Sampailah wanita berambut hitam dan Avril di sebuah ruangan yang rapi dan bersih. Avril melihat sekeliling mengamati setiap detail yang ada disana.
"Ada apa ini?" tanya seorang pria yang tengah duduk di singgahsananya mengurusi dokumen restorannya.
Pria itu bisa dibilang tampan, dan umurnya belum terlalu tua jika dilihat dari fisik.
"Maaf tuan, tapi nona ini tidak membayar tagihannya" tunjuk wanita itu dengan sopan dihadapan bosnya
Pria yang duduk bekerja sebagai pemilik restoran menatap Avril menjelaskan penjelasan "Benarkah itu nona?"
Avril hanya diam saja tidak paham dengan pembicaraan mereka
"Nona, apakah anda makan disini dan tidak membayar?" tanya pria itu lagi dengan sabar
"Dia yang mengajakku masuk" bela Avril membuat pria itu melihat ke karyawannya lagi
Wanita terkejut karena memang dia yang mengajak Avril masuk ke dalam restoran, tapi bukan itu yang dia maksud.
"Dia berdiri di depan restoran tuan, dan itu membuat pengunjung risih, jadi saya bertanya apakah dia ingin makan disini dan dia menjawab iya" wanita itu pun memberikan penjelasan pada tuannya
Orang yang berpikir untuk mencari jalan tengah dari permasalahan kecil ini
"Apakah anda memiliki barang lain yang bisa dijual nona?" tanya pria itu
Avril terlihat berpikir "Untuk apa saya menjual barang saya?"
Pria tersebut menghela nafas untuk menjaga kesabarannya "Supaya anda mendapatkan uang, dan uang tersebut bisa anda gunakan untuk membayar makanan yang anda makan tadi"
"Aahh begitu"
Avril mencari sesuatu di dalam tasnya. Dia tidak menemukan barang yang menurutnya bisa dijual.
Akhirnya Avril mengeluarkan bongkahan yang berisi permata. Dia membuka bongkahan tersebut dan mengambil satu potong kecil sebuah permata merah.
Wanita dan pria yang melihat itu terkejut dengan apa yang dimiliki oleh Avril. Dari yang mereka tangkap Avril tidak memiliki uang, tapi dia memiliki dua genggam permata dan safir.
"Apa ini bisa?" tanya Avril sambil mengangkat potongan permatanya
Pria tersebut mengangguk tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
"Kalau begitu ini"
Pria itu pun tersadar ketika permata itu diberikan kepadanya. Pria itu mengambil uang dalam jumlah banyak yang ada di lemari penyimpanannya.
"A .. Saya tidak tahu berapa harga permata ini, tapi sepertinya satu koper ini cukup" ujar pria itu dengan gagap
Avril menerima koper uang besar yang diberikan oleh pria tersebut. Dia membuka koper tersebut dan melihat isinya
"Tas disini lebih bagus dari pada tas di sana"
"Oh apa ini yang namanya uang?" tanya Avril pada wanita yang ada di sana
Wanita itu mengangguk kepada Avril
"Apa aku memberikan semua ini kepadamu?" tanya Avril lagi.
Wanita itu lebih kaget dengan ucapan Avril. Bagaimana bisa memberikan uang sebanyak itu hanya untuk membayar makanan satu piring.
Wanita yang menggeleng cepat "Tidak, anda hanya perlu memberikan beberapa lembar"
"Oh apa tiga lembar sudah cukup?" tanya Avril untuk kesekian kalinya
"Cukup, sangat cukup"
Avril memberikan tiga lembar uang dari koper yang baru saja dia terima.
"Boleh saya pergi sekarang?" Avril merasa dia harus memulai lagi perjalanannya
"Tapi kembalian anda?" ucap wanita itu segera saat melihat Avril akan melangkahkan kakinya keluar
"Apa lagi itu?" tanya Avril dengan polosnya
Wanita itu menatap bosnya, begitupun bosnya. Mereka berpikir Avril selama ini hidup dimana.
"Sisa uang ini" jawab wanita itu dengan pelan pelan
"Oh aku tidak butuh itu, aku masih ada banyak" ucap Avrild engan entengnya sambil mengangkat koper baru.
Bos dan karyawannya terpana lagi dengan tingkah Avril.
Avril pergi keluar dari ruang tersebut dan kembali ke tempat dimana dia makan tadi.
Karyawan wanita yang melayani Avril mengikutinya dari belakang. Sesampainya di tempat makan Avril terus melangkah dan keluar dari restoran tersebut.
Sementara karyawan wanita yang melayani Avril yang terdiam melihat kepergian Avril. Temannya yang bingung pun bertanya kepada karyawan itu karna bosnya sendiri juga ikut turun melihat kepergian Avril.
"Ada apa?" tanya
Wanita itu menoleh kearah temannya dengan lambat "Kau tidak akan percaya ini" ucapnya
Avril berjalan diantara orang lain. Dia melihat bangunan yang berbeda dari bangsa elf. Dan disini tidak terlalu banyak pohon dan hewan lainnya.
Hari mulai malam. Avril mecari sebuah penginapan yang ada di sana.
Sayangnya dia tidak tahu kalau hotel adalah penginapan yang dia cari. Sedari tadi Avril melewati beberapa hotel yang cukup terkenal.
Karena Avril tidak bisa menemukan penginapan, Avril mulai bertanya pada orang yang lewat.
"Permisi, apa disini ada penginapan?" tanya Avril dengan ramah pada seorang kakek
"Apa maksudmu itu hotel? Itu bangunan ke tiga yang tinggi, itu adalah hotel, disana fasilitasnya cukup bagus" ucap si kakek dan menunjukkan bangunan mana yang dimaksud
Avril ikut melihat bangunan yang di tunjuk si kakek. Avril tersenyum saat sudah tahu.
"Terima kasih" ucapnya
Avril berjalan menuju bangunan yang dia tahu adalah sebuah penginapan dari seorang kakek. Dia memasuki bangunan itu dan terlihat banyak orang yang berlalu lalang.
Dia mencari seseorang yang pemilik atau pekerja dari penginapan ini. Atau lebih tepatnya hotel.
"Permisi, saya mau menyewa satu kamar" Avril bertanya pada seorang pria berseragam hijau mendorong sebuah gerobak bagi Avril dan koper isinya seperti milik Avril tetapi lebih besar.
"Oh anda harus pergi ke sana nona" ujar pria itu sambil menunjukkan tempat yang ramai dengan orang
Avril tersenyum pada pria itu "Terima kasih"
Dan lagi Avril berjalan ke arah dimana orang mengantri. Setelah menunggu sekian lama akhirnya giliran giliran Avril.
"Selamat malam nona, ada yang bisa saya bantu?" ucap seorang wanita cantik dengan seragam hijau juga
"Saya ingin menyewa satu kamar untuk satu malam" ucap Avril
"Baik, bisa anda tunjukkan kartu identitas anda?" sekali lagi wanita itu berbicara sopan bahkan saat meminta
"Kartu .. identitas? Apa itu semacam uang?" ucap Avril membuat wanita didepannya terkejut
Wanita tersebut tetap tersenyum dengan ramah "Kartu identitas anda nona, KTP?"
Avril masih bingung dengan ucapan wanita itu "Saya ada banyak uang, apa bisa menyewa untuk satu kamar?"
Wanita itu pun menarik nafas dalam agar tetap ramah
"Nona, apa anda ingin menyuap saya?" ujar wanita itu
Orang sekitar mulai tertarik dengan pembicaraan Avril dan si resepsionisnya. Wanita itu menatap Avril dari atas sampai bawah.
Wanita cantik itu curiga dengan Avril. Pasalnya Avril memakai pakaian yang sangat berbeda dengan orang-orang pada umumnya, lalu jubahnya. Semua pakaiannya seperti sedang memainkan fantasi film.
"Nona, ini adalah kartu identitas, apa anda tidak punya?" Seorang wanita itu menunjukkan identitas entah milik siapa.
Avril terheran melihat sebuah kotak tipis yang dipegang oleh resepsiois itu "Aku tidak punya itu, bagaimana cara mendapatkan itu?"
Sekarang wanita yang ada di hadapan Avril sudah sangat curiga dengan Avril. Akhirnya wanita itu memanggil keamaan dan menyuruh untuk membawa Avril keluar dari sana.
Sekarang Avril berada diluar. Dia meratapi dirinya yang tidak tahu apa apa di dunia manusia padahal dia adalah manusia.
Dia tidak tahu harus pergi kemana lagi.
Avril duduk di kursi yang tersedia di trotoar. Dia menatap langit malam "Bintang disini tidak sebanyak di rumah" ucapnya lirih pada dirinya sendiri
"Disini aneh. Uang, kartu, hotel, apa itu semua"
Avril menghela nafas gusar "Dan lagi, apa benda apa itu, berjalan begitu saja tanpa orang? Dan dia makan orang?"
Avril bingung melihat mobil-mobil yang berjalan di jalan raya. Dia melihat taksi yang berhenti karena ada penumpang. Tapi Avril baru melihat mobil di umurnya yang menginjak 23 tahun.