Chereads / Where Love Meets / Chapter 5 - Chapter 05

Chapter 5 - Chapter 05

Avril sangat tertarik dengan benda-benda yang baru ditemuinya. Dari sebuah oven, kompor, televisi, ac dan lain lainnya. Ketertarikan Avril membuatnya lupa dengan tujuannya sebenarnya untuk mencari tau jadi dirinya.

Sejak kakek pulang dari mengantar Robin sekolah, Avril meminta penjelasan tentang benda-benda baru baginya.

"Waah disini banyak sekali benda benda ajaib" ujar Avril.

Kakek yang menjelaskan dari tadi tertawa dengan tingkah Avril.

"Kau sudah sebesar ini, tapi kenapa kau baru mengetahui banyak hal" tanya kakek.

Avril terdiam saat di tanya oleh kakek. Dia berpikir sejenak dan mengambil posisi nyaman untuk bercerita.

"Sebenarnya aku tidak tumbuh dengan semua yang ada disini" mendengar Avril bercerita tentang dirinya si kakek tertarik untuk mendengarkan.

Avril menghela nafas pelan "Aku kesini untuk mencari tau tentang keluargaku. Orang tuaku meninggal sejak aku kecil dan aku tidak ingat dengan wajah orang tuaku" cerita Avril

"Orang tua asuhku mengatakan kalau aku harus mencari tau tentang keluargaku. Dan ini adalah benda milik orang tuaku. Mereka bilang ini akan menjadi petunjukku" jelas Avril.

Avril menunjukkan flashdisk yang disimpannya dengan hati-hati. "Apa kau tahu cara membuka ini?" tanya si kakek pada Avril. Kakek yakin kalau Avril belum tahu kegunaan flashdisk itu.

"Tidak" ucap Avril sambil menggelengkan kepalanya pelan. Dan dugaan si kakek benar. Avril tidak tahu kegunaan dari flashdisk.

"Ayo, aku beri tahu cara membukanya" kakek berdiri dan mengajak Avril ke suatu tempat. Dengan yakin Avril pun mengikuti kakek.

Mereka berjalan ke lantai dua dan berakhir di ruang kerja milik kakek. Avril tidak begitu terkejut dengan kondisi ruang kerja ini. Karena tuan Aelfar juga memiliki ruang kerja hanya saja milik kakek lebih kecil dan memiliki benda-benda ajaib yang baru ditemui Avril.

"Kemari" ujar kakek saat duduk di sebuah kursi dan didepannya terdapat sebuah komputer

"Wah, televisi ini lebih tipis dari yang dibawah" ucap Avril sambil mengamati komputer tersebut

Kakek hanya bisa tersenyum "Ini bukan televisi, ini adalah komputer"

"Komputer?"

Kakek meminta flashdisk yang dimiliki Avril, dan dia memberikan kedua flashdisk yang dimilikinya.

Kakek menyalakan komputernya dan menancapkan flashdisk Avril pada cpu. Beberapa detik kemudian kakek mulai mengutak atik komputernya. Avril yang tidak tahu apa-apa hanya bisa memperhatikan dengan seribu pertanyaan diotaknya.

Flashdisk pertama yang dibuka kakek adalah milik Avril sendiri.

"Ah flashdiskmu menggunakan keamanan. Apa kau tahu kata sandinya?" ujar kakek dan Avril menggelengkan kepalanya menandakan kalau dia tidak tahu.

"Kalau begitu kita coba flashdisk yang satunya" kakek menancapkan flashdisk hitam itu menggantikan flashdisk sebelumnya.

Lagi-lagi flashdisk Avril memiliki keamanan "Yang ini juga sama"

"Sayang sekali. Apa kita coba untuk membukanya?" tanya kakek

"Boleh" jawab Avril menyetujuinya.

Kakek memasukkan nama Avril sebagai kata sandinya, dan ternyata gagal. Kakek dan Avril sudah mencoba tiga kali dan tetap gagal. Akhirnya mereka menyerah.

Sayangnya kakek dan Avril tidak tahu kalau flashdisk yang didapatnya dari orang asing memiliki pelacak jika dicoba untuk dibuka. Dan pelacak itu sekarang aktif.

"Sepertinya kau harus mencari tahu sandi dari flashdiskmu?" ujar kakek

"Flashdisk?"

"Ah ini namanya flashdisk" ucap kakek sambil menunjukkan flashdisk milik Avril.

Avril hanya bisa mengangguk kecil.

"Lalu apa yang akan kau lakukan?" mengingat Avril seorang diri di dunia ini, kakek merasa khawatir

"Aku akan melanjutkan perjalananku. Aku merasa disini bukan tempatku" jawab Avril

"Kau yakin?" Avril mengangguk yakin

Kakek menghela nafas melihat nasib Avril yang malang "Setelah ini kau akan kemana?"

"Mmm aku tidak tahu"

Kakek terlihat memikirkan solusi untuk Avril agar bisa membantunya. Setelah berpikir beberapa menit, kakek mendapatkan ide.

Kakek mengutak atik komputernya lagi dan terlihat sebuah peta muncul dilayar komputer tersebut. Beberapa detik kemudian sebuah benda berbunyi membuat Avril melihat kearah benda yang berbunyi keras itu.

Kertas yang tadi kosong berubah menjadi sebuah peta. Avril yang melihat kejadian perubahan itu terkagum-kagum.

"Benda ini benar benar ajaib. Tadi kertas ini kosong" ucap Avril antusias sambil menunjukkan kertas beri peta.

"Itu namanya mesin printer. Dia memang bisa mengubah kertas kosong menjadi berisi gambar atau tulisan sesuai keinginan kita" jelas kakek. Avril masih kagum dengan keajaiban sebuah printer yang terlihat umum bagi kakek.

"Nah, sekarang kau ada di sini. Kalau kau naik taksi kau bisa ke kota ini, ini dan kota lain yang dekat" kakek menjelaskan peta yang menunjukkan beberapa kota.

"Kalau dari sini paling cepat kalau kau ke kota ini. Mungkin kau bisa ke kota ini dulu" kakek menunjukkan kota yang disarankannya.

Avril mengangguk paham dengan mengamati peta dan penjelasan dari kakek. Dia melihat ke arah kakek dan tersenyum tulus

"Terima kasih sudah membantuku" ujar Avril

Kakek membalasnya hanya dengan senyuman. Yang bisa dilakukan kakek hanya berdoa untuk keselamatan Avril.

Avril memasuki sebuah taksi yang sudah dipesankan kakek. Ya, Avril melanjutkan perjalanannya. Dengan sedikit bekal pengetahuan barunya dari kakek dan nenek, Avril melanjutkan perjalanannya seorang diri.

Kakek dan nenek melepaskan kepergian Avril. Mereka melambaikan tangan ketika taksi yang ditumpangi Avril berjalan menjauhi rumah mereka. Begitu juga Avril.

Butuh waktu dua jam untuk sampai di kota yang sudah dipesankan oleh kakek. Entah apa yang akan terjadi pada Avril setelah ini. Paling tidak Avril memiliki sedikit pengetahuan tenang dunianya.

Avril keluar dari taksi dan memberikan beberapa lembar uang pada sopir taksi.

Disinilah Avril berada di sebuah kota yang lebih ramai dari sebelumnya. Dia berjalan mengikuti arus orang-orang disekitarnya.

Avril terus berjalan tanpa arah. Berhenti dan melihat sekeliling lalu kembali berjalan. Dia masih belum merasakan kalau tempat ini adalah tempat yang dicarinya.

Karena lapar Avril mencari sebuah restoran. Dia sudah tahu beberapa hal tentang restoran, hotel dan mall. Ya, tentu saja kakek dan nenek yang memberitahukannya.

Avril memasuki sebuah restoran bernuansa modern. Dia memilih tempat duduk yang sedikit sepi dengan pengunjung.

Seorang pegawai melayani Avril dengan ramah. Sama seperti pertama dia masuk ke sebuah restoran yang membuatnya kaya dengan uang.

Makanan yang dipesannya sudah datang, Avril pun memakan makanannya. Dan perlu diketahui, kali ini pakaian Avril terlihat normal bagi manusia. Itu karena nenek memberikannya padanya. Hanya beberapa yang bisa Avril pakai.

Selesai dengan masalah perutnya Avril melanjutkan perjalan. Dia merasa butuh tempat istirahat. Avril ingin menyewa sebuah kamar di hotel, tapi dia tidak memiliki kartu identitas mengingat kejadian pertama kali dia pergi ke hotel.

Langit semakin gelap, Avril masih terus berjalan di trotoar.

Avril merasa ada yang mengukitnya sedari dia sampai dikota ini. Mungkin naluri elfnya muncul. Untuk membuktikannya Avril berjalan sedikit cepat diantara orang-orang yang berlalu lalang.

Dugaan Avril benar tentang orang yang mengikutinya. Orang asing itu telihat mengamati Avril dari jauh.

Avril pun mulai berjalan lagi dengan melawan arah orang-orang yang berjalan. Tapi itu tidak berhasil untuk menghentikan penguntit itu.

Avril mencari jalan yang bisa mengelabui penguntit itu. Dia berjalan di gang kecil yang berada di antara gedung-gedung tinggi.

Sayang sekali, ternyata yang mengikuti Avril tidak hanya satu orang. Melainkan lima orang.

Dengan kemampuannya Avril berlari dan melompati benda-benda yang menghalanginya. Avril melesat dengan cepat, tapi kelima orang tersebut masih bisa mengikuti Avril.

Avril terus berlarian di gang kecil itu. Tapi dewi fortuna tidak berpihak pada Avril kali ini. Karena dia tidak tahu dengan detail tentang kota ini, Avril terjebak di jalan buntu.

Kelima orang asing mendekati Avril dengan cepat.

Dengan sigap Avril melakukan bela diri yang sudah dia pelajari selama tinggal bersama bangsa elf. Susah payah dia melawan kelima orang yang berusaha untuk menangkapnya.

Butuh tenaga ekstra bagi Avril untuk mengalahkan mereka berlima. Setelah semua orang terkapar tidak berdaya, Avril berancang-ancang lari dari mereka.

Baru saja Avril berlari dia merasakan tubuhnya lemas dan tidak bisa digerakkan. Avril jatuh dan kesadarannya hilang. Avril pingsan karena obat bius yang ditembak oleh salah satu dari lima orang itu.

Tanpa sepengetahuan orang umum, Avril dibawa oleh kelima orang yang memburunya.