Saat ini Ametsa sedang sibuk menyiapkan pesanan para pelanggan, dikarenakan ia hanya seorang diri di sini menjadikan dirinya sedikit kewalahan menghadapi begitu banyaknya pendatang yang ingin singgah di Cafe ini.
Dengan penuh semangat, gadis itu begitu telaten dengan pekerjaannya sehingga ia tidak menyadari bahwa sedari tadi dirinya sedang diperhatikan oleh seseorang yang sudah lama tidak dijumpainya itu.
"Kita bertemu lagi," gumam pria tersebut dengan kedua sudut bibirnya yang membentuk sebuah senyuman. Kemudian ia mulai melangkahkan kakinya mencari sebuah tempat untuk dirinya duduk sekaligus bisa melihat seseorang yang sudah lama tidak ditemuinya lagi.
Ametsa yang baru saja selesai membuat kopi pun langsung bergegas mengantarkannya, tetapi kedua matanya tidak sengaja memandang seseorang yang saat ini sedang tersenyum kepadanya membuat gadis itu sangat terkejut.
"K-kau?!" ujarnya dengan kedua mata yang membelalak. Tetapi Amesta tiba-tiba saja teringat kembali dengan nampan yang dibawanya sehingga membuat gadis tersebut langsung bergegas menuju ke depan sana untuk mengantarkan pesanannya.
Saat ini Ametsa benar-benar terkejut dengan kehadiran pria itu di sini, ia yang berniat akan berkencan dengannya dan kini dirinya dipertemukan kembali dengannya membuatnya sedikit salah tingkah.
"Apa ini yang dinamakan takdir?" ujarnya dalam hati. "Aku benar-benar tidak menyangka dia kembali."
Tanpa sadar seseorang yang kini berada di hadapan Ametsa pun mengerutkan kening ketika melihat barista Cafe yang sedang tersenyum-senyum sendiri.
"Maaf, apa kau baik-baik saja?" tanyanya kepada seorang gadis yang berada di hadapannya saat ini.
Ametsa yang tersadar pun langsung mengulum bibirnya dengan kedua mata yang membelalak sebelum akhirnya bergegas pergi meninggalkan pelanggan yang saat ini sedang memandangnya dengan terheran.
"Apa kau tahu?" ujar pria di sampingnya. "Barista itu sangatlah cantik, pantas saja Cafe ini selalu ramai."
"Kau benar," ujarnya menyetujui. "Tetapi, kenapa tingkahnya sangat aneh sekali?"
Satu tangan pun mendarat dengan sempurna menepuk pundak temannya itu dengan senyum percaya dirinya.
"Itu karena dia menyukaiku, huh, begitu saja kau tidak tahu."
Mendengar apa yang baru saja dilontarkan oleh temannya itu membuat pria tersebut langsung memutar kedua bola matanya sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk meminum kopi yang baru saja di antar oleh Ametsa.
Sementara itu di seberang sana ada seorang pria yang sedari tadi memerhatikan interaksi di antara kedua orang tersebut dengan raut wajah yang kesal serta satu tangan yang mengepal.
"Ametsa hanya milikku," gumamnya. "Tidak ada yang bisa memilikinya, selain diriku sendiri."
Setelah itu pria tersebut langsung berdiri dari duduknya hendak mendekati Ametsa, akan tetapi urung ketika melihat gadis itu yang ternyata sedang berjalan ke arah mejanya saat ini.
Hal itu membuatnya langsung tersenyum senang lantaran pada akhirnya ia bisa berbicara secara langsung dengan gadis itu dan dirinya dapat mengajak Ametsa untuk berkencan dengannya.
"Apa yang ingin kau pesan?" tanya gadis itu dengan sedikit canggung. "Maaf, aku tidak bisa berlama-lama di sini, karena pelanggan semakin banyak."
Tetapi pria itu mengabaikan perkataannya dan terfokus memandang seorang gadis yang berada di hadapannya saat ini.
"Cantik," pujinya kepada Ametsa. "Kau benar-benar sangat cantik. Oh, iya, siapa namamu? Aku belum mengetahui namamu."
Seandainya pria itu tahu bahwa ucapannya tersebut mampu membuat seorang gadis cantik seperti Ametsa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
Saat ini ia tidak tahu harus bagaimana lagi untuk menyembunyikan kegugupannya tersebut dikarenakan dirinya yang merasa telah jatuh hati kepada pria di hadapannya itu sejak lama.
"Namaku ..." Gadis itu mengulum bibirnya sejenak sebelum akhirnya ada sebuah tangan yang membalas jabatan tangan pria tersebut dengan wajah datarnya. "Daniel, sudah 'kan?"
Keterkejutan di antara keduanya juga dirasakan oleh Jilly yang saat ini sedang memerhatikan di belakang sana dengan posisi tangan yang melipat di dada serta kepala yang menggeleng.
"Daniel ... Daniel ... dia benar-benar membingungkan," gumamnya lalu menghela nafas. "Kau tidak mau mengakuinya, tetapi jika ada yang mendekati Ametsa, kau akan mencegahnya. Tcih!"
Kembali kepada Daniel dan Ametsa, kini kedua orang itu sedang saling memandang satu sama lain dengan salah satu di antara mereka yang masih merasa malu dengan perlakuan sahabatnya tersebut.
"Daniel, apa yang kau ..." Gadis itu benar-benar merasa bersalah karena sikap posesif Daniel yang membuat pria yang ada di hadapannya tersebut merasa kurang nyaman. "Maafkan aku, sekali lagi aku benar-benar minta maaf, dia adalah sahabatku, tolong maafkan dia, ya."
Pria di hadapannya tersebut sedari tadi hanya diam dengan kedua matanya yang menatap Daniel dengan begitu dalam seolah ia sedang mencari sesuatu, hingga di mana dirinya pun mengerti dan langsung menganggukkan kepala sebelum akhirnya tersenyum lalu berdiri dari duduknya.
"Oh, sahabatmu, ya, sebelumnya kita berkenalan dulu, namaku adalah Jason. Senang bertemu denganmu, Daniel."
Benar-benar di luar dugaan bahwa seseorang yang berada di hadapan Ametsa saat ini mengajak Daniel untuk berkenalan.
Akan tetapi respon Daniel sungguh membuat Ametsa tidak suka, maka dari itu gadis tersebut langsung menarik salah satu lengan dari sahabatnya tersebut untuk terulur membalas jabatan tangan seseorang yang berada di hadapannya saat ini.
"Kau sudah tahu namaku," ujar Daniel dengan ketus. "Jadi tidak perlu ku ucapkan lagi."
Ametsa menghela nafas sebelum akhirnya gadis itu pun memberikan senyuman manisnya kepada seseorang yang berada di hadapannya saat ini, sedangkan Daniel yang menyadarinya langsung berdeham cukup keras sebelum akhirnya kedua orang tersebut langsung memalingkan pandangannya satu sama lain.
"Apa kau tidak tahu kalau sedari tadi banyak pelanggan yang menunggu pesanannya?!"
Gadis itu yang tersadar pun langsung menepuk keningnya seketika sebelum akhirnya meringis menoleh ke arah dapur di mana ternyata Jilly sedang berdiri memerhatikannya.
"Ah, maafkan aku," ujar Ametsa kepada Daniel. Kemudian pandangannya beralih kepada seorang pria yang baru saja menyebutkan namanya itu. "Jason, aku bekerja dulu, ya, sampai ketemu nanti."
Jason yang mendengarnya pun langsung berkata, "Oke, kalau begitu sepulang bekerja, aku akan menunggumu di depan Cafe bagaimana?" ujarnya.
Kedua mata Daniel langsung melotot mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh pria di hadapannya tersebut sebelum akhirnya Ametsa pun menoleh lalu kembali memandang Jason dengan anggukan kepalanya itu.
"Baiklah, sampai bertemu nanti Jason."
"Ya, semangat bekerja!" ujarnya dengan begitu semangat.
Sementara itu Daniel yang masih berdiam diri memerhatikan Ametsa yang sudah berjalan menjauh pun kini menghela nafas sebelum akhirnya kembali memandang Jason yang sedang tersenyum-senyum sendiri.
"Hey Jason," ujarnya.
"Ya," sahut Jason dengan kedua alis yang terangkat. "Ada apa Daniel?"
"Satu hal yang perlu kau ingat, aku tidak akan pernah membiarkanmu mendekati Ametsa!"
Daniel menatap tajam seseorang yang berada di hadapannya saat ini sebelum akhirnya laki-laki itu kembali menuju ke dapur untuk menemui sahabatnya tersebut. Sedangkan Jilly yang sedari tadi diam memerhatikan pun langsung bertepuk tangan.
"Kau hebat, saudaraku, kau benar-benar pria luar biasa," pujinya kepada Daniel yang saat ini sudah berada di depannya. "Lalu apa rencanamu selanjutnya?"
"Jilly, tolonglah, jangan mulai kembali, aku benar-benar lelah sekarang."
Pada akhirnya Jilly pun memilih mengalah meskipun sebenarnya ada kekesalan tersendiri dalam dirinya terhadap saudaranya tersebut.