Chereads / Love in the Room / Chapter 38 - Gelisah

Chapter 38 - Gelisah

Luna tidak bisa tidur malam ini. Semenjak Edward mengacaukan pikirannya dengan sebuah postingan, wanita hamil itu menjadi gelisah setiap saat. Meski sebentar perhatiannya teralihkan saat Shandra dan Arsha datang, kini hal itu mulai membuatnya kembali resah.

Ethan yang menyadari Luna belum tidur pun terganggu dan terbangun. dia menoleh pada istrinya itu.

"Kenapa belum tidur?" tanya Ethan.

"Tidak apa-apa, aku hanya sedang tidak nyaman saja," jawab Luna tanpa menoleh.

Ethan mengehela napas lalu mendudukkan dirinya. "Apa ada masalah?" tanyanya.

Luna ikut duduk menatap Ethan yang masih terlihat mengantuk. "Tidak. Kalau kamu ngantuk, tidur saja. Nanti aku pasti akan ketiduran."

"Tapi aku tidak bisa tidur jika kamu terus bergerak gelisah. Ceritakan apa yang membuatmu resah. Aku suamimu, kamu harus lebih terbuka padaku." Ethan mengelus rambut Luna yang agak berantakan setelah rebahan.

"Aku tidak ingin kamu marah." Luna memalingkan wajahnya.

Ethan mengernyitkan dahinya lalu bertanya, "Marah, kenapa aku harus marah? memangnya apa masalahmu?"

"Ini bukan masalah bagimu, hanya saja ...." Luna bimbang untuk mengatakannya.

"Hanya apa?" tanya Ethan dengan tatapan menyelidik.

"Orang dari masalaluku datang dan menggangguku," jawab Luna.

"Apa dia mantan kekasihmu?" tanya Ethan lagi.

Luna mengangguk, sedangkan Ethan menunjukkan ekspresi kecewa. Dia merasa tidak tenang karena istrinya resah karena pria lain.

"Apa kamu masih mencintai dia?" tanya Ethan.

Spontan Luna mendongak menatap Ethan dan menggeleng. "Tentu saja tidak! Aku hanya mencitaimu, aku sudah membuang jauh-jauh perasaanku padanya."

"Kalau begitu jangan pikirkan dia lagi, aku tidak ingin kamu sakit hanya karena gelisah memikirkan masalalumu itu," ucap Ethan sembari merangkul Luna dari samping. "Sekarang aku adalah suamimu, jangan pikirkan pria lain."

"Iya. ma'af karena sudah mengecewakanmu. Aku hanya tidak nyaman karena dia terus menggangguku"

"Benarkah?" tanya Ethan sembari melepas rangkulannya lalu menunduk menatap Luna.

Luna tampak tidak tenang karena Ethan sangat serius menanggapi perihal mantannya yang masih mengganggunya.

"Siapa dia, apa dia orang Indonesia juga dan dari kota ini juga?" tanya Ethan dengan ekspresi sangat penasaran.

"Eh ... orang luar negeri," jawab Luna bohong. Karena dia tidak ingin Ethan memusuhi Edward.

"Siapa namanya, tinggal di mana dia? Aku akan minta orang-orang kepercayaanku untuk memberinya pelajaran!" ucap Ethan dengan mata yang berkilat penuh amarah.

Luna bergidik ngeri melihat sisi lain dari suaminya ketika sedang marah itu. "Dia sering pindah ke negara lain untuk urusan pekerjaanya. biarlah nanti dia akan lelah dengan sendirinya dan berhenti mengganggu ku."

"Tapi dia membuatmu resah!"

"Aku resah hanya karena belum memberitahumu. Sekarang aku sudah merasa lega." Luna kembali berbohong.

"Yasudah, jangan pikirkan dia lagi. Sekarang kita tidur, ini sudah larut malam," seru Ethan sembari merebahkan tubuhnya kembali, sedangkan Luna masih duduk mengusap wajahnya, lalu menyibakkan rambutnya.

'Ma'af karena aku tidak jujur padamu. Aku hanya tidak ingin kalian bermusuhan. Semoga saja kak Shandra bisa membantuku memperingatkan Edward' batin Luna. Dia segera merebahkan dirinya kembali, sedangkan Ethan langsung memeluknya.

"Jangan pikirkan dia lagi." seru Ethan sembari mendekap Luna.

Luna hanya mengangguk, lalu memposisikan tubuhnya menyamping menghadap Ethan yang sudah terpejam. 'Aku mencintaimu, aku tidak ingin semua ini berakhir ataupun terjadi perseteruan hanya karena masalalu,' batinnya sembari meraba bibir Ethan dengan jemarinya yang mulus.

"Kenapa?" tanya Ethan yang kembali terbangun karena Luna meraba bibirnya.

Luna hanya menggeleng dan tersenyum menatap suaminya itu.

"Apa kamu ingin bercinta?" tanya Ethan dengan menaikkan alisnya.

"Tidak! Siang tadi aku sudah puas," jawab Luna.

"Aku belum," ucap Ethan sembari mendekatkan wajahnya pada wajah Luna.

Luna menggeleng tetapi tidak dapat menolak ciuman Ethan, secara refleks dia membalasnya dengan lumatan.

"Aku tidak akan memaksamu, kasian juga mereka yang ada di dalam perutmu jika aku terus minta dilayani," ucap Ethan setelah melepas ciumannya. Dia menyeringai menatap Luna yang sudah mulai panas, sedangkan tangannya mengelus perutnya yang buncit.

"Kamu selalu begitu." Luna mengerucutkan bibirnya sembari melirik kesal pada Ethan.

"Ingat, kata dokter. Tidak boleh terlalu sering bercinta." ucap Ethan sembari mengacungkun jari telunjuknya pada Luna.

Luna yang merasa kesal dan gemas segera menarik Ethan kembali dan menciumnya. Dia melepas pakaian suaminya itu dengan tidak sabaran.

"Haha ... oke." Ethan terkekeh, sedangkan Luna tetap melanjutkan aksinya.

"Salahmu sendiri memancing nafsuku!" Luna menindih Ethan lalu menciuminya kembali.

Ethan membalas ciuman Luna sembari melepas pakaian istrinya itu hingga tak bersisa. kini, mereka sudah naked dan siap bertempur meski siang tadi sudah melakukannya.

'Astaga, Dia bisa bersikap agresif,' batin Ethan sembari menikmati ciuman-ciuman dari Luna ke bagian leher hingga turun ke bagian intinya, membuatnya seakan terbang dan napasnya tidak lagi teratur. Biasanya Luna yang dia buat puas. Kini, istrinya itu bergantian memberinya kepuasan.

___

Di kamarnya, Viona meraba-raba sampingnya dan menyadari Edward tidak ada. Dia seketika terbangun dan mendudukan dirinya.

"Ke mana Edward?" gumam Viona lalu beranjak dari ranjang. Dia berjalan ke kamar mandi untuk mencari Edward. Namun, suaminya itu tidak ada.

'Tidak ada juga,' batin Viona, lalu melihat kearah jam dinding yang menunjukkan waktu pukul 01:30 WIB.

Viona berjalan keluar kamar, lalu menuju dapur dan mendapati Edward di sana tetapi dengan pakaian seperti baru keluar rumah. Suaminya itu mengenakan celana jeans abu-abu dipadu dengan t-shirt hitam dan mengenakan jaket kulit dan memakai topi juga.

"Edward, dari mana kamu?" tanya Viona dengan memicingkan matanya pada suaminya itu.

"Eh. aku tadi ... keluar sebentar mencari hiburan bersama teman-temanku." Edward menjawab dengan gugup.

"Benarkah? Tapi kenapa pakai topi, ini kan malam?" tanya Viona sembari mendekati Edward.

"Tadi di luar gerimis. Di mobil tidak ada payung tetapi hanya ada topi, makanya aku pakai topi," jawab Edward lalu pergi menuju kamar.

Viona menoleh menatap punggung Edward hingga tak terlihat. 'Apa dia sedang berbohong? Dia terlihat seperti seseorang yang menyamar. Sebenarnya apa yang dilakukannya malam-malam bagini?' batinnya bertanya-tanya.