Chereads / Love in the Room / Chapter 20 - love you

Chapter 20 - love you

Malam ini Luna bersama Alexa, Dina dan juga Maura jalan-jalam ke mall. Mereka sengaja shopping sebelum besok berpisah karena sudah hampir tiga hari mereka berkumpul.

"Itu daster cocok buat kamu Lun," ucap Dina sembari menunjuk sebuah daster elegant untuk wanita hamil.

"Besar banget ma," balas Luna.

"Kan nanti perutmu bertambah besar. Segini belum apa-apa." Dina mengambil daster itu dan mencocokkan ke tubuh Luna.

Luna menelan salivanya saat mertuanya mengatakan perutnya sebesar ini belum apa-apa. Dia membayangkan tubuhnya akan seperti bulat dengan perut besarnya seperti balon yang akan meledak. Luna bergidik. "Kenapa aku di hamili pria yang punya gen kembar, takdirku ..."

"hahaha besar banget Lun." Alexa mentertawakan istri sepupunya itu, sedangkan Maura sibuk mencari baju untuknya sendiri, dia doyan shopping.

"Semoga nanti kamu juga seperti aku," ucap Luna sembari melirik Alexa yang mentertawakannya. Alexa bergidik membayangkannya.

"Harusnya kalian suka. Anak kembar itu anugerah yang sangat indah. apalagi kembar identik, mama membayangkan anak kamu nanti wajahnya mirip, pasti lucu. Entah tampan atau cantik," nasehat Dina, sebagai mertua dia sangat senang akan mendapat dua cucu sekaligus.

"Oiya, kapan di USG lagi, biar ketahuan laki atau perempuan?" tanya Alexa penasaran.

"Eh. nanti kalau sudah tujuh bulan," jawab Luna.

"Kalau mama malah lebih suka kejutan," timpal Dina.

"Kejutan gimana maksud mama?" Tanya Luna dengan mengerutkan dahinya.

"Ya kalau USG kita hanya ingin tau kesehatannya saja. Masalah kelamin tidak usah di pikirkan. Taunya nanti saja jika sudah lahir. itu lebih berkesan," jawab Dina sembari membawa daster yang akan dia belikan untuk Luna ke penjaga butik.

"Tapi kan kalau tau jenis kelaminnya dari awal. Kita bisa siapkan pakaian yang sesuai ma," ucap Luna yang sejak tadi mengikuti mertuanya itu. Alexa menghilang entah kemana. Gadis itu tidak suka memilih baju-baju yang feminim. Tentu dia memilih untuk ke butik yang lain.

"Soal pakaian itu bukan masalah. Belanja dadakan, suruh saja asisten Ethan. atau mama yang akan belanjakan. Dirumah sakit juga sedia," jawab Dina dengan santai.

Luna mengangguk paham, mertuanya bersikap seperti Ethan. Atau sebaliknya, sifat Ethan mengikuti sifat ibunya yang simpel dan tidak muluk-muluk.

Dina mengajak Luna untuk membeli susu khusus untuknya. Untuk stok dirumah, meski belanja sendiri pun Luna bisa. Tapi mertuanya itu sangat pengertian. Dia juga membelikan bantal khusus wanita hamil, supaya Luna bisa tidur nyenyak.

"Emaknya baik, anaknya baik. Kurang beruntung apa aku ini," batin Luna sembari terus mengikuit mertuanya. Sesekali dia memegangi pingganya yang mulai pegal.

"Kamu capek?" Tanya Dina.

"Lumayan pegel ma," jawab Luna meringis malu-malu.

Dina menghela napasnya, dia sendiri yang lupa waktu saat belanja. Tidak ingat membawa menantu yang sedang hamil. pasti mudah lelah.

"Yasudah ayo pulang. Ini juga sudah jam sembilan malam," ajak Dina. Luna mengangguk setuju. Mereka segera mencari Maura dan Alexa untuk di ajak pulang bersama. Namun ternyata Ethan menyusul.

"Loh. Kamu kesini juga Tan?" Tanya Luna.

"Iya. Aku jemput kamu. sudah tiga jam kamu keluar rumah. Aku khawatir," jawab Ethan dengan senyum damainya. Luna yang di khawatirkan pun tersenyum merona. Sedangkan Dina, menelisik kedua pasangan itu yang tampak sedang saling jatuh cinta.

"Yasudah. Kalian pulang duluan. Nanti mama sama Alexa dan Maura saja!" seru Dina dengan senyum melegakan. Dia tau Luna dan Ethan butuh waktu untuk berduaan.

"Yasudah, kami pulang duluan ma," pamit Luna. Ethan segera menggenggam tangannya, mengajaknya keluar mall sembari membawa barang yang tadi di belikan Dina.

_____

Saat sampai rumah, Luna segera ke kamar, dis tidak tahan ingin rebahan. Sedangkan Ethan membuatkan susu untuknya. Astaga, calon hot daddy tidak pernah melupakan rutinitasnya.

Luna menatap pantulan dirinya di cermin. Dia mencoba daster yang tadi di belikan mertuanya, "Setelah di pakai tidak terlalu besar, hmm. aku sangat gendut," gumam Luna.

CEKLEK

Terlihat Ethan memasuki kamar sembari membawa segelas susu, Dia tersenyum melihat Luna sedang mencoba baju baru.

"Bagus, Kamu terlihat manis," ucap Ethan sembari mendekati Luna. Luna tersenyum merona mendengat pujian suaminya itu.

"Mama tadi yang belikan," balas Luna sembari mengambil susu dari tangan Ethan lalu meminumnya.

"Beli apa saja tadi?" tanya Ethan sembari menoleh ke arah belanjaan Luna di ranjang.

"Daster, baju, bantal, susu. Sebenarnya aku tidak mau, tapi mama bersikeras membelikannya," jawab Luna yang sudah menghabiskan susunya.

Luna mendudukan dirinya di kurai depan meja rias, dia menghapus make up nya yang tidak terlalu tebal. Ethan menghampiri Luna. menatapnya dari cermin.

"Kenapa?" Tanya Luna mendongak menatap suaminya yang canggung untuk menyentuhnya, takut dia marah.

"Tidak. Aku hanya ingin melihatmu lebih dekat saja," jawab Ethan datar.

Luna menghela napasnya. Dia tau, mungkin Ethan sungkan padanya karena dia baru menerimanya sebagai suami, Luna menyadari mungkin Ethan menginginkan haknya. Tetapi lebih memilih menahannya karena belum ia terima sebagai suami.

Luna beranjak dari duduknya, memberanikan menatap lekat Ethan sembari meraba rahangnya yang tegas.

"Maafkan aku Tan," ucap Luna lirih.

"Untuk apa, kamu tidak memiliki kesalahan apapun?" Tanya Ethan lirih, matanya menatap intens mata istrinya.

"Aku tidak memberikan hakmu. Aku tidak memenuhi kewajibanku sebagai seorang istri," jawab Luna terdengat sendu. Dia tertunduk sedih, Sudah membuat Ethan menunggunya dan terus bersabar akan sikapnya.

"Aku tau itu tidak mudah Luna. Aku tidak akan memaksamu, Kamu selalu di sampingku, menerimaku sebagai suami, aku sudah bersyukur. Mengizinkanku menyentuh anak-anakku itu sudah lebih dari cukup," Ucap Ethan dengan tatapan penuh keyakinan.

Luna terenyuh mendengar perkataan Ethan. Dia semakin merutuki kebodohannya selama ini. Tentu Ethan jauh lebih baik daripada Edward.

"Sentuh dia semaumu, kamu berhak. Bahkan menyentuhku semaumu, Kamu suamiku, Dosa jika aku terùs menolakmu," ucap Luna terdengar sendu dengan mata berkaca-kaca.

Ethan memegang dagu Luna. Mendongakkan wajahnya. Terlihat Luna menangis.

"Jangan menangis. Aku tidak akan memaksamu. Aku akan menunggumu sampai kamu mencintaiku, asalkan kita tidak bercerai setelah anak kita lahir. Aku takut akan hal itu. Kasian mereka jika kita berpisah," ucap Ethan sembari mengusap lembut airmata Luna.

Luna memikirkan perkataan Ethan. Bahkan yang suaminya takutkan itu adalah masalah perceraian, mengenai anak-anak mereka kelak. Bukan hanya sekedar cintanya. Luna semakin merasa bahwa Ethan benar-benar suami yang baik, bahkan selama ini dia merasa nyaman. Luna merasa bahwa dirinya mulai mencintai suaminya itu.

"Tidak. Aku tidak akan minta cerai. Lupakan kenyataan menakutkan itu. Aku menyayangimu. Aku merasakannya. Aku nyaman bersamamu. Aku ...aku merasa aku mencintaimu sekarang," ucap Luna sembari memeluk suaminya. Dia terisak, menyesal telah mengabaikan suaminya, membiarkannya ketakutan akan perceraian yang pernah dia rencanakan.

buat yang suka baca karya aku, aku punya karya di fizzo. bisa dibaca sampai tamat gratis. judulnya the replacement bride love after marriage atas nama pena dellunaxray.

ada juga yang masih on going di akun baby Moonjuice judul : Obsesi gila tuan CEO.

bantu dukung di sana ya, karena saya nggak nulis lagi di sini. di sana semua karya bahasa Indonesia kok. dan gratis.