tangan ayahnya.
"Iya, baik-baik ya. Ayah mau ke ruangan kepala sekolah dulu," jawab ayahnya sambil tersenyum.
Gabby menganggukan kepalanya lalu berbalik meninggalkan ayahnya. Gabby berjalan dibelakang Michael, berjarak sekitar sepuluh langkah karena dia tidak mau berdekatan dengan remaja laki itu. Bukan karena dia merasa terancam dengan kecantikan wajah remaja laki itu, hanya saja berdekatan dengannya membuat hatinya terasa tidak enak.
Selama berjalan Gabby dapat mendengarkan teriakan nama yang diikuti gelak tawa dari beberapa murid. Michelle? Siapa itu? Pikir Gabby dalam hati.
Sesampainya di dalam, Michael langsung berjalan lurus meninggalkan Gabby sendirian. Memegang tali tas sekolahnya, Gabby memberanikan dirinya untuk berjalan mengikuti Michael. Tiba-tiba ada seorang wanita yang keluar dari sebuah ruangan, yang sepertinya ruang guru dan menyapa Gabby.
"Selamat pagi. Murid baru ya?" tanya wanita tadi dengan ramah. Wanita itu mengenakan atasan batik cokelat muda dan celana panjang kain berwarna hitam. Tanpa menunggu jawaban wanita itu melanjutkan, "Mari ikut saya. Saya antar kamu ke kelas baru mu."
"Iya bu." Jawab Gabby sambil tersenyum gugup.
Sesampainya di dalam kelas wanita tadi menyuruh semua muridnya untuk diam, berdiri di depan kelas dan berkata, "Hari ini kita kedatangan teman baru.", wanita tadi menoleh ke arah Gabby dan melanjutkan, "Ayo, perkenalkan dirimu."
Gabby melangkahkan kakinya menuju depan kelas dan memperkenalkan dirinya, "Halo. Namaku Gabby, semoga kita bisa berteman dengan baik." Dia berharap suaranya tidak bergetar.
Beberapa murid menganggukan kepalanya, dan ada juga beberapa yang tidak memperhatikannya. Wanita tadi menepuk pundaknya lalu berkata, "Saya bu Angger, wali kelasmu yang baru. Silahkan duduk di sebelah..." Mata bu Angger berkeliling melihat seisi kelas dan melanjutkan, "Michael, dia duduk di meja paling depan."
Sontak mata Gabby terbelalak kaget dan langsung melihat ke arah meja tempat Michael sedang duduk. Hampir semua murid laki-laki bertepuk tangan dan ada juga yang bersiul dengan keras.
"Wah, selamat ya Michelle! Akhirnya ada yang mau duduk di sebelahmu!" seru salah satu siswa dengan suara yang keras.
"Richard! Jaga sikapmu! Berapa kali lagi saya harus mengingatkanmu?!" teriak bu Angger dengan suara yang keras.
Siswa itu, Richard, berhenti mengejek Michael tapi tertawa kecil bersama teman sebangkunya. Setelah bu Angger memberi isyarat pada Gabby untuk segera duduk di sebelah Michael, dia menyeret kakinya dengan berat ke arah meja barunya.
Hebat, kita jadi teman sebangku pikir Gabby.