Aku harus melapor dulu ke MPD, misi pertama sukses. Dan laporan ini mungkin penting, dan berguna untuk informasi data di MPD.
Tapi saat ini hari sudah hampir pagi, dan aku sama sekali belum tidur. Lebih baik aku tidur lebih dulu, setelah agak siang baru aku ke markas besar. Aku pun tertidur lelap.
Waktu menunjukkan pukul 9 pagi, mataharipun sudah terlihat jelas di balik gorden yang masih tertutup.
Setelah membiasakan mataku dengan cahaya, aku bangun dari tidurku dan segera membersihkan diri. Mengganti pakaian dengan tema santai, kini aku sudah terlihat seperti anak remaja pada umumnya.
Aku melangkah menuju dapur, membuka lemari es yang masih penuh. Karna baru kemarin aku belanja, dan hari ini aku akan membuat omlete. Simple dan tidak memakan waktu lama, tanpa pikir lagi aku langsung melakukannya.
Dua buah telur telah ku pecahkan, lalu aku menambahkan sedikit tepung terigu dan juga bubuk cabai. Ya, karna aku suka pedas jadi aku memakai bubuk cabai. Lalu aku menambahkan bumbu lain seperti garam, dan penyedap rasa.
Setelah semuanya di aduk rata, aku menyiapkan teflon dan sedikit mentega. Setelah panas dan mentega itu meleleh, aku tuangkan omlete ini ke teflon. Dan tunggu sampai setengah matang, lalu balik ke bagian yang belum matang.
Selesai deh, sangat simple bukan. Aku tidak terlalu suka hal-hal yang ribet, jadi ya beginilah jadinya.
Aku menikmati sarapanku dengan tenang, sepintas aku teringat pada kakakku. Apa kabar dengan kak Kiano yah?
"kakak, aku kangen. Kak Kiano apa kabar disana? Kapan ya kita bisa bertemu?" ungkapku dalam hati.
Tanpa terasa air mataku jatuh, hal itu membuatku terkejut. Pasalnya ini baru pertama kalinya aku menangis, setelah kematian papa.
Ya, aku tidak bisa membohongi diriku. Hanya keluarga tercintaku yang mampu membuatku menangis, hanya mereka.
Aku menghapus air mataku, dan menguatkan diri untuk semuanya.
"aku harus kuat, misi ini belum selesai. Aku harus tetap teguh, dan melangkah kedepan. Kematian papa dan mama harus di ungkap, agar aku bisa tenang dengan semua kejanggalan yang ada." ucapku pada diriku sendiri.
Keputusanku kembali tegak, pendirianku sudah teguh kembali. Aku membereskan sisa makananku, dan membersihkan peralatan yang ku pakai sebelumnya. Setelah semua rapi dan bersih, aku membawa tas gendong kecilku dan keluar dari rumah sewaku ini.
.
.
.
.
.
Aku menyusuri jalan setapak yang sepi, menembus gang kumuh dan kotor. Sampai akhirnya tiba di jalan raya yang lumayan ramai, aku memesan sebuah taksi. Tidak lama menunggu taksi pesananku datang, dan aku menaikinya.
Baru saja 2 - 3 hari aku tidak ke markas, tapi rasanya cukup aneh. Biasanya setiap hari aku akan memakai seragam khusus, dan pergi ke sini untuk mencari misi.
Namun kali ini, aku mendapatkan misi yang bagus. Sehingga aku tidak bisa sering-sering datang ke MPD, agar rahasiaku tetap terjaga.
Aku masuk ke lobi MPD, tepat di sana sedang ada perkumpulan para pemula detektif. Mereka adalah anggota baru yang di rekrut secara tepat, tidak sembarang. Mereka sudah di uji secara materi dan juga fisik, jadi sudah pasti yang terpilih adalah yang terbaik di antara yang lain.
Aku memperhatikan mereka, para pemula itu terlihat sangat serius mendengarkan arahan dari kepala bagian kepengurusan intel, yaitu Yuri.
Ya, Yuri kawan sekolahku. Dia yang pertama kali mengajakku ke tempat ini, sampai akhirnya aku jadi seperti ini. Yuri memang temanku, tapi disini dia adalah bawahanku.
Mengingat yang lalu, bagaimana jika saat itu aku menolak ajakan Yuri untuk bergabung disini? Mungkin aku tidak akan pernah tau semua rahasia ini.
Perkumpulan itupun bubar, aku segera menghampiri Yuri untuk menyapanya. Karna sudah lama kita tidak bertemu, mungkin hampir 1 bulan?
"hai" sapaku pada Yuri, ku lihat dia berbalik menatapku lalu tersenyum.
"hai Kisha, apa kabar?" balas Yuri santai.
"baik," jawabku apa adanya.
"bukankah kau sedang jalani misi? Kenapa kau ke markas Kisha?" tanya Yuri penasaran.
"ya, aku ingin melaporkan saja. Dan aku sudah menyamar bukan?" jawabku santai.
"kau memang berbeda, tapi aku tetap mengenalimu." tukas Yuri percaya diri.
"ya, aku tau itu. Oh ya, mulai hari ini panggil aku Alexa jika sedang di markas." balasku serius.
"kenapa?" tanya Yuri penasaran.
"demi menyamarkan identitas asliku" balasku apa adanya.
"baiklah, aku paham" jawab Yuri yakin.
Memang Yuri sangat mengenalku, walau aku sering mengacuhkannya bahkan terkesan cuek padanya. Tapi ia tetap mendekatiku, sampai akhirnya ia jadi temanku.
Hanya dia yang bisa mengenaliku saat menyamar seperti ini, padahal orang lain sama sekali tidak menyadarinya. Ketelitiannya sangat berbahaya, tapi itulah yang terbaik darinya.
"baiklah, aku akan bertemu jendral dulu." pamit ku pada Yuri.
"ya, semangatlah Alexa. Aku juga harus memberi pengarahan lagi, sampai bertemu di lain waktu" balas Yuri sambil melambaikan tangannya padaku, lalu ia masuk ke ruang diskusi.
Aku melanjutkan langkahku menaiki lift, aku akan menuju lantai 20 tepat ruangan jendral Michael.
Setibanya aku di depan ruangan Michael, ada seorang wanita yang mencegah ku untuk masuk.
"tunggu, siapa kau?" tanya wanita itu.
Aku mengernyit, aku baru melihatnya disini. Dan tingkah nya itu, kenapa seolah-olah aku adalah musuh yang harus di waspadai. Apa dia orang barunya Michael?
"aku Alexa, aku ada perlu dengan jendral Michael." jawabku datar.
"hah? Gadis remaja sepertimu, kenapa bisa berada disini? Mana mungkin jendral Michael mengenalmu. Penampilanmu saja seperti anak hits jaman sekarang, mana mungkin kau anggota dari perserikatan ini." kecam wanita itu sambil mengejek penampilanku dari atas sampai bawah.
Jujur saja, aku malas berhadapan dengan wanita ribet seperti ini. Tapi ku buat dia diam mungkin lebih baik, atau ku seret Michael kesini dan membuatnya meminta maaf padaku saja ya? Tapi aku sedang malas berdebat sekarang, ku biarkan sajalah.
"kau tidak mengenalku nona, jadi jangan sok tau tentangku" ingatku penuh penekanan.
Kulihat dia merasa kesal, dan bersiap akan menjambak rambutku. Namun aku mundur untuk menghindar, dan dia sangat kesal karna itu.
"kau, gadis sepertimu menghinaku? Dasar tidak tau diri! Kau tidak tau siapa aku?" marah wanita itu padaku.
Aku menatapnya tajam, dan sungguh orang ini membuatku malas. Tanpa bicara lagi aku menerobos masuk ke dalam ruangan Michael, dengan teriakan wanita itu mengejarku.
Wanita itu mengejarku dan menarik tanganku, ia berusaha menyeretku keluar. Namun justru sebaliknya, aku yang menyeretnya ke dalam ruangan Michael.
Saat tiba di depan Michael, ku lihat dia menatap bingung. Aku memberi kode padanya untuk menghentikan aksi wanita bodoh ini, sungguh aku kesal sekarang.
"ada apa ini?" tanya Michael padaku dan wanita itu, namun aku memilih diam dan menatap mereka tajam.
"maaf jendral, gadis ini meminta masuk untuk bertemu. Aku sudah menolak dan mengusirnya, tapi ia justru memaksa untuk masuk." jelas wanita itu pada Michael.
"baiklah Michael, sepertinya aku akan benar-benar pergi dari sini untuk selamanya." kecamku kesal, membuat Michael menatapku tajam.
Aku melipat kedua tanganku di depan dada, sambil menatap malas percakapan kedua orang itu. Benar-benar bodoh, sangat membosankan.
"Lona, kau salah. Dia adalah..."
.
.
.
.
.