"Huhh.." Seina mendesah kasar. Ia benar benar berada dalam situasi yang rumit.
"Oke baiklah. Aku setuju untuk menjadi kekasih pura-puramu. Tapi aku belum setuju untuk jadi istrimu." ucap Seina pada akhirnya setelah mempertimbangkannya matang-matang.
Mendengar jawaban Seina, Devan tampak tersenyum senang. Ia merasa jika rencananya kini sudah berjalan dengan mulus.
Sementara Seina sendiri tengah berada di dalam dilema. Karena ia tak pernah menyangka jika dirinya akan terjerumus dalam situasi seperti ini. Padahal baru saja ia merasakan saat-saat bahagia sebagai seorang pemenang. Kini ia harus menjadi pacar settingan untuk Devan atau bahkan jadi istri pura-putranya juga. Haruskah ia jadi istri seorang gay? Meski Devan mengelak jika dirinya adalah Gay. Namun bagi Seina ia tetap curiga jika memang Devan adalah gay. Jika tidak mana mungkin ia sampai harus mencari pacaran dan istri settingan jika memang ini hanyalah sebuah gosip semata.
Setelah keduanya sepakat dengan saling berjabat tangan Devan ikut mengantarkan Seina pulang ke kampung halamannya. Ia meninggalkan mobilnya dan turut menggunakan mobil yang sama dengan yang Seina naiki. Mobil tersebut adalah mobil hasil dari kemenangannya kemarin.
"Sekarang aku sudah setuju. Bisa kau berikan kalung itu padaku?"
"Ya baiklah aku akan mengembalikan kalung ini kepadamu tapi aku akan mengatakan siapa ayahmu saat kita sudah sampai di kampungmu." kini Devan merogoh saku celananya dan meraih kalung berliontin hati ia meraih telapak tangan Seina dan meletakkannya disana. Lalu Devan menutupnya seolah ingin kalung itu ia genggam rapat. "Pegang dengan erat dan jangan sampai hilang lagi."
Seina menerimanya dengan takjub ia tak menyangka jika ia bisa menemukan kembali kalung itu padahal sebelumnya ia sudah merasa pasrah jika memang kalung itu sudah hilang. Ia sama sekali tak menyangka jika kalung itu bisa jatuh di tangan Devan.
Seina mengamati kalung tersebut tak jauh beda dengan saat terakhir kali ia memakainya, ia membolak balik liontin tersebut mencari dimana bukti yang Devan maksud.
"Kau tak percaya pada perkataanku?" Devan yang sedari tadi melirik tingkah Seina merasa paham dengan apa yang gadis tersebut pikirkan.
"Lalu dimana bukti yang kau Maksudkan itu?"
"Jadi kau selama ini benar benar tidak tau?"
Seina hanya menggeleng karena memang ia tidak tau apa yang Devan maksudkan.
"Bukalah liontin itu dan ambil foto yang ada di dalamnya..!" pinta Devan
Seina pun langsung menurut karena dia di landa rasa penasaran. Ia mulai mengambil foto kecil yang tertanam dalam liontin berbentuk hati tersebut. Awalnya Seina mengambil foto ibunya dan ternyata benar di balik foto itu ternyata ada sebuah ukiran didalam Liontin itu. Dan kini seina bisa melihat jika di balik foto ibunya terdapat ukiran sebuah nama bertuliskan nama Santi. Yaitu nama Ibu kandung Seina.
"Sekarang sisi di sebelahnya juga." ujar Devan yang memperhatikan gerakan Seina.
Seina juga langsung menuruti. Ia mencoba mengambil foto dirinya yang masih remaja. Awalnya fotonya begitu sulit di ambil bahkan terkesan menempel sangat kuat. Namun kini justru fotonya lebih mudah di ambil. Selama ini yang memasang kan foto dalam liontin tersebut adalah Santi, ibu Seina. Dan Seina tak pernah tau ia hanya di minta memakai dan menjaga kalung itu.
Kini mata Seina menelusuri ukiran kecil yang terdapat pada sisi kanan liontin yang bisa di buka tersebut. Dan kini Seina bisa melihat jika terdapat sebuah nama disana.
"Adi? Siapa Adi?" Gumam Sejna tak mengerti.
Ada beberapa artis dan penyanyi yang juga bernama Adi. Lalu siapa adi yang di maksudkan dalam ukiran ini? Jujur saja selama ini ia tak pernah tau ada ukiran di balik foto yang ada dalam liontin tersebut. Seina sendiri tampak tercengang dan tak menyangka selama inj ia memakai kalung itu tapi tak pernah tau akan fakta ini. Mungkin jika Devan tak menemukan kalung ini ia juga tak akan pernah tau perihal kenyataan ini.
"Jadi siapa Adi yang di maksudkan dalam liontin ini?" tanya Seina pada Devan.
"Sudah kubilang kan aku akan memberitahukan nanti saat kita sudah sampai di kampung mu."
"Tapi kenapa tidak sekarang saja..?"
"Aku hanya ingin memastikan jika kau menepati kata-katamu mengenai perjanjian kita."
"Huhh. " Seina hmendesah kasar sebenarnya ia merasa geregetan karena Devan tak langsung memberi tahu nya. Sepanjang perjalanan seina hanya bisa terdiam. Ia berpikir. Tentang beberapa kemungkinan tentang nama Adi yang terukir dalam liontin ya.
'Adi? Adi siapa? mungkinkah Adi anggara?' batin Seina. Namun ia menepisnya karena Adi anggara memiliki usia yang lebih muda dibandingkan dengan ibunya jadi mustahil jika ia adalah Adi anggara.
'Ataukah Adiguna?' tapi Semua juga menepis pikirannya akan hal itu karena Adiguna memiliki seorang istri dan bahkan memiliki anak yang sesusianya juga.
'Ataukah Adi adalah nama asli. Sementara di dunia entertainment ia mengenakan nama panggung?' memikirkan hak ini membuat Seina jadi semakin pusing ia gak mengerti jika akan sangat sulit memastikan siapa Adi yang merupakan nama Ayahnya. ia kini hanya bisa menunggu untuk sampai di kampungnya. Ia penasaran bagaimana Devan bisa tau dan bagaimana ia bisa seyakin ini sampai membuat kesepakatan segala dengannya.
Setelah berjam-jam duduk di dalam mobil kini Seina telah sampai di perbatasan menuju ke kampung nya. Devan sampai heran bawaannya tempat tinggal Seina ternyata ada di sebuah kampung yang harus melewati hutan jati dimana transportasi umum sangat jarang dan bahkan hanya ada di jam-jam tertentu saja.
Di sebuah gapura bertuliskan kampung Mulyo kini sebagian penduduknya tumpah ruah menunggu kedatangan Seina yang menjadi idola baru dan ke banggakan bagi masyarakat kampung tersebut setelah semalam Sejna berhasil memenangi juara satu ajang pencarian bakat musik idol indonesia.
Seina dan Devan yang melihat dari kaca jendela mobil tercengang karena penyambutan atas kemenangan dan kedatangan Seina ternyata diluar dugaannya. Mereka membawa spanduk panjang dan lebar yang di bentangkan guna menyambut Seina. Ada pula yang membawa kertas-kertas karton bertuliskan selamat atas kemenangan Seina dan yang menjadi kebanggaan kampung Mulyo.
Di antara mereka tentu saja ada santi, ibu kandung seina yang berdiri dengan tatapan haru menantikan kepulangan anaknya setelah di karantina berbulan-bulan untuk menempa ilmu menjadi seorang penyanyi. Jujur saja wanita itu sangat rindu dengan putrinya. Putri satu-satunya dan hartanya yang paling berharga didunia ini.
Seina kini turun dari mobil dengan perasaan haru dan mata yang berkaca-kaca ia tak pernah menyangka jika dirinya akan di sambut seperti ini. Ketika Seina turun pak lurah langsung mendekatinya sambil mengalungkan sebuah rangkaian bunga yang diuntai membentuk kalung panjang. Kepala desa tersebut juga menjabat tangan Seina sambil mengatakan rasa bangganya memiliki warga desa yang sangat berbakat seperti Seina dan juga telah mengharumkan nama desa.
Bersambung..!