Chereads / Where Love Meets / Chapter 4 - Chapter 04

Chapter 4 - Chapter 04

Avril menikmati malam yang ramai dan bising. Melihat orang orang berlalu-lalang kesana kemari, melihat benda-benda yang baru pertama kali dilihatnya.

"Kau pasti susah untuk hidup disini kan?" Avril bertanya tapi bukan pada seseorang melainkan sebuah pohon yang tumbuh di sampingnya.

Ya. Ada sebuah pohon besar tumbuh di samping tempat duduk Avril sekarang.

Seakan mendapat jawaban dari si pohon Avril menganggukkan kepala.

"Lagumu indah, apa kau membuatnya sendiri?" tanya Avril lagi

Orang-orang yang ada disekitar Avril merasa aneh dengannya. Pasalnya bagaimana mungkin manusia bisa berbicara dan paham akan perkataan sebuah pohon.

Tunggu, lebih tepatnya Apakah pohon bisa berbicara?

Mungkin begitulah gambaran yang ada di pikiran orang-orang.

Avril terus saja berbicara sendiri, menurut pandangan orang-orang disekitarnya. Untunglah dia tidak kenal orang yang ada di sana.

Saat dia sedang asik berbincang dengan teman barunya. Dia melihat seorang kakek yang kesusahan. Kakek itu mengambil barang-barangnya yang jatuh karena tidak sengaja.

Avril berlari menghampiri si kakek dan membantunya.

"Terima kasih nak" ucap si kakek sambil melihat kearah orang yang sudah membantunya

"Oh tunggu, bukankah kau yang bertanya hotel padaku tadi?"

Avril juga melihat wajah si kakek dan terkejut senang "Ah benar" jawab Avril

"Apa kau sudah mengurus penginapanmu?" tanya kakek

Avril menggelengkan kepalanya "Mereka meminta kartu identitas tapi aku tidak punya"

Avril berusaha mengingat apa yang tidak dia punya tapi diminta oleh orang-orang.

"Apa kau tersesat disini?" tanya lagi si kakek

Avril terlihat berfikir apakah dia tersesat atau tidak.

Si kakek yang melihat hal itu merasa kasihan. Terlebih lagi dia perempuan "Bagaimana kalau kau menginap di rumah kakek?"

"Disana ada masakan istriku yang enak sekali dan cucuku yang lucu" tambah si kakek

Avril senang dengan ajakan kakek tersebut dan menyetujuinya. Akhirnya mereka berjalan sambil berbincang menuju rumah kakek.

Sesampainya di rumah kakek memanggil nenek istrinya.

Avril merasa lebih senang berada di rumah kakek dari pada berada di tempat ramai tadi.

Disini lebih tenang meskipun tidak jauh dari keramaian tadi. Dan rumah yang nyaman, rasanya Avril bisa tinggal disini untuk waktu yang lama.

Tapi dia harus meneruskan perjalanannya.

Seorang nenek turun dari tangga, lebih tepatnya lantai dua. Dia menghampiri suaminya yang baru tiba dari berbelanja bahan-bahan keperluan rumah.

"Siapa dia?" tanya nenek saat sadar bahwa ada orang asing dirumahnya

Kakek baru ingat kalau dia belum menanyakan namanya "Ah benar, siapa namamu?"

"Avril" jawab Avril dengan senyum

"Aku bertemu dengannya di jalan, dia membantu membawa ini semua" jelas si kakek

"Karena sepertinya dia tersesat aku membawanya kemari"

Mendengar penjelasan suaminya, nenek tersebut menatap Avril dari atas hingga bawah. Ya pakaiannya masih sama dengan saat di hotel.

Lalu koper yang ada bersamanya membuatnya tambah aneh.

"Apa kau dari desa?" tanya nenek

Avril tidak tahu harus menjawab iya atau tidak, dia bukan dari desa tapi dia tidak bisa mengatakan kalau dia dari tempat elf.

"Saya dari hutan" jawab Avril

"Hmm hutan?" kakek dan nenek yang ada disana saling memandang satu sama lain.

"Karena waktu sudah malam kau pasti lelah, sebaiknya kau beristirahat dulu" ucap kakek

Kakek menyuruh istrinya untuk membawa Avril kekamar kosong untuk istirahat.

Dan nenek mengantar Avril menuju kamar kosong yang mereka miliki. Meskipun kosong kamar itu masih rapi dan bersih.

Kakek dan nenek selalu membersihkan kamar itu meskipun tidak ada orang yang menempati kamar itu.

Avril berterima kasih pada nenek sebelum beliau pergi meninggalkannya sendirian di kamar tua itu. Avril merebahkan dirinya di kasur empuk itu dan mulai melamun.

Dia mengambil benda kecil miliknya dan benda kecil lainnya yang dia dapat dari orang asing.

Dia membandingkan kedua benda tersebut. Mereka sama sama kecil, hanya warna dan bentuknya yang berbeda.

Avril menyimpan kembali kedua benda itu dan pergi tidur.

Malam berlalu, kini berganti dengan pagi yang cerah. Avril berjalan keluar kamar dan mencium aroma wangi dari dapur.

Avril berjalan menuju dapur dan mendapati nenek sedang memasak makanan untuk sarapan. Karna terlihat menyenangkan Avril membantu nenek untuk menyiapkan sarapan.

Avril menikmati kegiatan memasak sarapan ini.

"Robin" suara keras kakek memenuhi ruangan saat itu

Seorang anak kecil laki-laki berlarian menuju dapur dan bersembunyi di balik tubuh nenek. Avril yang melihat kejadian itu tersenyum lebar. Dia ingat dengan keusilannya dan Elfen.

"Siapa kau?" tanya Robin setelah sadar bahwa ada prang asing di rumahnya.

"Avril" ucap Avril dengan senang hati

Robin mendekati Avril "Kau cantik"

Mendengar pujian dari Robin, Avril merasa bahagia. Belum pernah dia bertemu dengan anak kecil saat bersama bangsa elf.

"Kau juga tampan" balas Avril.

"Sarapan sudah siaap" ujar nenek setelah kakek turun dari lantai atas.

Semua orang menuju meja makan dan mulai mengambil sarapan mereka masing-masing. Avril memperhatikan Robin yang mengemasi tas dan dibantu oleh kakek.

"Kau akan pergi?" tanya Avril

"Iya, aku akan pergi ke sekolah" jawab Robin

Avril kembali mendapatkan kata baru disini "Sekolah?"

"Iya sekolah, tempat dimana kita belajar" Avril menganggukkan kepalanya paham setelah mendapat penjelasan singkat dari Robin.

Setelah sarapan kakek mengantarkan Robin pergi kesekolahnya dengan sebuah mobil "Itu apa?" tanya Avril pada nenek yang melihat kepergian kakek dan Robin.

"Itu mobil, kau belum pernah lihat?" tanya balik nenek setelah menjawab pertanyaan Avril

Avril menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Itu adalah kendaraan, kau bisa pergi kemana saja dengan itu"

"Benarkah? Apakah lebih cepat dari kuda?" tanya Avril antusias.

"Iya lebih cepat dari kuda, terlebih lagi mobil bisa membawa banyak barang" Avril terlihat sangat antusias dengan penjelasan tentang mobil.

"Aku ingin memiliki satu mobil" mendengar ucapan Avril, nenek tertawa dengan keras.

Pasalnya Avril terlihat seperti anak kecil yang polos dan tidak tahu apa-apa.

Sekarang ini Avril dan nenek sedang berkebun. Beberapa waktu sebelumnya Avril berniat untuk melanjutkan perjalanannya, karena melihat nenek berkerja di halaman belakang rumah, dia mengurungkan niatnya dan membantu nenek.

"Kebun anda sangat bagus" puji Avril

Avril dan nenek pergi beristirahat di ruang tengah sambil menonton televisi, dan seperti biasanya Avril terkejut dengan benda yang disebut televisi ini.

"Kenapa ada orang disana?" tanya Avril dengan polos

"Karena begitu kerjanya" nenek tidak tahu harus berkata apa, Avril benar-benar polos

Avril mendekati televisi itu. Kotak hitam dan tipis. Menurut Avril tidak mungkin orang bisa berada di dalamnya.

"Apa mereka memakai mantra?" Avril masih sibuk dengan televisi yang dia pegang

"Tidak, memang begitulah kerjanya sayang" jawab nenek merasa lucu dengan tingkah Avril.

"Duduklah disini, kau akan menikmatinya nanti" ujar nenek menunjukkan sofa kosong di sampingnya

Avril pun mengikuti perintah nenek dan duduk disamping nenek dengan tenang. Ya, awalnya tenang hingga di menikmati keseluruhan film yang ditayangkan.

Avril bereaksi berlebihan ketika sesuatu terjadi seperti pertemuan, perkelahian, kecelakaan dan masih banyak lagi. Dia benar-benar sangat menikmati setiap scane yang ada di dalam film tersebut.