Chereads / Love in the Room / Chapter 25 - Edward jealous

Chapter 25 - Edward jealous

Saat pukul tiga sore, Edward keluar kantor dan mengemudikan mobilnya menuju rumah Ethan. 'Jam segini pasti Ethan masih di kantor. Ini kesempatanku untuk menemui Luna,' batinnya dengan tersenyum simpul.

Pria itu masih saja berniat mendapatkan kembali mantan kekasihnya. Meski sudah menjadi istri Ethan, bahkan wanita itu sedang hamil.

***

Seharian di rumah, Ethan bersama Luna memanfaatkan waktu dengan menonton film. Siapa sangka, mereka berdua mempunyai selera genre yang sama. Yaitu action dan romance.

"Kita sudah nonton tiga film. Sekarang mau apa lagi?" tanya Luna yang sedang duduk di sofa depan televisi sembari makan camilan berupa keripik kentang.

"Tidur saja, aku ngantuk," jawab Ethan sembari bebaring dengan kepalanya yang bertumpu pada paha Luna.

"Aku tidak ngantuk. Entahlah, sekarang jadi susah tidur,"Luna meletakkan camilannya ke atas meja yang terletak di depan sofa.

"Kenapa, apa ini karena adanya si kembar?" tanya Ethan sembari memiringkan posisinya. Dia menatap perut Luna dan menciumnya.

"Bisa jadi. Rasanya dadaku semakin sesak,"jawab Luna.

Ethan mengelus perut buncit Luna. "Perjuangan ibu memang tiada tara. You are my perfect wife, dan aku beruntung menjadi suamimu."

Luna tersenyum merona sembari menunduk mencium kening Ethan, "Kamu juga suami yang sempurna untukku. Bodohnya aku tidak menyadari itu sejak dulu. Kata kak Shandra, kamu calon hot daddy," ucap Luna sedikit terkekeh.

"hehe ...Tante Maura juga bilang begitu," balas Ethan yang juga terkekeh sembari merasakan gerakan dari si kembar. "Mereka bergerak."

Luna tersenyum geli. "Mereka suka sentuhan mu."

"Rasanya tidak sabar ingin melihat mereka lahir. Aku membayangkan dua bayi imut di antara kita berdua," gumam Ethan yang masih dengan posisi yang sama. Sesekali dia kembali mencium perut buncit Luna dengan gemas.

TING ...TONG

Suara bel berbunyi. Ethan segera bangkit dari rebahan, kemudian berjalan menuju pintu.

"Edward," sapa Ethan saat melihat siapa yang datang.

Edward mengerutkan keningnya. Dia tidak menyangka bahwa Ethan berada di rumah. "Kamu tidak ke kantor?" tanyanya datar.

"Tidak. Luna sedang tidak enak badan," jawab Ethan sembari berbalik menuju ruang tengah menghampiri Luna.

Edward berjalan mengikuti Ethan. Matanya fokus menatap wanita hamil yang sedang duduk santai di sofa.

"Sakit apa?" tanya Edward sembari mendudukkan dirinya di hadapan Luna dan Ethan.

"Hanya kelelahan dan juga flu," jawab Ethan dengan ramah. Sedangkan Luna, menatap malas pada mantan kekasihnya itu.

"Seharusnya, saat itu kamu tidak ikut reunian ke Singapura," ucap Edward sembari menatap Luna.

"Kenapa memangnya? Aku juga ingin berkunjung ke rumah mertuaku," balas Luna terdengar ketus.

"Setidaknya kan kamu harus sadar. Kamu tidak sendiri lagi." Edward menyalahkan Luna.

Luna menatap sinis pada Edward. 'Tidak usah sok peduli. Dasar bajingan!' batinnya dengan kesal.

"Gimana Viona, apa dia tidak ingin hamil juga? Kalian lebih dulu menikah, tapi kenapa menunda memiliki momongan?" Ethan bertanya sembari merebahkan dirinya di sofa dengan posisi seperti tadi. Kepalanya berbantalan pada paha Luna.

"Kami belum memikirkan itu. Kamu kan tau kalau Viona selalu sibuk." jawab Edward datar.

Edward menahan rasa cemburu yang bergejolak di hatinya saat melihat sang mantan tampak akur dengan sang suami, yang notabennya adalah adik tirinya. Uh, pasti pria itu sedang kepanasan ibarat berdiri di gurun yang gersang.

"Jika tidak ingin punya momongan, kenapa menikah?" tanya Luna, bermaksud menyindir Edward yang dulu mendadak meninggalkannya.

"Jujur saja, aku menikah karena desakan ayahnya. Saat itu perusahaanku sedang bermasalah," jelas Edward.

Ethan mengerutkan keningnya, menatap kakak tiri yang sedang berbincang dengan istrinya. "Jadi, kamu tidak menyukai Viona?" tanyanya heran.

"Tidak. Aku bahkan masih punya kekasih saat itu. Aku terpaksa meninggalkan nya," jawab Edward terdengar sendu. Dia ingin Luna mengerti tentang perasaan yang dia rasakan.

"Kasian sekali kekasihmu itu. Dia pasti sangat sedih. Kenapa kamu tidak minta bantuan pada mama atau aku?" tanya Ethan lagi, sembari mendudukkan dirinya.

"Aku tidak ingin merepotkan kalian," jawab Edward. Sesekali dia melirik Luna yang tetap meliriknya dengan sinis.

"Halah. Jika kamu sayang pacarmu, tidak seharusnya kamu bersikap seperti itu!!" timpal Luna dengan nada pedasnya.

"Kamu tidak tau posisiku, Luna Aku juga tidak ingin seperti ini," sergah Edward.

Ethan melirik istri dan kakak tirinya itu, "Bukankah kalian sejak dulu berteman? Apa soal pernikahanmu dengan Viona, Luna tidak mengerti?" tanyanya sedikit heran.

Edward dan Luna saling menatap. Wanita itu ingat bahwa, suaminya mengetahui ia hanya berteman dengan kakak tirinya, bukan mantan sepasang kekasih.

"Saat itu aku sedang sibuk dengan karirku, dan dia juga tidak mengabariku saat menikah," jawab Luna dengan cepat. Sebelum Edward mengatakan yang sebenarnya.

"Aku sudah bilang, saat itu posisiku benar-benar terdesak," sergah Edward.

"Kenapa kalian jadi seperti akan berdebat?" tanya Ethan sembari melirik istri dan kakak tirinya itu. Dia melihat gelagat kebencian di mata Luna untuk Edward.

"Karena pacar yang dia tinggalkan itu temanku. Gadis itu sangat kecewa, setiap malam menangisinya, sedangkan dia, pasti menikmati pernikahannya," jawab Luna sembari melirik Edward. Dia ingin pria itu mengetahui bagaimana dia sakit hati.

"Tapi nyatanya dia sudah menikah. Dia terlalu mudah melupakanku." Edward menyindir Luna yang malah menikahi adiknya.

"Tentu dia akan melupakanmu. Lagian, suaminya sangat baik dan perhatian. Jauh lebih baik darimu!!" Luna menegaskan, kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan menuju tangga ke arah kamar.

"Edward. Kedatanganmu membuat istriku jadi bad mood. Dia sangat membela mantanmu itu. Lagian itu salahmu, kenapa tidak menceritaian masalahmu padaku? setidaknya aku bisa membantu, dan kamu tidak perlu meninggalkan pacarmu demi menikahi gadis yang tidak kamu cinta.".Ethan menatap kesal pada Edward.

Edward menghela napasnya, melirik Ethan yang tidak mengetahui kenyataan yang sebenarnya. 'Mantaku itu adalah istrimu, apa mungkin kamu mau mengembalikannya padaku?Tidak usah sok bijak!' batinnya dengan kesal.

**

Viona mengemudikan mobilnya memasuki halaman rumah Ethan. Itu karena dia melihat ada mobil Edward di sana.

"Untuk apa dia ke sini? Padahal, belum saatnya pulang kerja," gumsm Viona bertanya-tanya.

Viona turun dari mobil, lalu memasuki rumah Ethan yang tidak kalah megah dari rumah ayahnya. Dia melihat Edward yang kebetulan sedang berjalan arah keluar rumah.

"Viona," sapa Edward dengan menaikkan alisnya.

"Aku mencarimu ke kantor,tapi kamu tidak ada. Ternyata kamu malah di sini," balas Viona terdengar tidak senang.

"Aku ... aku hanya membicarakan soal pekerjaan dengan Ethan," ucap Edward terdengar gugup.

"Benarkah? lalu, kenapa buru-buru pulang?" Viona bertanya dengan tatapan mengimintidasi pada suaminya yang mulai tidak jujur itu.

"Aku khawatir jika kamu menungguku di rumah. Lebih baik sekarang kita pulang. Aku tidak ingin mengganggu Luna dan Ethan," seru Edward sembari menuntun Viona keluar.

"Tapi aku ingin menemui Luna. Aku pikir, akan baik jika aku mendekatinya. karena kita bersaudara," ucap Viona sembari menghentikan langkahnya.

"Dia sedang sakit. Lain kali saja. Ayo pulang!" Edward tampak memaksa. Dia tidak ingin Viona mengetahui semua kenyataan yang ada. Bisa-bisa istrinya itu akan menjeratnya dan rencana untuk menceraikannya akan gagal.