Chereads / UNWANTED MARRIAGE / Chapter 4 - 3. Welcome, Penghuni Baru

Chapter 4 - 3. Welcome, Penghuni Baru

Sampai juga di Negara Filipina, capek juga duduk berjam-jam di pesawat. Enam jam bukan hal untuk Anita sendiri. Biasanya ia duduk dari Malaysia ke Kamboja 5/4 jam. Belum lagi perjalanan menuju asrama 5 jam, lengkap sampai di penginapan pun sudah sore. Bagaimana dengan Filipina? Apakah akan sama dengan Kamboja. Mungkin tidak, karena Filipina beda jam dengan negara Kamboja dan Indonesia.

Anita berdiri tidak jauh pengambilan bagasi, koper miliknya, dan koper dua lelaki itu. Anita bosan juga duduk di suruh menunggu. Boleh dikatakan lama sih. Setelah itu mereka pun menghampiri Anita. Anita tentu menarik kopernya, namun Antoni malah mengalihkan koper itu. Sentuhan jari Anita dengan Antoni. Membuat Anita kembali menjauh, Antoni cuma senyum tidak tahu maksud senyuman itu.

Ternyata di sana sudah di tunggu oleh mobil jemputan. Antoni memasukkan koper ke belakang mobil, lalu Anita sudah duduk di belakang posisi supir. Andre duduk di depan, sedangkan Antoni duduk bersebelahan dengan Anita.

Perjalanan menuju ke apartemen mereka, Anita memandang arah luar kota Filipina. Ia tidak pernah melihat kota Filipina. Entah kenapa mata Anita terasa berat, mungkin ia kurang tidur. Ia pun memejam kembali matanya sebentar.

Antoni sedang sibuk dengan ponselnya kemudian ia tidak sengaja melirik samping, wajah wanita itu terlihat sangat pulas. Ia pun tanpa ragu menyandarkan kepala di jendela posisi menyamping memandangi Anita tengah tertidur sangat lelap.

Mobil yang mereka tumpangi memasuki pengisian bensin. Andre keluar sebentar untuk merokok, sementara Antoni mengeluarkan ponselnya, dan membuka kamera, lalu mengangkat sedikit ke arah wajah di mana Anita sedang tertidur sangat nyenyak. Setelah pas, ia pun mengambil namun ia lupa mematikan suara kamera tersebut, sehingga Anita terbangun.

Dengan cepat Antoni memindahkan posisinya, tetapi dibalik senyuman itu membuat ia puas dan berhasil.

"Kau tidak haus?" Antoni menawarkan minuman kepada Anita. Anita menoleh dan memandangi botol air mineral itu.

"Kenapa dilihat saja? Tidak ada isi obat apa pun?!" tambahnya berikan pada Anita.

Anita memang dari tadi haus, dengan cepat ia pun meminum hingga seperempat. Antoni suka lihat wajah imut-imut setiap memandang dari samping.

"Kalau saja aku lebih dulu kenal kau, mungkin kau sudah ku jadikan istri," gumam Antoni pelan.

Sontak Anita menoleh menatapnya. "Hah? Kau mengatakan sesuatu?" Anita bertanya. Ia harap tidak salah mendengar apa yang Antoni bergumam.

"Tidak ada? Memang aku mengatakan sesuatu? Perasaan kau saja," elaknya.

Andre kembali masuk ke mobil dan melanjutkan lagi perjalanan mereka. Andre mengintip lewat kaca depan spion, di sana ia melihat Anita masih tidak berubah ekspresi wajahnya.

*****

Akhirnya sampai juga di apartemen Andre, besar juga apartemennya dan tinggi apalagi, Anita pun mendongak sampai pegal lehernya. Antoni menarik koper Anita, Anita mengekori dua lelaki itu hingga tiba ke nomor kamar tuju.

Saat Anita masuk, ia berhenti di depan pintu. Iya, Anita berhenti di sana. Ia seolah melihat jelas sekali. Posisi dalam apartemen yang ia lihat sekarang sama di mimpinya.

Andre menoleh, menatap wanita itu masih terpaku diam di sana. Antoni baru saja meletakkan koper Anita di kamar posisi tengah.

"Ada apa? Kenapa bengong saja? Ayo masuk?! Besok kita harus cepat bangun. Masih banyak yang harus aku kerjakan?!" ucap Andre bersuara, menyadarkan Anita dari lamunannya.

Anita hanya bisa harap cemas jika mimpi itu tidak nyata. Ia tidak ingin itu terjadi, bahkan kamar yang ia tidur nanti bersebelahan dengan Antoni, apa yang akan terjadi jika dirinya tinggal bersamaan dengan dua lelaki itu?

****

Anita menyeka keringat di keningnya, ia baru saja memasukan pakaiannya di dalam lemari sudah tersedia. Ia tidak bisa bayangkan kamar selebar ini ia tidur seorang diri? Ia menarik seulas senyuman. Kemudian ia menghempaskan badannya di atas tempat tidur begitu empuk itu. Sesekali ia mengayunkan kedua tangannya seperti bentuk kupu-kupu mengepak sayapnya. Sambil memandang langit gambar tersebut. Belum lagi aroma kamar ini juga sangat wangi, bersih, sejuk, dan adem. Apalagi di balik tirai golden tertutup itu ternyata adalah tempat santai memandang langit kota malam.

Tidak terasa sudah menuju malam, Anita meringkuk sebentar dirinya dan memejamkan matanya. Ia ingin merasakan kebahagiaan sejenak, walaupun ia tidak hari esok apakah akan seperti ini lagi?

Antoni keluar dari kamarnya yang bersampingan dengan kamar di mana Anita berada. Antoni menggosok rambut yang masih basah habis keramas. Ia tidak sengaja mencuri perhatian di kamar itu. Seorang wanita tengah meringkuk seperti baik sedang tidur pulas.

Antoni melangkah untuk masuk ke kamar itu, tetapi ia melirik sebentar, takut Andre tiba-tiba kembali dari urusannya. Merasa aman, ia pun masuk tanpa sepengetahuan dari wanita dalam keadaan tertidur.

Antoni berjongkok di sisi tepi ranjang sambil memandang wajah Anita yang sangat pulas itu. Ia menyingkirkan anak rambut menutupi wajah imut itu. Cukup lama memandangi wajah Anita, hingga ia turun memandang bibir tipis merah merona itu.

Antoni menelan air liurnya, entah apa yang merasuki dirinya. Sesekali menyentuh bibir itu, ia takut membangunkan dirinya.

Entahlah sejak pertama melihat Anita saat membawa Hardi pulang, Antoni sudah kagum padanya. Mungkin bagian sisi kelembutan dari sifat wanita ini. Sayang pada keponakan, kedua mempunyai sisi keibuan, namun malangnya Anita harus dijadikan pengganti rugi atas perbuatan Hardi sendiri.

Kalau dirinya di posisi Hardi, lebih baik tidak merelakan adiknya menjadi istri kedua Andre. Siapa mau? Antoni sangat tahu apa yang direncanakan Andre. Menikahi wanita bukan karena cinta, tetapi sebagai budak seksnya. Anita tiba-tiba bergerak memindahkan posisinya, Antoni segera menjauhkan tangannya, ia takut wanita itu sadar jika dirinya ada di kamar ini. Tetapi Antoni tidak ingin pergi dulu, ia ingin melihat lebih lama wajah imut dan lucu saat Anita dalam keadaan tidur.

*****

Tiba-tiba Anita terbangun karena perutnya berbunyi, dilihat jam ponselnya. Terbukalah sangat lebar kedua matanya, sudah pukul 8 malam. Ia tidak sadar sudah berapa jam dirinya tertidur. Ia pun bangun dan terbengong siapa yang menyelimuti dirinya. Daripada banyak berpikir, ia pun lekas turun dari tempat tidur, kemudian masuk ke kamar mandi, untuk mandi tentunya. Tidak butuh waktu lama ia pun keluar dengan pakaian sudah ia ganti dengan pakaian tidur.

Ia pun keluar dari kamar tersebut, tercium aroma sangat sedap sekali di hidungnya. Di sana seseorang sedang menyiapkan makan malam, ada menu masakan khas rumahan. Antoni berbalik, dan senyum pada Anita.

"Sudah bangun? Nyenyak, kah? Pas pula makan malam baru selesai aku masak. Ayo, makan! Pasti kamu sudah lapar dari tadi tidur kau nyenyak sekali," ucap Antoni mengisi nasi untuk Anita.

Anita duduk, dan melihat menu lauk di piring. Sepertinya terlihat sangat lezat. Antoni pun ikut duduk berhadapan dengannya. Tanpa sengaja kedua kaki mereka bersentuhan, membuat Anita tersentak kaget. Meja makannya terlalu kecil, maka untuk ukuran mereka tidak seimbang, apalagi badan Antoni kayak kingkong.

"Ups! Sori, terlalu kecil mejanya. Maklum meja murah, biasa tidak pernah makan seperti ini. Bos Andre yang minta masak untukmu," katanya.

Anita tidak merespons ia pun menaruh lauk sayuran hijau di atas piringnya. Antoni makan begitu lahap, sambil mencuri perhatian.

Makin lama Antoni bakal jatuh cinta pada Anita, kalaupun dirinya sudah dinikahi oleh Andre sebagai jaminan bayaran.

"Kalau aku bayar hutang abangmu, kau mau nikah sama aku?" ungkap Antoni, membuat Anita tersedak sesuatu pada tenggorokannya.

Antoni langsung menuangkan minuman pada Anita. Anita langsung meneguh hingga habis, sampai mengeluarkan air matanya.

"Sori, sori, kau pasti kaget?! Aku hanya tidak tega kau diduakan oleh dia," lanjutnya lagi.

Anita mengernyit maksud dari ungkapan Antoni. "Maksud kau?"