Chereads / MARRY AN IMAGINARY HUSBAND / Chapter 25 - DUNIAMU DAN DUNIAKU BERBEDA

Chapter 25 - DUNIAMU DAN DUNIAKU BERBEDA

Kembali pada suasana yang sudah tidak asing lagi bagi dirinya, kini ia masih berdiam diri dengan kedua tangan yang melipat di dada memerhatikan sekitar yang begitu sunyi.

Gadis tersebut menghela nafas, ia tahu bahwa ini pasti akan terjadi meskipun sebenarnya dirinya tidak mengharapkannya. Akan tetapi pertemuannya dengan pria itu ternyata masih saja terus berlanjut.

"Oh, ayolah, aku ingin tidur dengan nyenyak tanpa harus datang kemabali ke dunia ini."

Dari belakang sana ada seseorang yang sedari tadi sudah menantikan kedatangan dari Ametsa. Pria itu masih belum berani menampakkan diri ke hadapan gadis tersebut dengan kedua tangan yang saat ini mengepal kuat.

Ada perasaan tidak nyaman ketika medengar seseorang tersebut baru saja mengatakan hal itu sehingga kini yang bisa dilakukannya hanyalah berdiam diri di tempatnya.

"Bahkan kamu sudah tidak mengharapkan pertemuan kita," gumamnya dengan raut wajah yang sedih. "Padahal selama kau berada di duniamu, aku selalu mengkhawatirkanmu setiap waktu."

Ada perasaan sakit ketika pria itu melihat Ametsa yang tampak tidak memedulikannya lagi sehingga kini ia merasa sulit untuk sekadar menggerakkan kakinya melangkah menemui seorang gadis yang berada di depan sana. Sudah lama dirinya merindukan pertemuannya bersama Ametsa.

Hingga dimana akhirnya pria tersebut sudah berada di belakang Ametsa dengan senyum manisnya itu menatap punggung tegap dan mungil tersebut yang berada di hadapannya saat ini.

"Hai, apa kabar Ametsa?" sapanya dengan perasaan yang sebisa mungkin ditutupinya itu. "Sudah lama kita tidak bertemu."

Ametsa yang mendengarnya pun langsung menaikkan satu alisnya ke atas masih dengan kedua tangan yang melipat di dada. Gadis tersebut kemudian memutar tubuhnya ke belakang hingga kini ia dapat melihat dengan jelas bagaimana dirinya yang kembali menemui sosok yang tidak pernah bisa dilihat wajahnya itu.

"Kamu lagi," ujarnya dengan wajah malas. "Sejak kapan kamu berada di sini? Oh, iya, kita hanya tidak bertemu beberapa jam saja, kenapa kamu mengatakan sudah lama tidak bertemu? Dasar aneh."

"Itu karena duniamu dan duniaku berbeda, Ametsa." Pria itu tersenyum setelah mengatakan hal tersebut, meskipun seseorang yang berada di hadapannya tidak akan mengetahui hal itu. "Jika di sana hanya beberapa jam saja, di sini sudah sangat lama sehingga aku merasa bosan."

Seakan terpukul dengan apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang yang berada di hadapannya, menjadikan Ametsa langsung menurunkan kedua tangannya dengan perasaan bersalahnya itu.

Tetapi tidak lama kemudian kembali menggelengkan kepala sehingga kini gadis tersebut menghela nafas seketika.

"Hm, lalu kamu mau apa jika aku sudah berada di sini? Bukankah aku sudah bilang bahwa aku tidak akan menemuimu lagi," ujar Ametsa terheran dengan kening yang berkerut. "Tetapi, kenapa aku masih saja datang ke dunia ini? Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Apa yang salah dengan semua ini?" tanya pria itu dengan tatapan penuh luka. "Dengan yang terjadi seperti sekarang ini, apa kamu masih belum mengerti juga? Ametsa, ayolah, sadarkan dirimu sekarang."

Perkataan pria itu membuat Ametsa langsung mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan maksud ucapannya tersebut, sedangkan seseorang yang berada di hadapannya saat ini hanya bisa diam dengan senyum tipisnya itu.

"Aku tidak mengerti dengan yang kamu katakan, tetapi yang aku ketahui adalah, bahwa kamu mengetahui sesuatu tentang alasan aku masih bisa berada di duniamu, dunia mimpi ini."

Pria tersebut langsung menganggukkan kepala dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya itu. Ia melihat bagaimana seseorang yang berada di hadapannya saat ini dengan kedua mata yang masih memandang jelas gadis cantik itu yang membuat dirinya bisa bertahan sampai sejauh ini.

"Apa kamu lupa dengan perkataanku dulu?" tanyanya kepada Ametsa.

"Sudah terlalu banyak yang kamu katakan, dan bagaimana bisa aku mengingat semuanya?"

Tepat setelah itu ia pun langsung meyakininya, bahwa Ametsa memang benar-benar tidak mengingat perkataannya ketika kali pertama bertemu dengan dirinya.

"Bukankah aku pernah mengatakan sesuatu ketika pertama bertemu denganmu?"

"Bertemu?" ulang Ametsa. "Pertemuan pertama kita 'kan hanya di duniamu saja, di sini."

Pria itu menghela nafas lalu kembali berkata, "Bukan, pertemuan kita berada di Rumahmu," ujarnya dengan senyum tipisnya itu.

"Saat itu kamu anggap sebuah pertemuan?" Ametsa kembali terheran dengan apa yang baru saja didengarnya tersebut. "Kamu bahkan tidak menampakkan diri, dan aku hanya mendengar suaramu saja."

"Tetapi bagiku, itu tetaplah pertemuan pertama kita, Ametsa. Meskipun kamu tidak bisa melihatku, tetapi aku melihat dirimu pada saat itu."

"Apa kamu bilang?!" Ametsa benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya itu. "Aku tidak melihatmu, tetapi kamu melihatku?"

Mendengar hal itu pria tersebut langsung menganggukkan kepalanya dan Ametsa yang melihatnya pun segera memalingkan wajahnya ke arah lain dengan kedua tangan yang melipat di dada.

"Lihatlah, bahkan sejak pertama kali kita bertemu saja, kamu sudah berbuat curang terhadapku."

"Ametsa, dengarlah penjelasanku terlebih dahulu."

Namun, gadis itu tetap pada pendiriannya yang tidak ingin mendengar apapun dan lebih memilih untuk menggelengkan kepalanya karena rasa kesal yang menyelimuti hatinya saat ini terhadap seseorang yang berada di hadapannya.

"Tidak, aku tak ingin mendengar penjelasan apapun darimu lagi."

"Ametsa ..."

"Tidak!"

"Ayolah, kumohon padamu," ujar pria itu lagi.

"Tidak mau."

"Dengarlah dulu, aku benar-benar tidak bermaksud seperti itu kepadamu. Tidak pernah sama sekali, Ametsa."

Ametsa yang mendengarnya langsung menghembuskan nafasnya kasar, wajahnya benar-benar begitu lucu saat ini sehingga pria itu yang melihatnya tidak bisa berhenti tersenyum melihat gadis di hadapannya itu.

"Aku kesal padamu," ujar gadis itu. "Kamu adalah pria menyebalkan yang pernah aku temui."

"Oh, ya?" Satu alis dari pria tersebut langsung terangkat setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Ametsa. "Aku bahkan tidak tahu kalau diriku adalah orang menyebalkan."

Perkataan darinya membuat Ametsa langsung berdecih, kemudian memutar kedua bola matanya malas sebelum akhirnya gadis tersebut menatap datar seseorang yang berada di hadapannya.

"Kamu memang menyebalkan, Tuan. Sudahlah, aku ingin kembali pulang ke duniaku, jadi tolong jangan menahanku terlalu lama di sini."

"Aku tidak pernah menahanmu selama ini, Ametsa. Pergilah, jika itu yang kamu mau."

Setelah mendengar perkataan dari pria tersebut, entah kenapa Ametsa merasakan sesuatu yang aneh dari dalam dirinya sehingga kini gadis itu melangkahkan kakinya menjauh dengan kening yang berkerut sembari memikirkan apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang yang berada di belakang sana.

"Ada apa denganku? Kenapa rasanya seperti ada yang hilang dari dalam diriku? Dadaku mendadak sesak, apa yang sebenarnya telah terjadi?"

Sepanjang melangkahkan kakinya tanpa tentu arah, Ametsa tidak bisa berhenti memikirkan perkataan pria itu hingga akhirnya gadis itu pun tersadar bahwa kini ia sudah berada di dunianya yang nyata dan dirinya mulai membuka kedua matanya secara perlahan.

"Ametsa, apa kamu baik-baik saja?"