Chereads / UNCOVER / Chapter 30 - Tak Terduga

Chapter 30 - Tak Terduga

Kini aku dan Michael sudah berada di MPD, tepatnya kami berada di ruangan Michael. Kami akan membahas langkah selanjutnya, karna waktu kami tidak banyak untuk menjalankan misi ini.

"jadi apa yang akan kau lakukan selanjutnya?" tanyaku pada Michael.

"tentu saja menyerang mereka, apalagi memangnya?" jawab Michael heran.

"bodoh! Menyerang itu tidak semudah membalikkan tangan, kau perlu strategi yang tepat." tukasku tajam.

"Kisha, kau meragukan kemampuanku." sarkas Michael menyeringai.

"memang" jawabku seadanya.

"baiklah, kau lihat saja nanti!" kecam Michael menantang.

Aku melirik Michael meminta jawaban, dan Michael mengangguk pelan. Berarti dugaan kami benar, seseorang kini sedang menguping pembicaraan kami di balik pintu yang sedikit terbuka.

"lalu strategi apa yang sudah kau persiapkan?" tanyaku lagi menyambung sandiwara tadi.

"aku akan menyerang mereka serentak, dari pintu utama saat mereka sedang berkumpul. Lalu aku akan menangkap mereka saat itu juga, tentu saja secara diam-diam agar mereka tidak menyadarinya." jelas Michael dengan wajah berpikir.

"kau yakin itu akan berhasil?" tanyaku lagi memancing keseriusan.

"tentu saja, karna mereka akan berkumpul pada satu titik yang sama. Jika aku menyerang saat itu, maka mereka tidak dapat kabur kemanapun." jawab Michael yakin.

"ya baiklah, semoga kau sukses dengan misi ini." ungkap ku tulus.

Michael menyeringai, lalu melirik pintu yang sepertinya sudah kosong. Tepat setelah aku mengatakan ungkapan penyemangat, orang itu meninggalkan pintu yang sengaja di biarkan terbuka sedikit itu.

Mungkin dia pikir pembicaraan kami telah selesai, padahal dia terjebak dalam permainan yang aku dan Michael buat.

Michael menepuk tanganya, dan pintu ruangan yang tadi terbuka kini tertutup rapat. Juga tembok sampingku yang tadi diam, kini mulai terbuka. Ya, Michael membuka ruangan pribadinya untuk berbicara serius.

Aku mengikuti Michael memasuki ruangan tersembunyi ini, kami melewati lorong yang cukup panjang. Hingga akhirnya sampai di sebuah ruangan yang terlihat seperti kamar, ada kingbed, sofa tamu, dan berbagai alat elektronik lain.

"selamat datang di kamar pribadiku, Nona" sambut Michael padaku.

"aku bahkan sudah berkali-kali kesini" tukasku dengan sinis.

"ouh, ayolah Kisha! Kenapa kau selalu dingin kepadaku? Bersikaplah layaknya anak remaja seusiamu, pasti kau akan semakin cantik." saran Michael membuatku menatapnya tajam.

"sebelum merubahku, kenapa tidak kau rubah dirimu sendiri?" kecamku santai namun terkesan menusuk.

Michael terdiam mendengar perkataanku, wajahnya berubah datar dan dingin. Aku tau kata-kataku cukup menusuknya, namun apa aku salah?

"kau sendiri merasa bukan? Jadi jangan sok ingin merubah siapapun, jika kau sendiri masih dalam lingkaran yang sama." tekanku hampa, namun sarat akan kenyataan.

Aku kembali mengitari rak buku, daripada berdebat dengan Michael yang sangatlah tidak penting. Buku koleksi Michael ini memang tidak biasa, mengandung informasi tentang alam dan sosial. Terkadang, aku meminjam bukunya untuk di baca seharian.

"Kisha, menurutmu apa misi ini akan berhasil?" tanya Michael tiba-tiba, membuatku mengalihkan perhatian padanya.

"aku tidak tau, aku hanya pengikut disini. Karna yang menjalankan adalah dirimu, Black Mons" jawabku apa adanya.

Michael menatapku curiga, ia menghampiriku dan bertanya.

"darimana kau tau nama samaranku?" tanya Michael penasaran.

"apa aku harus menjawabnya?" tanyaku balik mempermainkan Michael.

Michael menatapku tajam membuatku menyeringai penuh kemenangan, lalu Michael menghela nafas panjang membuatku terkekeh.

"kau memang menyebalkan Kisha" ungkap Michael dengan wajah kesal.

"namaku Alexa tuan, bukan Kisha" elakku pada panggilan Michael.

"oh aku tidak setuju, mungkin buat orang lain kau adalah Alexa. Tapi buatku kau adalah Hubby, benar bukan?" tolak Michael.

"terserah kau saja, tapi mulai sekarang jangan panggil aku Kisha atau seisi gedung ini akan mengetahui identitasku." kecamku memperingatkan.

"baiklah Hubby, tapi kau belum menjawab pertanyaanku. Darimana kau tau nama samaranku?" tanya Michael menuntut.

"data personalmu" jawabku jujur.

Ya, beberapa saat lalu aku memperlajari ilmu peretasan di barisan hacker. Barisan Hacker adalah kelompok khusus, yang bermain di balik layar. Tugas mereka mencari tau Informasi target, namun tetap terhubung pada agen di baris depan.

Aku beberapa kali memperlajari ilmu peretasan yang mereka pelajari, dan untung saja aku berhasil menguasainya. Walau sebelumnya sempat terjadi kesalahan hingga kehilangan data, tapi akhirnya aku berhasil menguasainya.

"kau meretas dataku?" tanya Michael tajam.

Aku menatap Michael malas, ya aku tau dia pasti akan marah. Karna Yuri pernah mengatakan padaku, jika Michael paling tidak suka jika info pribadinya di ketahui orang lain.

Tapi rasa penasaranku tidak bisa di cegah, siapa juga yang tidak penasaran jika anak usia 15 tahun sudah menjadi pimpinan jendral detektif? Dan alasan lainku, tentu saja karna ingin melihat reaksi Michael jika ada orang lain yang tau informasi mengenai dirinya di masa lalu -iseng sih lebih tepatnya-

"ya, memang aku meretasnya" jawabku jujur.

Michael menatapku tajam, lalu mencekik leherku tiba-tiba dengan penuh amarah. Aku terkejut reaksinya akan sesarkas ini, tidak bisa di biarkan. Dia terus menggila jika aku tetap diam, lalu aku memberontak dari cengkramannnya pada leherku.

"uhukk! Kau.. Gila! Lepaskan tanganmu!" berontakku dalam cengkraman Michael.

Udara dalam pernafasanku mulai menipis, namun Michael belum juga melepaskan cengkramannya.

"kenapa kau ingin mengorek informasi tentang diriku? Apa tidak cukup jika tau apa yang kau lihat saja!" tekan Michael tajam dan sinis, lalu ia melepaskan cekikannya pada leherku.

Jika saja ia mencekikku lebih lama, aku pasti akan mati. Aku berusaha berdiri, dan tanpa pikir panjang aku menampar wajahnya yang menatapku tajam itu.

Wajah Michael terlempar ke samping, ku akui tamparanku sangat keras. Dan pasti akan meninggalkan bekas nanti, namun masa bodo dengan itu. Nyawaku bukan sebuah permainan, yang bisa dia permainkan sesukanya.

"kau ingin membunuhku hanya karna aku meretas data personalmu? Apa sebegitu pentingnya data itu di bandingkan nyawaku?" tanyaku penuh emosi pada Michael yang terdiam membatu.

"kisah hidupku bukanlah urusanmu! Jangan mencari tau lebih jauh dari apa yang kau lihat, atau kau akan jatuh ke lubang yang gelap" tekan Michael penuh isyarat.

"baiklah aku salah, aku minta maaf. Tapi perlakuanmu ini tidak bisa ku terima, seakan-akan aku adalah musuhmu dan harus mati di tanganmu. Ingat tuan, yang membawa saya ketempat ini adalah anda. Yang menjadikan saya anggota adalah anda, yang ingin saya bergabung juga anda. Saya hanya mencari kesibukan dan kebenaran yang belum saya ungkap, tapi jika rasa penasaran saya membuat anda tidak senang. Saya berhenti, anggap saya tidak pernah mengenal anda." tukasku dingin, tanpa ekspresi apapun di wajahku.

Aku berbalik meninggalkan tempat ini, aku melangkah sempoyongan melewati lorong jalan lalu keluar dari ruangan Michael. Udara yang masuk ke paru-paruku masih sedikit, bahkan tenggorokanku masih terasa mengganjal.

Tanpa berhenti aku masuk ke dalam lift, lalu turun menuju lobi MPD. Sesaat keluar dari lift, semua orang memperhatikanku. Aku menatap mereka semua dengan senyum miring, manandakan aku baik-baik saja. Mereka yang tadi mengkhawatirkan aku pun kembali melakukan aktifitasnya masing-masing, sedangkan aku pergi meninggalkan MPD ini.

Ya, aku tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini. Ku pikir reaksinya hanya marah biasa saja, tapi ternyata jauh di luar dugaanku. Sebenarnya rahasia apa yang Michael sembunyikan? Sampai segitu marahnya jika seorang mengetahuinya, sangat mencurigakan.

Padahal aku hanya melihat hasil kerjanya dan juga nama samarannya, karna aku tidak sempat membaca riwayat masa lalunya.

Sial tenggorokanku sakit, dan tubuhku lemas sekarang. Sepertinya aku harus memesan taksi di depan, agar tidak terlalu jauh berjalan.

.

.

.

.

.