Chereads / Where Love Meets / Chapter 1 - Chapter 01

Where Love Meets

🇮🇩Otsuka_Maru
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 10.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Chapter 01

Sebuah anak panah melesat dan tertancap di sebuah pohon besar. Diikuti oleh dua makhluk yang berlarian mengejar satu sama lain.

"Kau meleset lagi Elfen" ucap seorang gadis yang berada didepan

"Kau hanya beruntung" balas Pria yang mengejar gadis itu

Mereka terus berlarian, melompat, memanjat, semua atraksi mereka lakukan. Setiap pepohonan mereka lewati dengan sangat mudahnya.

Hingga akhirnya pria berambut panjang menghunuskan pedang kecilnya dan mengarahkan ke leher gadis yang dikejarnya.

"Jadi aku meleset?" ucap pria tersebut

"Oke kau menang"

Terdengar suara sayup-sayup di telinga mereka berdua setelah berdamai "Ayah memanggil"

Gadis dengan rambut coklat itu tersenyum sambil melirik orang yang dipanggilnya Elfen

"Yang kalah membersihkan kolam tuan Elendil!" ucapnya berteriak sambil berlari lurus kedepan

Elfen mengangkat salah satu sudut bibirnya "Kau menantang elf yang salah my lady"

Perlombaan mendadak itu dimenangkan oleh Elfen dengan telak. Pasalnya saat tiba di tempat ayahnya, Elfen sudah menghadap pada ayah mereka. Dan gadis dengan mata bulat itu mengerucutkan bibirnya tidak suka.

"Kau curang" ucap gadis itu dengan membersihkan kolam seperti yang sudah dijanjikan

"Oh ya? Maafkan aku my lady Avril"

Elfen hanya duduk di pinggir kolam dan melihat Avril dari atas.

Avril adalah gadis yang mengajaknya berlomba tadi. Karena kalah dari taruhannya sendiri, Avril terus menggembungkan pipinya dan mengoceh tidak jelas.

Elfen menatap pedang miliknya. Melihat apakah ada yang salah dengan pedangnya.

"Ada apa?" tanya Avril setelah meloncat keluar dari kolam

Elfen menatap Avril lalu memasukkan pedangnya kedalam sarung pedangnya yang ada di belakang "Tidak ada"

Elfen beralih pada kolam yang dibersihkan oleh Avril "Kau melakukan pekerjaan yang suci"

"Kau benar, tuan Elendil akan sangat berterima kasih padaku"

Avril bangga melihat pekerjaannya yang dia lakukan.

"Lebih tepatnya berterima kasih padaku. Kalau saja aku tidak menang, mungkin kolam ini akan semakin kotor" Avril hanya menatap Elfen dengan wajah malas.

"Kau cepat sekali tumbuh" ujar Elfen mengenang masa lalu

"Padahal saat kau dibawa kesini untuk pertama kalinya, kau masih bayi" tambahnya

Avril ikut mengingat masa lalunya. Dia tidak pernah melihat wajah kedua orang tuanya. Yang dia tahu hanya kuburan orang tuanya.

Sudah dua puluh tahun Avril hidup dengan bangsa elf. Dia belum keluar dari tempat ini. Bahkan di belum pernah bertemu dengan manusia seperti dirinya.

Malam menyelimuti tempat tinggal bangsa elf.

Waktu ini adalah favorit Avril. Ketika malam datang dia bisa melihat bintang-bintang yang bermain.

Dia selalu menikmati malam di kuburan orang tuanya yang terletak di dekat kolam yang indah. Terdapat dua patung di dekat kuburan orang tuanya.

"Padahal ada patung kalian, tapi kenapa aku masih tidak ingat wajah kalian?" ucap Avril pada dirinya sendiri

"Ayah, ibu" panggil Avril seakan mereka ada di depannya

Avril tersenyum memandangi patung kedua orang tuanya. Setidaknya dia masih bisa mengenang kedua orang tuanya.

Avril selalu berterima kasih pada tuan Aelfar karena bersedia memberikan sedikit tempatnya untuk kedua orang tuanya. Dia senang karena berada di keluarga tuan Aelfar.

"Apakah aku termasuk orang terhormat di luar sana ibu?" tanya Avril pada kuburan ibunya

"Atau aku seorang putri dari raja dan ratu?"

"Kau senang sekali mengoceh sendiri" Avril menoleh ke belakang menatap Elfen yang berdiri dengan baju anggunnya. Dan jangan lupa rambut panjangnya yang indah.

Avril berdiri dan berjalan ke arah Elfen "Kenapa?"

"Ayah dan ibu memanggilmu" ujar Elfen

"Sepertinya mereka ingin mengatakan sesuatu yang penting"

Avril mengikuti Elfen dari belakang. "Apa yang ingin mereka katakan padaku?" tanya Avril

"Entahlah"

"Apa mungkin mereka ingin memeritahuku tentang orang tuaku?" tanya Avril lagi

Elfen berbalik dan menatap Avril dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan. Avril sendiri merasa bingung dengan tatapan Elfen.

"Kau akan tahu setelah ini" jawab Elfen dengan sedikit sedih

Avril memasuki ruangan dimana tuan Aelfar dan istrinya menunggu. Elfen tidak ikut karena dia tahu bahwa pembicaraan ini hanya untuk Avril.

Avril bingung untuk kesekian kalinya.

"Tuan Aelfar"

"Avril" ujar tuan Aelfar ketika Avril memanggilnya

"Kemarilah" tambahnya

Avril mengikuti perintah tuan Aelfar dan dia berdiri diantara tuan Aelfar dan lady Delfeena istrinya.

Avril memperhatikan dua orang yang sudah bersedia untuk merawatnya selama 20 tahun.

"Kau pasti sudah tahu kan, kalau kau bukan dari bangsa kami" ucap lady Defeena pada Avril

Avril mengangguk dengan mantap "Iya, aku sudah tahu"

"Apa kalian akan mengusirku?" tanya Avril dengan polosnya

Tuan Aelfar tersenyum mendengar pertanyaan Avril

"Tidak" ucap tuan Aelfar

"Kau akan mencari tau siapa kau sebenarnya"

Raut wajah yang bingung nampak di wajah Avril "Aku?"

Tuan Aelfar tersenyumpada Avril "Kau akan pergi keluar hutan dan bergabung dengan bangsamu"

"Tapi bagaimana kalau aku tersesat disana?" tanya Avril lagi.

Avril bukan tidak mau pergi dari kehidupannya yang sekarang. Dia hanya tidak tahu harus berbuat apa diluar sana. Mengingat dia tidak memiliki bekal banyak.

Dia hidup bersama bangsa elf bertahun tahun, bagaimana jika dia tidak bisa membaur dengan bangsanya sendiri. Itu lah yang Avril pikirkan

"Percaya pada dirimu, kau akan menemukannya" ucap Lady Delfeena

Avril tersenyum yakin, kemudian dia bertanya lagi "Apa kalian tidak tahu siapa aku sebenarnya?"

Tuan Aelfar menepuk pundak Avril pelan. Bangsa Elf benar benar anggun, bahkan sebuah tepukan saja bisa membuat terbius.

"Kami tahu siapa dirimu dan keluargamu diluar sana"

"Lebih baik jika kau tahu sendiri semua tentang keluargamu" sambung lady Delfeena

"Dengar, masalah dalam keluargamu belum selesai sampai sekarang, kematian orang tuamu itu adalah awal dari masalahnya. Kau harus berhati hati pada orang" ucap tuan Aelfar sekaligus memperingati Avril

Avril mengangguk paham dengan apa yang dimaksud oleh tuan Aelfar dan istrinya.

"Apakah kalian tidak bisa memberi tahu nama orang tuaku? Mungkin aku bisa mendapat petunjuk awal" ujar Avril meminta pada Tuan Aelfar

Pasalnya tuan Aelfar dan keluarganya tidak pernah menyebutkan nama asli dari orang tuanya. Yang dia tahu adalah nama yang diberikan tuan Aelfar.

Avril menatap dua orang anggun didepannya menantikan jawaban. Tapi yang dia dapatkan adalah senyuman yang indah.

"Lalu kapan kau akan pergi?" tanya Tuan Aelfar

Avril tersenyum dengan semangat "Lusa"

Tok tok

Bunyi ketukan di pintu membuat Avril menoleh ke arah pintu tersebut. Dia mendapati Elfen berdiri di ambang pintu kamarnya.

Avril tersenyum mendapati Elfen disana.

"Boleh aku masuk?" tanya Elfen dengan sopan

Avril mengangguk tanda iya.

Elfen mendekati Avril yang sedang berkemas untuk lusa "Kau akan pergi?"

Avril yang sedari tadi mondar mandir membereskan barang menghentikan langkahnya. Dia melihat Elfen yang meletakkan barangnya yang lain di atas kasur.

"Maaf, kau pasti tahu apa yang aku inginkan dari dulu" ucap Avril

Elfen menciptakan senyum kecil yang pahit.

"Terima kasih kau sudah mau menjadi kakak untukku. Kau kakak yang hebat" Elfen semakin mengembangkan senyumannya

"Tapi tahun depan aku lebih tua darimu"

"Umurku 600 tahun" balas Elfen

Mereka tertawa renyah dengan sebuah lelucon biasa.

"Aku akan merindukan kalian" ucap Avril setelah mengemasi barang barangnya

"Kami juga" ujar Elfen.