Chereads / MARRY AN IMAGINARY HUSBAND / Chapter 29 - KEBERADAAN AMETSA DI CAFE

Chapter 29 - KEBERADAAN AMETSA DI CAFE

Jilly sebenarnya merasa bingung lantaran gadis itu hanya datang seorang diri, tanpa saudara sepupunya yang tidak lain adalah Daniel.

"Hey kau, kemarilah." Ia meminta Ametsa untuk menghampirinya terlebih dahulu sehingga dirinya kini berhadapan langsung dengan gadis tersebut. "Kau tidak pergi bersama Daniel?"

Gadis di hadapannya yang mendengar nama seseorang yang begitu dikenalinya pun langsung mengangkat kedua alisnya lalu berkata, "Oh, tidak, dia sedang tidur," jawabnya polos.

Deg.

Seseorang yang berada di hadapannya pun langsung membelalakan kedua matanya, sebelum akhirnya laki-laki tersebut langsung kembali menatap gadis itu dengan kening yang berkerut.

"K-kenapa kau bisa tahu?" tanyanya. "Apa dia menginap di rumahmu semalam?"

"I-iya," jawab Ametsa dengan sedikit gugup. "Dia semalaman menjagaku ketika sakit, maka dari itu, aku tidak tega untuk sekadar membangunkannya saja."

Kedua mata Jilly langsung memincing setelah melihat ekspresi seseorang yang berada di hadapannya saat ini.

"Apa kau menyukainya?" ujar laki-laki itu spontan. "Jawablah."

Ametsa yang merasa malu karena terkejut dengan pertanyaan yang baru saja didengarnya itu pun langsung mengulum bibirnya.

"T-tidak, dia hanyalah sahabatku saja."

Jawaban yang sangat mengecewakan pun terdengar begitu saja sehingga membuat Jilly menghela nafas.

Laki-laki itu langsung memikirkan nasib saudaranya yang begitu tulus melakukan apa saja demi seorang gadis yang satu ini.

"Apa kau tidak tahu?"

Kening Ametsa langsung berkerut setelah mendengarnya. "Tahu apa, ya?"

Jilly pun menggelengkan kepala dengan kedua mata yang terpejam memikirkan kebodohannya saat ini.

"Ah, tidak, itu bukan apa-apa," ujarnya kepada Ametsa dengan senyum tipisnya itu. "Sudahlah, lanjutkan saja pekerjaanmu. Oh, iya, jika ada masalah tolong beritahu aku secepatnya."

"Baiklah, Bos!" ujar Ametsa dengan semangat sebelum akhirnya gadis itu kembali dengan pekerjaannya.

Sudah berjam-jam Jilly memerhatikan gadis itu yang saat ini begitu bersemangat dalam menjalani pekerjaannya.

Karena bosan, akhirnya laki-laki tersebut memilih untuk melakukan sesuatu yang mungkin bisa membuat kebosanannya menghilang.

"Ada apa lagi, Jill?" ujar seseorang di seberang sana.

Jilly memerhatikan raut wajah dari saudaranya tersebut yang sama sekali tidak terlihat bangun tidur.

"Kau baru saja bangun tidur?" tanyanya dengan kedua alis yang terangkat.

Daniel yang mendengarnya langsung menghela nafas. "Lalu apa masalahmu, hah?"

Mendengarnya membuat laki-laki itu seketika langsung terdiam sejenak, kemudian memandang seorang gadis yang berada jauh di depan sana sebelum akhirnya kembali menatap wajah dari saudaranya tersebut.

"Wah, jadi ternyata benar kau baru saja bangun tidur?!"

"Kau tahu dari mana?" tanya Daniel dengan kening yang berkerut.

"Ada seseorang yang memberitahuku, kalau kau masih tertidur dan dia tidak tega untuk membangunkanmu."

Ucapan yang dilontarkan oleh Jilly mampu membuat Daniel cukup terdiam memikirkan maksud dari perkataan yang baru saja dilontarkan oleh saudaranya itu.

Bahkan, saat ini Jilly bisa melihatnya dengan jelas bahwa laki-laki itu sepertinya sedang berpikir tentang siapa yang memberitahukan kepadanya.

"Jangan-jangan kau tidak tahu?" tebaknya dengan diakhiri sebuah kekehan. "Ayo coba tebak siapa yang sedang bersamaku saat ini."

"Siapa?" tanya Daniel dengan kedua alis yang terangkat. "Apa aku mengenalnya?"

"Entahlah, kau bisa lihat sendiri."

Kemudian Jilly mengarahkan ponselnya ke arah seorang gadis yang sedang mencatat pesanan para pelanggan dengan menggunakan kamera belakang sehingga kini laki-laki itu bisa melihatnya dengan jelas bagaimana seorang Daniel yang terkejut bukan main setelah melihatnya.

"Hey, tolong jaga matamu itu, kau seperti tidak pernah melihat perempuan cantik saja."

Daniel langsung mengerutkan keningnya sinis, kemudian berkata, "Jangan mulai, Jill. Aku tidak pernah berpikir seperti yang kau pikirkan tentang seorang wanita."

"Kenapa denganku?" tanya Jilly yang berpura-pura tidak mengetahui apapun. "Aku sedang membicarakanmu."

"Tetapi aku bukan laki-laki seperti itu, memangnya kau yang setiap melihat wanita seksi langsung mendekat dan meminta nomor telepon dengan alasan untuk kepentingan? Tcih!"

"Biar saja, terpenting aku bersenang-senang dengannya."

Mendengar apa yang baru saja dikatakannya membuat Daniel langsung menggelengkan kepala dengan senyum masamnya itu.

"Kau memang gila, Jilly."

"Kau baru menyadarinya, Tuan Daniel?" ujar Jilly yang saat ini tersenyum sembari memainkan kedua alisnya naik turun.

"Sudahlah, aku akan ke sana." Daniel langsung mengalihkan pembicarannya karena laki-laki itu yang sebenarnya sedang memikirkan Ametsa.

Satu alis Jilly langsung terangkat setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh saudara sepupunya tersebut.

"Untuk apa kau datang ke sini? Jam masuk kerja sudah terlambat."

Daniel langsung memutar kedua bola matanya malas sebelum akhirnya kembali berkata, "Aku tidak peduli, Jilly. Aku ingin bekerja, sudahlah."

"Kau yakin?" tanya Jilly.

"Lalu kenapa? Aku memang seharusnya datang membantumu, 'kan?"

"Kenapa rasanya aku tidak yakin?" ujar Jilly dengan kening yang berkerut. "Kau ingin datang ke sini bukan karena ingin melihat gadis itu, 'kan? Benar, 'kan?"

Mendengar itu membuat Daniel langsung terdiam sejenak berusaha untuk mengontrol detak jantungnya yang berdegup kencang, sementara raut wajahnya sebisa mungkin untuk tidak terlihat tersenyum.

"Tidak, kau jangan salah paham. Aku adalah Daniel, dan akan tetap seperti itu."

Senyum masam pun terlihat dibibir Jilly, laki-laki itu berkata, "Kau memanglah Daniel, tidak mungkin Jilly ataupun ... Ametsa."

Daniel hanya terkekeh mendengarnya, kemudian laki-laki tersebut langsung mengulum bibirnya seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Apa yang kau pikirkan?" tanyanya kepada seseorang yang berada di seberang sana. "Kau memikirkan gadis itu, ya? Cepat katakan yang sebenarnya!"

"Tidak, aku tidak sama sekali memikirkannya."

"Lalu?" Jilly memincingkan kedua matanya.

"Aku ingin kau bertemu denganku hari ini," ujar Daniel dengan senyum manisnya.

Sedangkan Jilly saat ini yang melihatnya pun langsung menghela nafas sebelum akhirnya laki-laki itu berkata, "Apa kau memiliki sebuah masalah dengan pengucapanmu, Niel? Kenapa rasanya seperti aku yang membutuhkanmu?"

Daniel terkekeh. "Dasar Jilly, kau memang tidak pernah ingin mengalah, ya? Ya sudahlah, jemput aku di rumah Ametsa, itu pun jika kau mau."

"A-apa?!" ujar Jilly terkejut. "J-jadi kau benar-benar menginap di rumahnya?"

Dilihatnya saat ini saudaranya itu hanya diam dengan mengedikan bahunya. Laki-laki itu hanya menampilkan wajah datarnya seperti tidak ada masalah apapun dengan itu.

"Daniel, beritahu aku yang sebenarnya atau kau akan kuadukan kepada kedua orang tuamu?!"

Sepertinya Daniel sudah mulai jengah dengan tingkah laku dari saudaranya tersebut yang begitu menyebalkan sehingga laki-laki itu kini menghela nafas.

"Coba saja, aku tidak peduli," ujarnya kepada Jilly yang saat ini menyeringai puas melihatnya.

"Oke, aku akan mengadukannya pada paman Hanzo dan bibi Meyra, lihat saja nanti."

"Hm, ya, ya, ya, terserah kau saja. Sudahlah, aku akan bersiap-siap."

Jilly yang mendengarnya pun langsung berkata, "Baiklah, beritahu aku kalau kau sudah selesai," ujarnya.

Saudaranya itu langsung tersenyum sebelum akhirnya mematikan panggilan videonya tersebut. Sedangkan Jilly saat ini benar-benar tidak menyangka bahwa Ametsa sudah membuat saudaranya begitu tergila-gila kepadanya.