Chereads / UNCOVER / Chapter 28 - Misi Penggerebekkan

Chapter 28 - Misi Penggerebekkan

"kau tenang saja, kali ini aku hanya melihat dia saja. Aku akan bergerak jika dia terdesak, bagaimana? Boleh kan jika seperti itu?" ungkapku dengan tenang.

"dasar kau ini, baiklah. Tapi ingat, jangan sembarangan melangkah. Mereka bukan lawan yang mudah, kau mengerti?" ingat Michael padaku.

"iya jendral, kenapa kau jadi bawel sekali?" keluhku pada sikap Michael.

"sudahlah, kau istirahat saja." titah Michael, lalu ia menutup sambungan telponnya.

Aku menekan beberapa tombol nomor, lalu menyimpannya dengan nama Jhon. Ya, nomor walikota Jhon sudah ku simpan.

Aku letakkan ponselku dimeja, dan aku kembali memakan snack yang masih tersisa. Santai sedikit tidak masalah bukan?

.

.

.

.

.

Malam hari memang waktu yang menenangkan untukku, kenapa? Karna pada saat ini keadaan tidak berisik, sehingga aku bisa merasa tenang dan nyaman.

Kini, aku sedang berjalan-jalan di sekitar kampung. Aku ingin mengikuti jalan ini, menemukan tempat yang belum ku kenal. Karna hanya jalan utama dan jalan ke arah hutan saja yang sudah ku ketahui, selain itu masih ada 2 jalan lain yang belum ku jelajahi sama sekali.

Kali ini, aku akan mengenal alur jalan ini. Mengikuti kemana ujung dari jalan setapak yang di buat ini, karna seingatku warga pun jarang melewati jalan ini. Entah karna apa, yang pasti mereka tidak pernah mau lewat sini.

Langkah demi langkah aku jajaki, jalan ini memang sunyi dan sempit. Pantas saja warga tidak ada yang ingin datang kesini, karna tempat ini terkesan seram dan horor.

Aku terus melangkah memasuki gang gelap itu, sampai akhirnya terdapat sebuah rumah tua terbengkalai. Terlihat dari sisi depan rumah yang kotor, rusak, dan banyak rumput liar.

Rumah yang cukup bagus sebanarnya, desaignnya pun unik. Gabungan tradisional dan modern, sayang sekali jika di biarkan seperti ini. Tapi aku merasa ada yang aneh dengan rumah ini, tapi apa ya?

Jika di perhatikan rumah ini biasa saja, pintu keropos, rumput di atap rumah, latar kotor, lampu dalam menyala, dan.. Tunggu! Lampu dalam menyala?

Benar, lampu di dalam rumah itu menyala terang hanya bagian luarnya saja yang gelap dan terlihat rusak. Memang sekilas tidak akan terlihat, tapi di balik celah atas pintu semua terlihat sangat jelas.

Logikanya jika rumah itu kosong, tidak mungkin lampu di dalam masih menyala. Dan jika pun masih menyala tidak akan bisa bertahan lama, sedangkan rumput liar yang memenuhi luar rumah sudah seperti bertahun-tahun kosong.

Jadi, kesimpulannya hanya 2. Antara si pemilik rumah sudah kembali, atau rumah ini di pakai untuk markas gelap. Tapi jika di pikir lagi, sepertinya kedua hal itu berhubungan. Ya, kurasa si pemilik rumah sudah kembali dan menjadikan rumahnya sebagai markas kegiatan gelapnya.

Apakah pemikiranku benar? Hanya ada satu cara untuk membuktikannya, mau tidak mau aku harus menyusup masuk ke dalam.

Diam-diam aku melangkah tanpa suara, mendekati pintu kayu yang sudah keropos itu. Sedikit ku dorong ke dalam, hingga terdapat celah untuk mengetahui ada apa di dalam sana.

"jadi nona, kenapa nona malah datang sendiri ke markas? Bukankah nona sedang menyamar?" tanya salah seorang pria yang ku pikir sebagai bawahan, karna ia memanggil nona pada orang lain.

Aku tidak dapat melihat siapa wanita itu, karna dia berdiri membelakangiku. Tapi dapat ku pastikan dia bukan orang sembarangan, karna penampilannya sangat modis dan dewasa.

"ada untungnya juga kita menakuti warga agar tidak kesini, jadi kita bisa menyusuh rencana dengan baik nona" sambung seorang lainnya.

Aku penasaran, siapa sebenarnya wanita itu. Dari postur tubuhnya mengingatkanku pada seseorang, tapi apa itu mungkin?

"kalian tenang saja, aku sudah menemukan rencana baru." ucap nona iti dengan yakin.

Tunggu, suara itu? Apakah pemikiranku ini benar? Atau sebuah kebetulan, tapi mana mungkin?

"rencana untuk menghancurkan Jhon dan merebut kembali James serta Louis yang mereka sandera, rencana ini akan ku pastikan berhasil." tukas nona itu pada para bawahannya.

Mereka tersenyum mendengar ucapan dari bos mereka, namun aku sama sekali belum dapat memastikan apakah dia orang yang ku pikirkan atau bukan.

"aku nona kalian, Lona Londerson. Akulah LL, akulah yang menyamar masuk ke dalam inti perserikatan detektif yang bodoh itu. Mereka bahkan tidak mengenali siapa aku, benar-benar tidak berguna!" ungkap nona itu dengan senang.

Astaga, benar dugaanku. Dia adalah Lona, sekertaris Michael. Bahaya, apa dia tau rencana kami?

"aku sudah mengetahui semua rahasia mereka, dan tentu saja rencana mereka untuk memindahkan harta karun itu. Dasar bodoh! Mereka bahkan tidak menyadari, jika ada yang menguping pembicaraan mereka." ungkap Lona lagi, dengan semangat.

Sial, sekarang aku harus memberitahu Michael tentang ini. Kita harus segera merubah rencana, dasar wanita licik. Dia pasti mengelabui Michael dengan wajah bodohnya itu, benar-benar menyebalkan.

Perlahan aku mundur tanpa memperhatikan sekitarku, sebalok kayu tidak sengaja terinjak olehku. Membuat keseimbangaku oleng hingga akhirnya aku terjatuh, sungguh sial.

'Bruukk'

"siapa di sana?!" teriak dari dalam rumah itu.

'sial, mereka akan mengetahui siapa aku? Aku harus segera pergi dari sini, tapi.. Aduh! Kakiku sakit sekali.' batinku panik.

Pintu kayu itu terbuka, mereka keluad dan mencari asal suara itu. Sesaat mereka akan melihatku di sisi samping rumah ini, sial apa yang harus aku lakukan?

Aku tertarik ke samping dengan keras, sampai tubuhku menabrak tubuh orang lain. Aku masih memejamkan mataku, kurasa selesai sudah pengintaianku. Astaga, aku tidak menyangka aku akan ketahuan.

"hei, Kisha, hei, buka matamu!" bisik seseorang padaku.

Tunggu! Suara itu, aku segera membuka mataku dan benat saja. Michael berada tepat di depan wajahku, membuat aku segera menarik diri untuk menjauh. Namun Michael kembali menarik tanganku untuk tetap dalam pelukannya, dia mengodekan tatapan matanya padaku.

Michael menarik ku kebalik pohon bersar, dan kami bersembunyi disini. Melihag kode tatapan Michael, akhirnya aku mengikuti arah pandangannya.

Astaga, ternyata banyak sekali anggota yang mencariku. Untung saja Michael menyelamatkanku, jiak tidak? Entah apa yang sedang terjadi padaku.

Setelah 10 menit, akhirnya kelompok londerson itu meninggalkan halaman rumah. Sungguh kakiki sudah pegal sekali berdiri sejak tadi, dan kami masih dalam posisi yang sama.

Tanpa kata lagi, aku menarik diri untuk menjauh. Ku lihat Michael tersenyum kecut, namun aku mengabaikannya.

"terima kasih, kau sudah menyelamatkan aku." ucapku tulus pada Michael.

"sedang apa kau disini Kisha? Tempat ini berbahaya untuk mu, tidak baik kau pergi sendirian ke tempat seperti ini." ingat Michael khawatir padaku.

"ya aku tau, tadi aku hanya mencoba jalan yang belum ku kenal saja. Tapi ternyata itu jalan menuju rumah ini, karna penasaran ya aku intai saja. Oh ya Michael, aku mau memberitahu sesuatu." jelasku pada Michael.

.

.

.

.

.