Chereads / MARRY AN IMAGINARY HUSBAND / Chapter 30 - SAUDARA MENYEBALKAN

Chapter 30 - SAUDARA MENYEBALKAN

Jilly berdiri dari duduknya sembari memperhatikan seorang gadis yang baru saja kembali dari tempat para pelanggan.

Dilihatnya saat ini Ametsa yang begitu sangat sibuk sehingga kini laki-laki tersebut langsung bergegas menghampirinya.

"Ametsa," panggilnya kepada gadis itu.

"Aku akan pergi, tolong jaga Cafe selagi aku tidak ada."

Gadis itu yang mendengarnya langsung terdiam sejenak sebelum akhirnya menganggukan kepala dan menatap kepergian Jilly yang sudah keluar melewati pintu belakang.

"Apa dia baik-baik saja?" gumam Ametsa dengan kening yang berkerut. "Aneh."

Setelah itu Ametsa menggelengkan kepala dan kembali melanjutkan pekerjaannya untuk memenuhi semua pesanan pelanggan.

Ia paling tidak bisa melihat pelanggannya bosan karena terlalu lama menunggu. Hingga di mana dirinya pun sudah selesai dan kini Ametsa kembali mengantarkan pesanannya seperti biasa.

"Vanilla latte dan Lemonade."

Ametsa tersenyum setelah menyimpan gelas-gelas tersebut sebelum akhirnya kembali ke meja yang lain dengan pesona kecantikannya yang begitu luar biasa.

Sebenarnya Jilly sangat berterimakasih kepada saudara sepupunya itu karena telah membawa seseorang seperti Ametsa yang memiliki kepribadian yang cukup baik.

Apalagi semakin hari pelanggan akan semakin ramai setelah gadis itu datang ke Cafe miliknya ini. Karena Jilly akui bahwa Ametsa memanglah gadis yang sangat cantik.

Di sisi lain saat ini Jilly sedang dalam perjalanan menuju ke rumah gadis itu. Beruntungnya laki-laki itu masih mengingat alamatnya sehingga ia tidak perlu untuk tersesat dan kini dirinya sedang mencoba menghubungi saudaranya itu untuk segera bersiap-siap karenanya yang sudah hampir sampai.

"Apa kau gila, Jilly?!"

Suara bentakan yang cukup kuat dari seberang sana membuatnya terkejut dan spontan menjauhkan ponselnya dari gendang telinga.

Jilly meringis sebelum akhirnya laki-laki itu mencoba untuk mendekatkan kembali layar ponselnya.

"Niel, kau ini kenapa?" tanyanya yang berusaha untuk setenang mungkin. "Aku menghubungi karena ingin memberitahukan saja kalau kau harus segera bersiap-siap."

"Aku sedang berendam," ujar Daniel sembari memijit pangkal hidungnya sejenak dengan kedua mata yang terpejam. "Lagi pula, kita baru saja selesai berbincang 10 menit yang lalu, itu artinya waktumu masih lama!"

Mendengar itu seketika Jilly langsung terdiam sejenak sebelum akhirnya laki-laki tersebut langsung mengulum bibirnya dengan kedua mata yang masih fokus untuk mengemudi.

"Aku hanya memberitahumu saja, apa aku salah?"

Daniel langsung berdecak. "Terserah kau saja, aku sudah lelah denganmu."

"Oh, jadi jika itu untuk Ametsa, kau tidak akan pernah lelah begitu?"

"Jilly, kau sangat menyebalkan sekali. Jangan pernah sebut namanya lagi jika sedang berbincang denganku, mengerti?!"

Sungguh, Jilly benar-benar tidak mengerti dengan sikap saudaranya yang satu ini. Ia benar-benar tidak habis pikir dengannya, padahal selama ini Daniel sangat menyukainya, akan tetapi setiap kali dirinya membicarakan tentang gadis itu, maka laki-laki tersebut akan marah kepadanya.

"Ya sudah, aku tutup teleponnya."

Sementara itu di seberang sana, Daniel yang mendengarnya pun langsung memejamkan kedua matanya dengan senyum masamnya tersebut.

"Hm."

Panggilan pun berakhir dengan Daniel yang langsung melempar ponselnya ke sembarang arah tanpa peduli bahwa benda tersebut akan hancur dan rusak.

Perasaan laki-laki itu sedang tidak baik-baik saja, ia baru saja merasa buruk karena dirinya yang melihat Ametsa tidak berada di sini dan kini dirinya sudah merasa lebih baik karena ternyata gadis itu pergi bekerja.

"Ametsa, kau sungguh membuatku gila!" gumamnya yang langsung menyandarkan kepalanya dengan kedua mata yang terpejam.

Tidak lama kemudian Daniel pun sudah selesai dengan pakaian rapinya seperti biasa. Laki-laki itu baru saja keluar kamar dan menuruni anak tangga satu per satu hingga di mana ia melihat seseorang yang begitu dikenalinya tersebut sedang duduk di sofa dengan pandangan yang menyebalkan.

"Kenapa kau ada di sini?" tanya Daniel lalu menolehkan kepalanya ke pintu utama rumah besar tersebut sebelum akhirnya kembali memandang Jilly yang sedang tersenyum kepadanya. "Bukankah seharusnya kau tidak sembarang masuk?!"

Jujur saja, Daniel sangat tidak suka terhadap orang yang masuk seenaknya tanpa seizin pemilik. Meskipun dirinya bukanlah pemilik rumah ini, tetapi tetap saja ia tidak menyukainya.

Jilly langsung berdiri dari duduknya, kemudian berjalan mendekat ke arah saudaranya itu sebelum akhirnya menepuk pundak Daniel beberapa kali lalu menghela nafas dengan kedua sudut bibirnya yang tertarik ke atas sehingga membentuk sebuah senyuman.

"Sudahlah, ayo kita pergi sekarang. Ada yang ingin aku ceritakan kepadamu."

Daniel yang semula memandang kesal terhadap Jilly pun seketika langsung memudar dan tergantikan oleh tatapan bertanya sehingga kini seseorang yang berada di hadapannya tersebut langsung menghela nafas seketika.

"Ayo, nanti kuceritakan di dalam mobil. Sekarang kita harus segera kembali ke Cafe karena pelanggan sangat ramai dan aku tidak mungkin membiarkan Ametsa yang mengatasi semuanya sendiri."

Deg.

Daniel yang mendengarnya pun langsung membelalakan kedua matanya, kemudian bergegas masuk ke luar rumah menuju ke mobil dan menggantikan Jilly untuk mengemudi.

Sedangkan Jilly yang melihatnya pun langsung menggelengkan kepala. Kemudian bergegas menyusul Daniel yang sudah berteriak memanggilnya.

"JILLY CEPATLAH!" teriak laki-laki itu dari luar sana.

"I-IYA, SABARLAH SEDIKIT, YA TUHAN ..." Rasanya Jilly ingin tenggelam saja saat ini ketika melihat tatapan saudaranya itu yang sangat tidak biasa.

Kini keduanya pun sedang dalam perjalanan menuju ke Cafe. Jilly yang sedari tadi memegang hand grip begitu erat pun saat ini sedang merasa takut lantaran sepupunya tersebut yang membawa mobil dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Daniel, aku belum siap menjemput ajalku. Jadi jika kau ingin mati, matilah sendiri, jangan ajak aku."

Di sampingnya Daniel langsung menghela nafas sebelum akhirnya laki-laki itu sedikit mengurangi kecepatan laju mobil.

Bersamaan dengan Jilly yang saat ini langsung bernafas dengan lega sehingga kini laki-laki tersebut bisa bersandar di jok dengan tenang.

"Huh, kau benar-benar gila, Niel!" lanjutnya lagi dengan kedua mata yang terpejam. "Jantungku hampir saja lepas karenamu."

Terdengar suara kekehan dari sampingnya sehingga membuat Jilly langsung mengerutkan keningnya sembari menoleh untuk melihat saudaranya tersebut.

"Apa kau gila? Melihatku seperti ini kau sangat puas?" tanya Jilly dengan terheran. "Kau memang benar-benar gila!"

"Jill, tenanglah. Aku hanya ingin segera sampai di Cafe karena kau yang meninggalkan Ametsa ditengah-tengah Cafe yang sedang ramai seperti itu."

Kening Jilly langsung semakin berkerut. "Apa? Lalu sekarang kau menyalahkanku? Padahal kau sendiri yang memintaku untuk menjemputmu, kau ini kenapa sebenarnya, Daniel?!"

"Tetapi kau tidak memberitahuky keadaannya, Jilly. Seharusnya kau memberitahuku terlebih dahulu."

Jilly yang mendengarnya pun langsung menggelengkan kepala sebelum akhirnya laki-laki tersebut memilih untuk memalingkan wajahnya ke arah lain dan tidak ingin berdebat dengan saudaranya tersebut.

Berbeda dengan Daniel yang kini sedang mengulum bibirnya karena begitu puas menjahili seseorang yang sedang kesal terhadapnya saat ini.