Chereads / Where Love Meets / Chapter 2 - Chapter 02

Chapter 2 - Chapter 02

Hari ini Avril menghabiskan harinya di dekat kuburan orang tuanya. Dia bercerita kalau dia akan pergi berpetualang.

Dia menikmati hari terakhirnya untuk tetap berada di dekat orang tuanya meski hanya kuburan.

Dengan kemampuan yang diajarkan oleh bangsa elf padanya, dia pasti bisa bertahan meskipun tidak tahu apa-apa tentang bangsanya sendiri.

Avril sudah belajar cara bertahan hidup, berbicara dengan alam, bertarung dengan senjata dan masih banyak lagi.

Terlebih lagi beberapa mantra yang sudah diajarkan oleh bangsa elf yang bisa dipakai oleh Avril sebagai bangsa lain.

Menurut bangsa elf, Avril sudah siap dengn kemampuannya yang sekarang untuk level bangsa manusia.

Sinar matahari yang suci berganti dengan malam yang sejuk. Avril menatap taburan bintang di langit. Dia menikmati apa yang diucapkan bintang menurut yang dia pahami. Ya lagi lagi bangsa elf yang mengajarinya.

Avril terlena dengan keindahan langit malam yang bagaikan permata berharga.

"Kau tidak tidur?" suara lembut masuk ke telinga Avril bersamaan angin yang berhembus

"My lady" Avril tersenyum kepada lady Delfeena

Lady Delfeena mendekati Avril yang duduk di balkon kamarnya "Kalau kau merindukan kami dan orang tuamu, cukup pandangi langit malam ini" lady Delfeena duduk di sebeblah Avril yang kosong

Avril mengangguk mantap dengan ucapan lady Delfeena.

"Aku harap petualangan ini tidak mengecewakanku" ujar Avril

"Terima kasih sudah bersedia merawatku sampai sekarang. Kalian tidak akan pernah kulupakan" tambah Avril dengan senyum manisnya

Lady Delfeena mengeluarkan benda kecil dan menyematkannya di gaun Avril

"Ini adalah barang milik ibumu. Kau akan membutuhkan ini" sebuah pin bunga terpasang di dada kanan Avril

Avril menatap pin yang menghiasi bajunya "Ini adalah bunga daffodil"

Avril mengalihkan pandangannya pada lady Delfeena "Bagi bangsa kami bunga ini tanda kehormatan"

"Sepertinya benda ini turun temurun, aku pernah melihatnya sekali" tambah lady Delfeena

Avril meraba pin milik keluarganya "Aku akan menyimpannya dengan baik"

Malam pun berganti. Sekarang Avril bersiap untuk berangkat mengahadapi petualangannya. Keluarga tuan Aelfar mengantarkan Avril sampai gerbang bangsa elf.

"Kau bawa ini" lady Delfeena memberikan sebuah bongkahan batu dan didalamnya berisi sebuah berlian dan beberapa benda berkilau lainnya.

"Kenapa aku membawa ini" tanya Avril tidak mengerti

"Ini akan membantu disana, benda ini sangat berarti disana"

Avril mengangguk meski tidak mengerti.

"Di luar sana banyak yang tidak percaya dengan bangsa kami, jadi rahasiakan tentang kami" ucap tuan Aelfar pada Avril

"Baik" jawab Avril dengan mantap

Tuan Aelfar mengajukan tangannya kepada Avril "Dan ini adalah petunjuk untukmu"

Avril melihat benda yang ada di tangan tuan Aelfar, benda kecil berwarna putih dan memiliki tali panjang. Dengan senang hati Avril mengambilnya dan menyimpannya di tas.

"Kami mendoakan yang terbaik untukmu" ujar tuan Aelfar

Avril tersenyum "Terima kasih"

Avril berjalan menjauhi gerbang besar yang indah. Dia tidak berjalan sendiri menyusuri hutan. Elfen menemani Avril sampai perbatasan hutan.

Avril menarik nafas dalam dalam "Kita berpisah disini" ucap Avril pada Elfen

"Sampai jumpa" Avril tersenyum mendengar ucapan Elfen

Setelah berpisah Avril berjalan mengikuti jalan setapak yang cukup besar. Dia menikmati perjalanannya sejauh ini.

Tapi dia juga belum berjumpa dengan manusia manapun. Mungkin sekarang dia sudah berjalan selama dua hari.

Avril hanya bertemu dengan tumbuhan, hewan dan beberapa serangga.

Hari ini adalah hari ke lima dia berjalan dari hutan. Mungkin untuk orang biasa tidak akan mudah tapi untuk Avril yang sudah hidup dengan bangsa elf hal ini sudah biasa.

Seharian ini Avril memperpanjang durasi berjalannya sebelum istirahat. Dia melihat tempat indah di sebelah kiri jalan. Dia berniat untuk istirahat disana sebentar.

Saat Avril mengambil langkah pertamanya untuk berjalan ke kiri jalan dia ditarik oleh seseorang hingga masuk ke dalam semak semak.

"Hei" ucap pria yang menarik Avril

Avril hanya terdiam melihat bangsanya sendiri. Dia memperhatikan pria itu dari atas hingga bawah.

Tidak ada yang aneh, sama seperti dirinya. Hanya saja dalam berpakaian sepertinya bangsanya lebih bebas.

Pria itu heran dengan tatapan yang diberikan oleh Avril "Berhenti menatapku seperti itu!" ucap pria itu

Avril yang tidak sadar kalau memperhatikan pria itu dengan teliti langsung merubah ekspresinya.

"Ada apa?" tanya Avril

"Aku akan memberimu sesuatu"

"Ini" pria itu memberikan sebuah benda kecil berwarna hitam

"Hei ini seperti milikku" ucap Avril ketika melihat benda kecil itu

Pria itu menutup mulut Avril dan menutup mulutnya sendiri dengan jari telunjuk

"Ssshhh..."

Avril mengerjapkan matanya karena tidak tahu, kenapa pria ini melakukan ini

"Simpan ini baik baik jangan sampai orang lain mendapatkannya"

"Kau mengerti?" ucap Pria tersebut dengan serius

Avril menganggukkan kepalanya dengan cepat.

"Kalau ada yang tanya tentang aku, jangan katakan sepatah kata pun. Anggap saja kau tidak pernah bertemu denganku" sekali lagi Avril menganggukkan kepalanya.

Pria itu melepaskan tangannya yang tadi membekap mulut Avril. Dia sedikit berdiri dan melihat sekeliling.

Tanpa aba aba dia meloncat dan berlari menuju jalan setapak dan melawan arah.

Avril hanya bisa melihat tindakan pria itu dari tempatnya sekarang. Dia tidak terlalu memusing tentang kejadian tadi. Dia kembali beristirahat disana.

Setelah cukup baginya untuk istirahat, Avril melanjutkan perjalanannya. Setelah dia bertemu dengan manusia pertama baginya, dia mulai bertemu lagi dengan manusia lainnya.

Dua hari berlalu dan dia sudah memasuki sebuah pemukiman warga. Disana banyak orang berlalu lalang. Sedikit berbeda dengan tempat dia tinggal selama ini.

Avril sangat excited dengan tempat yang baru dia kunjungi. Tapi sayangnya dia masih belum tahu apa apa tentang dunianya yang sebenarnya.

"Hei hati hati kalau berjalan" Avril tidak sengaja menabrak orang yang tidak dia kenal

"Ah maaf, maaf"

Karena ramai dia jadi bingung dengan dirinya sendiri.

"Mmm permisi mau lewat"

"Permisiii"

"Ah maaf"

Avril berusaha keluar dari kerumunan orang yang sedang sibuk dengan diri mereka sendiri. Hingga dia berada di tengah orang berlalu lalang.

Dia melihat sebuah rumah tembus pandang dan dipenuhi orang makan. Melihat mereka, Avril jadi lapar terlebih dia sudah berjalan selama seminggu.

Avril mendekat ke rumah tembus pandang tersebut. Sebenarnya banyak rumah yang tembus pandang. Hanya saja apa yang ada di dalamnya berbeda beda.

Avril melihat makanan yang dimakan oleh orang orang yang berada di dalam.

"Permisi nona" lamunan Avril buyar karena seruan seorang yang memakai baju hitam putih dan rapi

"Ya?"

"Apa anda ingin makan?" tanya wanita dengan kuncir kuda itu

Avril mengangguk dengan mantap mendengar pertanyaan itu. Wanita itu akhirnya mengajak Avril untuk masuk ke dalam restoran tersebut.

Avril mencium aroma makanan yang sangat enak.

"Anda mau memesan apa?" Avril sudah duduk di salah satu meja kosong disana. Dia melihat sekelilingnya

"Aku mau itu" Avril menunjuk sebuah makanan yang disantap dua meja darinya.

Makanan yang ada disana membuat Avril sangat lapar dan dia ingin memakan itu "Baik tunggu sebentar ya"

Avril dengan senang hati mau menunggu makanan yang akan diberikan padanya.

Beberapa menit Avril menunggu, makanan yang dia inginkan dibawa ke mejanya. Dia memakan makanannya dengan sangat lahap.

Avril menghabiskan semua makanan tanpa tersisa sedikitpun. Hanya piring sendok dan gelas yang ada di atas mejanya.

Dia benar benar sudah kenyang. Dia beistirahat sejenak karena kenyang.

Setelah semua energinya terkumpulkan seorang wanita yang tadi mengajak Avril masuk menghampirinya.

Wanita itu memberikan sebuah kertas dengan angka yang tertulis disana "Ini tagihan anda nona"

Avril yang melihat itu bingung "Apa ini?"

Wanita itu sedikit terkejut

"Tagihan anda nona, anda harus membayarnya"

"Membayar? Apa aku harus membayarnya dengan nyawaku" mengingat Avril hidup di dunia elf selama ini, dia tidak tahu bagaimana kehidupan dunia manusia.

Wanita tersebut berusaha untuk sabar menghadapi Avril

"Nona apa anda memiliki uang?"

Sekali lagi Avril kebingungan "Uang? Apa itu? Aku harus membayar dengan itu?"

Wanita itu akhirnya membawa Avril kepada bossnya. Dengan polos Avril mengikuti wanita tersebut.