Chapter 5 - Chapter 5 : Turnamen

"Hai kawan!" Seseorang memanggilku saat aku sedang berjalan pulang. Dia seorang lelaki yang cukup tampan. Aku menduga dia seorang pengguna pedang. Cuma dugaanku, dugaan.

"Aku tadi melihatmu bertarung melawan bangsawan itu. Jujur aku sangat kagum, kamu sangat mengesankan," ok sepertinya dia terlalu memujiku tapi hahaha terimakasih aku juga sangat bangga, tidak tidak, aku tidak boleh merasa bangga dulu. dia mencoba akrab denganku sambil menyejajarkan langkahnya dengan kakiku.

"Ahh tidak. Itu bukan apa-apa,"

"Ahh kau bercanda ya kawan. Perkenalkan aku Roy. Salam kenal kawan," hmm... nama yang bagus. Aku memperhatikan mana dan aura yang muncul dari orang ini. Wow, sepertinya dia juga sudah mencapai tingkat platinum sama seperti bangsawan tadi.

"Namaku Drey, salam kenal juga," jujur aku merasa sedikit aneh jika dia memanggilku kawan. Bukan berarti aku tidak ingin berkawa dengannya ya. Tidak, tidak sama sekali aku berpikiran begitu. Aku memang sangat menginginkan seorang teman lelaki pertamaku di dunia karena seperti yang kalian tahu dari awal cerita ini aku selalu bertemu perempuan :') *tersenyum menyembunyikan tangis*

"Bagaimana kalau kita pulang bersama, kawan," wah jujur aku sangat senang dia mengajakku pulang bersamanya. Sebelumnya aku ingin menggunakan [Gate] untuk pulang karena Elen dan Shuna sudah pulang terlebih dulu.

Ahh iya sebelumnya aku mau menkonfirmasi sesuatu. aku memiliki kekuatan Dewa ruang dan waktu. Sihir [Gate] merupakan <> yang hanya dimiliki bagi mereka yang telah membunuh dewa karena itu merupakan sihir kuno. sedangkan <> yang bisa di gunakan makhluk lain contohnya seperti [Teleportation] dan juga [Space Manipulation].

Untuk adegan yang sering anda saksikan tentang aku yang menjentikkan jari untuk menghentikan waktu adalah <

Mereka tampaknya bisa lebih akrab sekarang, atau mungkin sebaliknya. Tapi karena aku mendapatkan teman lelaki baru hari ini mungkin aku bisa menerima tawarannya untuk pulang bersama.

"Boleh, ayo kawan," oke sekarang aku juga mulai aneh. Aku tiba-tiba memanggilnya kawan. Mungkin karena aku terlalu senang mendapatkan teman lelaki. Kami berjalan sambil bercerita banyak hal. Dia mengatakan kalau dia adalah klan demi-human. Perpaduan dari manusia dan serigala. Dia juga menceritakan kisah memilukan seperti dia telah kehilangan kedua orang tuanya sejak kecil karena di bunuh oleh seorang bangsawan.

Aku mengetahui fakta bahwa di negara ini demi-human tidak terlalu di berikan haknya sebagaimana mestinya. Mereka lebih sering menjadi budak atau pelayan paksa di suatu bar. Bahkan ada di antara mereka yang mengemis sehari-harinya hanya untuk sesuap nasi. Roy adalah seorang penempa pedang dan juga sebagai pengguna pedang. Kemampuannya tidak bisa diragukan lagi, tetapi fakta bahwa dia demi-human tidak bisa terbantahkan lagi menyebabkan bakatnya tidak pernah diakui oleh orang lain. Aku merasa sangat kasihan terhadapnya. Aku pernah membaca suatu cerita karangan yang berada di perpustakaan kerajaan. Di ceritakan seorang yang sering tersakiti sejak lahir dan membalaskan dendamnya saat dewasa. Semoga hal ini tidak berlaku pada Roy. Mungkin aku harus menyelamatkannya sedikit agar dia merasa lebih baik.

"[Craft] Colosseum," aku sudah tidak terkejut lagi karena sedari tadi aku sudah menyadari ada beberapa orang yang mengawasi kami. Ada seseorang atau mungkin beberapa orang tepatnya menggunakan sihir bumi untuk membuat colosseum. Kekhawatiranku saat di colosseum sekolah tadi terbayarkan sudah.

Ada 5 orang secara keseluruhan yang memblokir jalan kami. Orang yang berada di tengah sepertinya pemimpinnya karena aku merasakan kekuatan sihir yang cukup bagus untuk seukuran manusia. Mungkin setingkat satu. Roy tidak mungkin menang menghadapi mereka jadi aku membuatkan perisai sihir untuk Roy.

"Hei, Drey! Kau tidak berniat melawannya kan? Dia sangat kuat,"

Humu terimakasih atas peringatannya Roy, tapi tenang saja. Aku adalah reinkarnasi dari seorang raja yang menghancurkan dewa.

"Kalian tidak bisa lolos dari ini, sepertinya adikku mengatakan kalau kamu telah melakukan serangan terhadapnya, aku tidak akan mengampunimu," hou.. mungkin aku bisa sedikit bermain dengannya.

"Sebelumnya perkenalkan, namaku Demiur. Aku kakak dari George, orang yang telah kau kalahkan. Baiklah sepertinya percuma saja aku menjelaskan panjang lebar karena sebentar lagi kalian akan mati," ohh ternyata dia adalah kakak dari bangsawan sok kuat tadi. Baiklah aku semakin bersemangat bermain dengannya.

"[Ultra-Fire-Ball],"

Aku tertawa saat mendengar panjangnya mantra yang dia ucapkan. Seharusnya ia dapat menyingkatnya jika dia pintar tapi sepertinya ia tidak mempunyai cukup pengetahuan dan juga keterampilan dalam hal ini. Biarlah, pikirku.

"Itu adalah tawa terakhirmu dasar jelata!! Hyaa!!"

Wow aku harus bertepuk tangan nanti setelah mengalahkannya. Seperti biasa aku menggunakan [Cancelling]. Aku lebih suka menggunakan <> tipe [Cancelling] walaupun menguras banyak energi sihir tapi bagiku tidak masalah karena energi sihirku yang terlalu banyak. Bola api itu hilang seketika membuat semua orang itu terkejut tidak terkecuali Roy. Bahkan aku menggunakan sihir tanpa mengucapkan mantra. Itu yang lebih mengejutkan lagi.

"Baiklah, apakah kamu telah mencapai batas kekuatanmu atau cuma segitukah kekuatanmu?"

Aku memprovokasinya. Aku sangat senang ketika mendapat tantangan pertarungan seperti ini, apalagi jika lawanku kuat.

"Apa katamu, kau akan kupastikan lenyap bersama demi-human sampah tukang kabur itu," sepertinya pria ini mengenal Roy. Nanti harus kutanyakan padanya.

"[Ultra-High-Fire-Ball],"

Baiklah aku akan menahan tawaku untuk menghargai lawan bertarungku ini. Sungguh panjang sekali. Mungkin itu adalah cara penyebutan mantra untuk dunia ini.

"Roy, apa semua orang di sini menggunakan mantra sepanjang itu?"

"Entahlah, tapi memang aku sering mendengar orang mengucapkan mantra sepanjang itu. mungkin memang itu kebiasaan orang dunia ini,"

Roy mengangkat bahu.

"[Fire-Ball],"

Sekarang para pengikutnya juga akan ikut menyerang. Ini akan menjadi lebih seru.

"[Black-Hole]," sekarang aku ikut mengeluarkan salah satu sihir <> .

Lima bola api itu lenyap dalam seketika tersedot ke dalam lubang hitam yang kubuat. Itu merupakan salah satu <> yang memiliki kekuatan mengerikan dan bersifat mutlak. Baiklah sekarang mari kita lihat apa yang akan mereka lakukan setelah melihat pertunjukan tadi.

"Mustahil. Kenapa bola api terkuatku hilang dalam sekejap?" Oh iya aku lupa mengatakan. Yang dapat melihat [Black-Hole] hanyalah pemilik <> seperti aku dan Sasha. Jadi bagi orang-orang ini, mereka hanya dapat melihat bahwa bola-bola api itu lenyap seketika.

"Baiklah, mungkin sudah waktunya aku menampilkan pertunjukan yang spektakuler di sini,"

Aku mengeluarkan [Despair Aura] yang berbentuk bulat mengelilingi daerah di sekitar lima orang tersebut. Mereka yang berada di dalamnya hanya dapat melihat kegelapan yang pekat serta keputusasaan dan berbagai rasa yang menyakitkan. Aku hanya ingin menunjukkan rasa keputusasaan kepada para bangsawan ini yang telah terlampau gila layaknya penguasa.

Walaupun aku seorang bangsawan tingkat atas dalam silsilah iblis, tidak pernah aku menghina lawanku yang lebih lemah dariku. Beberapa menit kemudian aku melepaskan aura keputusasaan itu dan terpampang di depanku para manusia yang telah menjadi gila sepenuhnya. Ahh jadi seperti ini tampang bangsawan yang dilanda keputusasaan. Aku berjalan ke arah mereka.

"Bagaimana rasanya keputuasasaan yang kuberikan kepada kalian. Itulah keputusasaan yang sering dirasakan rakyat jelata yang sering kalian tindas," semua orang ini menoleh padaku masih dalam ekspresi yang menjijikan.

Aku mulai merasa kasihan pada mereka. Akhirnya aku membalikkan keadaan mereka seperti semula.

"Recovery,"

Aku menggunakan sihir penyembuhan seperti milik adikku Elen. Seketika itu juga para manusia ini kembali normal seperti biasa.

"Ampuni kami, kami tidak akan menggangu kalian lagi dan juga para budak demi-human," mereka bersujud.

Orang itu memberikan aku beberapa koin emas besar. Owh jumlahnya sekitar 13 koin emas besar. Dia mengatakan ini sebagai permintaan maaf dan tidak akan mengganggu kami lagi. Aku jadi seperti pemalak saja kalau seperti ini, tidak, tidak juga. Aku hanya mendapatkan harga dari menyerangku tadi. Itu sah bukan disebut pemalakan. Mereka pergi sementara aku kembali ke tempat Roy berdiri termangu menatapku.

"Siapa kamu sebenarnya?" Akhirnya dia bertanya tentang itu padaku. Aku sebenarnya masih ingin merahasiakannya tapi sepertinya itu akan membuat aku bersalah karena dia juga telah memberikan ceritanya.

Jadi kami melanjutkan perjalanan menuju rumah Roy dengan aku yang bercerita tentang indentitasku. Tapi aku tetap merahasiakan julukan raja iblisku seperti halnya aku melakukan itu pada Shuna. Dia sempat terkejut tetapi akhirnya juga senang karena mendapatkan rekan seperjuangan yang menggunakan magic sword. Ah iya aku lupa menanyakan satu hal.

"Roy, boleh aku menanyakan sesuatu?"

"Silakan, silakan kawanku," dia sepertinya menjadi lebih ceria daripada tadi.

"Sepertinya pria tadi menyebutkan kamu juga. Mungkinkah kalian sudah saling kenal?"

"Ohh. Sebenarnya dia adalah bangsawan yang menjadikan aku serta orang tuaku budak. Merekalah yang telah membunuh orang tuaku. Untungnya aku berhasil kabur dari mereka. Tapi aku sangat senang karena akhirnya kamu menyadarkan mereka tadi. Rasanya seperti rasa sakitku hilang," wah, entah kenapa aku juga ikut merasa senang setelah mendengarnya. Itu secara tidak langsung aku telah menyelamatkan Roy.

"Jadi begitu. Tapi apakah kamu tidak marah karena aku memberikan mereka kesempatan hidup tadi?"

"Tentu saja tidak. Aku bukan pendendam yang baik. Aku hanya mengharapkan ibu dan ayahku tersenyum melihatku tumbuh seperti ini dengan pengekangan yang telah terlepas dariku. Justru aku sangat berterimakasih padamu," syukurlah. Kukira dia akan marah karena aku tidak dapat membalaskan dendamnya.

Akhirnya kami pun tertawa bersama menceritakan kisah-kisah lucu sambil berjalan kembali menuju pulang. Tak terasa hari sudah hampir malam.

***

Jujur aku tambah sedih sekarang. Karena apa? Mungkin karena sesuatu yang terpampang di depanku sekarang. Sebuah rumah, tidak, sebenarnya ini tidak bisa di sebut rumah. Lebih tepatnya gubuk. Kawan, entah seberapa banyak penderitaan yang ku miliki.

"Baiklah kawan, aku masuk rumah dulu. Apakah kamu akan mampir sebentar ke sini, ahh maaf sebelumnya karena rumahku seperti ini,"

"Tidak, tidak apa. Tapi bolehkah aku menyarankan sesuatu," entah kenapa hatiku menggerakkanku untuk mengatakan ini.

"Pindahlah kerumahku. Kebetulan masih ada satu kamar kosong," baiklah aku telah mengatakannya.

"Ehh?" Dia terkejut, "Tidak, kamu tidak perlu seperti itu. Aku akan merepotkanmu jika aku tinggal bersamamu"

"Mana mungkin," aku tertawa. "Aku akan dengan senang hati menerimamu jadi tinggalah di rumahku,"

"Benarkah?"

"Tentu saja, mana mungkin akan kubiarkan kamu setelah melihat semua ini dengan mata kepalaku sendiri," aku menepuk pundaknya. Dia lalu menggenggam tanganku dengan tatapan haru.

"Kamu, kamu, aku pasti akan membalasnya suatu hari nanti, pasti!" Wah dia sepertinya bahagia sekali.

"Ahh tidak perlu berlebihan. Aku hanya minta kamu selalu jadi temanku. Tidak lebih,"

"Tunggu sebentar," dia segera berlari menuju ke dalam rumah. Aku menunggunya beberapa menit kemudian.

"Maaf membuatmu menunggu lama," tampak koper dengan tambal-tambalan dibawanya dengan isi yang sesak. Baiklah sepertinya semua persiapan kepindahannya sudah selesai.

"Baiklah," dia berjalan terlebih dahulu. Aku segera menghentikannya.

"Ehh, kita tidak perlu berjalan lagi,"

Roy tampak bingung. Aku tersenyum.

"[Gate],"

Roy tampak panik karena pandangannya mulai kabur tetapi kemudian semua kembali seperti semula dan kali ini ia berada di tempat yang asing baginya.

"Di mana ini?"

"Ah di depan itu adalah rumahku," aku menunjuk ke salah satu rumah bertingkat.

"Ehh? Kenapa kita bisa tiba-tiba berada di sini? bukankah tadi?" Roy tampak bingung dan menoleh kesana kemari.

"Ahh aku tadi memakai Sihir Ruang untuk memindahkan kita dengan cepat. Namanya adalah [Gate]," aku menjelaskan padanya sambil berjalan menuju rumahku.

"Wahh, aku baru tahu ada sihir semacam itu, ternyata dunia ini lebih luas dari yang kukira. Oh iya Drey, bolehkah aku ke dunia hitam suatu hari nanti?"

"Oh tidak masalah. Kita akan membahasnya bersama dengan yang lainnya," entah kenapa hari ini aku sangat ceria.

"Yang lainnya?" Ahh iya aku lupa memberitahunya tentang orang-orang yang ada di rumahku.

"Sebenarnya ada orang lain di rumahku selain adikku, nanti akan ku kenalkan pada semuanya," aku membuka pintu rumah. Elena sedang memasak bersama Shuna dan Karin atau lebih tepatnya Karin mengajari mereka berdua memasak.

"Ara.. kakak sudah pulang," adikku senyum ke arahku lalu menoleh ke arah Roy dengan tatapan bingung.

"Ahh perkenalkan, namanya adalah Roy. Mulai sekarang dia akan tinggal di sini sebagai teman lelaki pertamaku,"

"Ohh, aku adiknya kak Drey. Namaku Elena,"

Aku adalah keka__," Shuna menoleh ke arahku. Aku menatap tajam ke arahnya yang menyiratkan bahwa jangan katakan kamu kekasihku di depannya.

"Ahh maksudku temannya Drey, namaku Shuna," tatapanku mengerikan.

"Perkenalkan. Saya adalah pelayan pribadi tuan Dra.. ehem Drey. Nama saya adalah Karin," sekarang giliran Karin menatap Roy.

"Ah i..iya salam kenal dan mohon bantuannya mulai sekarang semuanya," dia sedikit membungkuk menghadap kami. Tapi Kenapa suaranya tersendat begitu?

***

"Kalian semua akan membentuk kelompok dan mengikuti turnamen, silakan pilih anggota kelompok kalian dan tentukan siapa yang akan menjadi pemimpin"

turnamen? sepertinya menyenangkan karena seperti kalian tahu selama ini aku selalu bertarung sendirian. Tapi baru berapa hari kami di sini? apakah turnamen ini tidak terlalu cepat?

"Drey-san, aku ingin jadi anggotamu!"

"Hey aku lebih dulu sampai sini, aku Drey-san!"

Ohh astaga, apakah aku menjadi sepopuler ini hanya karena mengeluarkan sihir tingkat rendah itu?

Para perempuan itu berdesakan demi bisa meraih tanganku. aku memandangi mereka semua dengan perasaan mengerikan.

"Ahh maaf, biarkan aku memilih anggotaku sendiri,"

Yare-yare, menyebalkan. akhirnya mereka mulai menjauh dari aku.

Aku berjalan ke arah Roy, Sasha, Shuna, dan Elen,

"baiklah, saatnya kita berlatih untuk persiapan turnamen,"

aku tersenyum meengerikan, memang cukup mengerikan.

"tidak, tidak. bahkan kita belum menentukan kelompok ini," Elen terlihat ketakutan memandangi ekspresiku.

"yosh, aku sudah menyiapkan mental dan ragaku,"

Humu, Roy dan Sasha terlihat bersemangat. lalu apa-apaan itu, Shuna dan Elen mencoba menghilangkan hawa keberadaan dan berjalan meninggalkanku.

Aku menggunakan sihir [gate] hanya untuk muncul tepat di depan mereka. Elen dan Shuna terkejut.

"hahahaha, kalian tidak akan bisa kabur dariku,"

"Hmm baiklah baiklah aku menyerah. berhentilah mengeluarkan senyum mengerikan itu beserta tawa jahatmu," kali ini Shuna yang berbicara.

pulang dari akademi nanti aku akan mengajari mereka megendalikan kekuatan mereka