Chereads / Awas, Papa! Mama Mau Membunuhmu!! / Chapter 35 - Bag 34 Bersikap Sebagai Suami-Istri

Chapter 35 - Bag 34 Bersikap Sebagai Suami-Istri

Tepat pukul tujuh pagi, Lori dengan pakaian baru tampil bersinar-sinar dan senyum puas saat berjalan bersama dengan ibunya ke ruang makan. Untuk pertama kalinya dia akan sarapan bersama dengan kedua orangtuanya serta opa dan omanya.

"Selamat pagi putri kecil, apakah kau senang bisa tidur bersama papa mama?" sambut Meisya dengan nada lembut membuat Stanley terheran.

Bukan karena sikap istrinya bersikap lembut pada cucu perempuan mereka, tapi dia terheran dengan pertanyaan istrinya. Tidur bersama dengan papa mama? Apa maksudnya… Richard juga turut tidur bersama dengan ibu anak itu? Padahal dia sudah sengaja memberi pekerjaan pada putranya agar tidak sempat tidur bersama dengan mereka.

Tapi, yah, karena Lori yang meminta, apa boleh buat. Bahkan untuk ukuran Stanley yang tidak menyukai menantu perempuannya, dia sangat terbuka dengan kehadiran cucu perempuannya. Siapa yang tidak suka melihat keceriaan tiada habis serta mata hijau ungu yang bersinar-sinar bahagia pada wajah mungil nan imut cucunya? Stanley akan membuat perhitungan dengan orang itu.

"En. Aku sangat senang sekali. Tapi aku berharap saat aku bangun, papa mama masih ada bersamaku lalu memberikan kecupan selamat pagi padaku." ungkap Lori sambil menepukkan jari telunjuk kirinya dengan jari telunjuk tangannya dengan imut.

Aw… Imutnya! Pikir Meisya serta Harmonie melihat tindak-tanduk anak perempuan yang sanggup membuat siapapun melihatnya mimisan!

Namun tidak dengan Richard dan Anxia. Richard masih bersikap biasa, namun dalam hatinya memuji kepintaran putrinya. Setelah ini dia akan membelikan semua mainan yang diinginkan putrinya.

Padahal kemarin sebelum kedatangannya dengan Anxia, Stanley serta Meisya telah membawa Lori jalan-jalan ke toko baju serta mainan. Barang belanjaan mereka sangat banyak bahkan nyaris menyaingi belanjaan Anxia. Hanya saja, barang belanjaan Lori langsung dibawa pulang ke rumah dan ditata rapi di kamar anak itu sedangkan sebagian besar barang belanjaan Anxia langsung diantarkan ke rumah Richard yang ada di lain tempat.

Sudah diputuskan, Richard akan membeli mainan serta baju baru untuk putrinya untuk dibawa ke rumahnya sendiri. Sementara segala pakaian serta mainan yang telah disimpan di lemari di rumah ini akan ditinggalkan disini. Stanley mengizinkan Lori datang kemari dan menginap di rumahnya sehingga menyimpan mainan Lori serta pakaian Lori di rumah ini.

Anxia tidak mengetahui rencana kedua pria yang bersaing ingin memanjakan Lori dan menjadi figur terfavorit dalam hati anak kecil itu. Kalau seandainya dia tahu, mungkin Anxia akan terkejut setengah mati. Bahkan saat ini saja, dia nyaris muntah darah mendengar permintaan putrinya yang sangat berat.

Baru beberapa jam lalu hubungannya dengan Richard menjadi tegang hingga sulit diperbaiki, tapi putrinya yang tidak tahu apa-apa ini malah menyerukan sebuah permintaan yang sangat tidak bisa diterimanya!?

Anxia segera mengambil gelas minumannya entah kenapa dia tiba-tiba merasa sangat haus sekali.

"Baiklah, mulai malam ini aku akan tidur bersama kalian."

Jawaban Richard yang santai membuat Anxia tersedak minumannya dan terbatuk-batuk.

Dengan sigap Richard mengambil tisu dan mengelap mulut Anxia yang basah karena air minumannya sambil menepuk punggung istrinya dengan lembut.

Setelah acara tersedaknya mereda, Anxia melotot ke arah suaminya dengan bingung. Apa-apaan pria ini? Bukankah mereka sedang bertengkar?

Cup!

Pelototan Anxia semakin lebar begitu Richard mengecup bibirnya tanpa peringatan. Apa yang dilakukan pria ini!!???

Sementara itu Lori tertawa kecil sambil menutup kedua matanya dengan kedua tangan mungilnya. Melihat Lori yang malu-malu menyaksikan keintiman kedua orangtuanya namun tertawa kecil membuat Richard serta Meisya ikut tertawa. Sementara Stanley hanya mengulas senyum tipis sambil mengerling ke arah lain masih menolak melihat putranya yang sedang merayu seorang asasin.

"Kakak, kami masih ada disini kau tahu. Apalagi ada anak kecil disebelahmu. Tidak boleh memberikan adegan panas dihadapan keponakanku ya." pernyataan Harmonie membuat lainnya tertawa kecuali Stanley dan Anxia.

"Aiya papa, itu tidak adil kenapa hanya mama yang dicium? Aku juga mau!" goda Lori membuat Richard terkekeh lalu berputar untuk mencium kening putrinya.

"Eh? Aku juga mau di bibir." rajuk Lori dengan manja.

"Maaf baby girl. Tapi bibirku hanya untuk mama saja."

Sekali lagi Anxia terbatuk-batuk kali ini karena tersedak salivanya sendiri sementara Lori malah bersorak kegirangan sambil menggoda mama.

"Wah, mama beruntung sekali. Pasti mama sangat senang ya?"

"…" sayangnya Anxia menolak menjawab pertanyaan putrinya dan lebih fokus menghabiskan sarapannya.

"Mama tidak senang?"

Huhuhu… kenapa putrinya tidak mau menyerah dan masih terus bertanya?

"Mungkin ciuman papamu kurang dalam jadi mamamu tidak menyukainya."

Richard terpana mendengar ucapan ayahnya. Apakah dia tidak salah dengar? Apakah benar ayahnya yang bicara?

Pemikiran yang sama terjadi pada Anxia. Bukankah Stanley tidak menyukainya? Tapi kenapa pria itu seolah menantang Richard untuk kembali menciumnya tapi dengan lebih dalam?

Melihat kecanggungan dari menantu barunya, Meisya memukul pundak suaminya dengan gemas.

"Coba lihat, anggota keluarga baru kita jadi tidak bisa bicara apa-apa."

Entah kenapa Anxia merasa wajahnya memanas mendengar kalimat ibu mertuanya. Kalimat wanita itu sama sekali tidak membantunya!

"Memangnya ada apa? Apakah papa tidak tulus mencium mama?"

Rasanya Anxia ingin membungkam mulut putrinya. Sudah cukup Lori, berhenti bicara dan segera habiskan makananmu! jerit Anxia dalam hati.

"Kalau begitu papa harus mencium mama lagi."

Untuk kesekian kalinya Anxia terkena serangan jantung dari kalimat putrinya.

"Baiklah. Aku akan melakukannya."

Jantung Anxia berdebar-debar kencang begitu melihat Richard bangkit berdiri dan berputar kembali untuk menghampirinya. Belum sempat Richard tiba di depannya, Anxia segera bangkit berdiri dan pamit untuk ke toilet. Rasanya dia tidak sanggup menghadapi keluarga absurb ini.

Bahkan putrinya yang selama ini bersikap manis dan menurut padanya sudah mulai tertular dengan sikap menyebalkan keluarga suaminya.

Entah kenapa semua orang di ruang meja makan bekerja sama untuk mengerjainya. Khususnya pria yang kini menjadi suaminya itu.

Dia sama sekali tidak mengerti kenapa pria itu menciumnya apalagi menuruti keinginan putrinya.

Bukankah tadi mereka bertengkar? Bukankah mereka sama-sama sepakat untuk tidak melebih batas dalam diam? Ataukah hanya Anxia yang beramsumsi seperti ini?

Setelah mencuci mukanya serta menunggu rasa panas pada wajahnya mereda, barulah Anxia memutuskan keluar dari kamar mandi. Langkahnya terhenti saat melihat pria yang sedari tadi membuatnya bingung berdiri disana seolah menunggunya.

Menyadari tidak ada suara didekat mereka menandakan hanya ada mereka berdua di area kamar mandi, Anxia memasang wajah tak suka ke arah suaminya.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

Sebelah alis Richard terangkat mendengar pertanyaannya. "Memangnya apa yang sedang aku lakukan?"

"Kenapa kau menciumku? Bukankah sudah kubilang…"

"Bukankah kau bilang kau akan bersikap seperti istriku bila ada orang lain?" potong Richard sebelum Anxia sempat menyelesaikan kalimatnya. "Aku juga sedang bersikap sebagai suamimu dihadapan keluargaku. Apa yang salah?" Richard memberikan senyuman yang menyindir lalu beranjak meninggalkan Anxia yang terpaku pada dirinya.

Dasar pria brengsek! Beraninya pria itu menggunakan kalimatnya untuk mengambil keuntungan darinya!!