"He makes me break my rules and principles, but it is OKAY",
(Nura Amirah Edward, 2016)
Setelah seminggu mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan mendengarkan saran dari sahabat-sahabatnya, Nura akhirnya setuju untuk berkencan dengan Aditya.
Untuk pertama kalinya, Nura merusak prinsipnya; tidak berpacaran sebelum menikah.
Prinsip yang hampir 23 tahun dipegang teguh olehnya, tapi terpatahkan oleh seorang Asyraff Aditya, sang perayu ulung.
Wajar, dia dulunya playboy dan sudah mempelajari berbagai jenis karakter wanita, sehingga lebih mudah menebar rayuan.
🍁🍁🍁
Sejak saat itu, Adit sering mengunjungi Aliyah ke rumahnya.
Sesekali Adit datang membawa sate, di lain kali membawa nasi goreng, di lain waktu membawa kebab.
Setiap akan berkunjung, Adit tidak pernah lupa menanyakan makanan yang diinginkan Nura.
Setiap pertemuan mereka membawa cerita-cerita baru, mereka menjadi lebih dekat dan semakin mengenal satu sama lain.
Semakin paham karakter masing-masing.
Suatu hari, Adit benar-benar terbuka tentang kehidupannya dan cerita pahit yang menimpa keluarganya.
Adit kehilangan ibu dan kedua kakak kandungnya ketika peristiwa tsunami menggoncang Aceh pada 2004 silam. Keluarga intinya yang tersisa hanya sang ayah.
Ayahnya menikah lagi pada tahun 2010, dari pernikahan itu ia memiliki seorang adik laki-laki yang sangat imut, yang selalu mampu menghiburnya.
Beberapa bulan yang lalu, tepatnya bulan Januari, beberapa hari setelah kepulangannya ke Banda Aceh, Ayahnya dinyatakan meninggal karena serangan jantung.
Hal itu yang membuatnya tidak langsung menghubungi Nura ketika baru kembali.
Hatinya masih sangat tergoncang, rasa kehilangan itu teramat besar, hingga tidak mampu diungkapkan.
Tanpa sadar, cerita itu membuat Nura menangis
Kehidupan laki-laki yang sangat ia cintai terlalu menyedihkan, kehilangan kasih sayang seorang ibu ketika masih sangat kecil, kehilangan sosok kakak yang selalu memanjakannya, dan sekarang kehilangan sosok ayah yang selalu mendukungnya.
Nura tidak akan pernah bisa memahami luka dan sakit yang dirasakan oleh kekasihnya itu, karena ia terlahir dari keluarga yang penuh cinta, memiliki orang tua lengkap, memiliki kakak dan kedua abangnya, serta seorang adik yang selalu mengelilinginya dan memberinya cinta.
"Aku tidak akan pernah menyakitinya, aku akan mencoba menjaga perasaannya dan membuatnya bahagia", Nura membatin, kemudian menepuk pundak Adit dengan lembut sebelum menyentuh wajah laki-lakinya itu untuk menenangkannya.
Adit meraih tangan Nura, kemudian Adit mendekat dan mencium bibirnya. Nura hanya pasrah, tidak melakukan apapun, membiarkan Adit melakukan apapun yang diinginkannya.
Masih dalam keadaan menangis, keduanya menangis, Nura membiarkan Adit memeluknya; seperti membiarkan anak kecil berada dalam pelukannya untuk mendapatkan ketenangan.
Nura benar-benar tahu bahwa Adit kekurangan kasih sayang karena terlalu cepat kehilangan orang-orang yang yang dicintainya dan memberikan cinta untuknya.
Oleh karena itu, meski tidak mampu menggantikan sosok keluarga Adit, Nura ingin memberi perhatian yang lebih besar kepada Adit untuk mengurangi penderitaan dan kesedihannya.
Tidak jarang Nura menuruti semua permintaan Adit hanya untuk membuatnya bahagia, meskipun terkadang hal itu merusak prinsipnya dan melanggar garis batas yang pernah ia buat sendiri.
🍁🍁🍁