Lidah memang tak bisa berbohong.
Dan sialnya kenapa harus terjadi saat ini.
Michelle rapat-rapat menutup mata saat lidahnya mengecap kuah bertekstur cair sedikit kental. Sensasi pedas dan gurih mengisi mulutnya dengan penuh. Tapi satu hal sukses merusak kenikmatan makanan ini. Bukan karena daging yang keras, atau bumbu terlalu asin. Hal yang bahkan tak ada hubungannya dengan makanan.
Wajah menyebalkan Eugene tiba-tiba muncul dalam kepalanya. Berkelebat.
"Ohokk!" Michelle cepat meraih gelas kaca transparan berisikan air mineral biasa, menenggaknya sampai habis tak tersisa.
"Astaga hati-hati —" Casey bermaksud mengingatkan, tapi malah ia yang mendapat getahnya. Teh herbal hangat berwarna kecoklatan telah berpindah ke perut Michelle, bahkan sebelum dia sadar. "Apa sangat pedas sampai-sampai kau mengambil minumanku?"
Michelle mengusap bibir dengan punggung tangan. "Maaf.." Lalu memindahkan sepotong iga besar miliknya ke mangkok Casey. "Anggap kita impas.."