Seorang anak perempuan yang cantik diajak sang ibu ke bandara untuk menjemput seseorang. Ibunya seorang Asia dengan rambut serta bola mata hitam, tapi anehnya anak perempuan ini sama sekali tidak terlihat seperti ibunya.
Rambutnya bewarna pirang serta warna matanya memiliki dua warna. Anak ini memiliki kelainan heterochromia dimana memiliki dua warna yang berbeda. Yang satu bewarna hijau seperti batu emerald sementara yang satu bewarna biru seperti laut.
Untung saja warna matanya bukanlah bewarna merah atau biru, kalau tidak, orang-orang yang mengenal raja warna pasti akan menduga anak ini adalah jelmaan Vectis.
Warna mata yang unik serta rambut tebal bergelombang membingkai wajahnya yang imut bagaikan boneka membuat semua orang langsung terpesona. Tidak terkecuali akan pedagang anak yang kebetulan datang ke bandara ingin mencari target berikutnya.
Mereka telah mengincar anak ini semenjak anak ini datang bersama dengan ibunya. Mereka merasa yakin hubungan dua individual ini bukanlah hubungan keluarga karena betapa kontrasnya wajah mereka. Yang satu berwajah Asia sementara yang satu berwajah western ke arah europian.
Itu sebabnya mereka yakin wanita yang membawa anak itu tidak akan bisa melakukan apa-apa bila seandainya anak itu menghilang dari sisinya.
Mereka menunggu sang wanita sibuk melihat siapa-siapa yang keluar dari gerbang kedatangan. Lalu orang-orang sekelompotan mereka mendesal masuk kedalam kerumunan begitu sang wanita melepas tangan anak cantik itu.
Alhasil mereka berhasil memisahkan anak tersebut dari sang ibu dan menuntun anak itu yang terbawa arus manusia menjauhi posisi sang ibu.
"Mama? Mama!" panggil anak itu seraya mencari sosok ibunya.
"Hai anak kecil, aku melihat ibumu disana." ucap seseorang dengan menggunakan bahasa Inggris.
Layaknya anak kecil yang ingin segera kembali bertemu dengan sang ibu, dia membiarkan orang asing tersebut menggandengnya dan membawanya ke ibunya.
Malang bagi para penculik, karena anak itu bukan anak biasa. Meskipun dia baru saja menginjak usia tiga tahun, tapi dia memiliki kecerdasan yang tidak dimiliki anak seusianya.
Dia langsung tahu ada yang tidak beres dengan orang asing ini dan kecurigaannya menguat ketika melihat dia menuju ke mobil yang tak dikenalnya.
Dalam sekali hentakan sekuat tenaga, anak itu melepaskan diri dari gandengan orang itu lalu berbalik dan berlari kembali menuju ke tempat ia berpisah dari sang ibu.
Sayangnya, langkahnya sangat kecil sehingga hanya dalam beberapa langkah saja, orang itu telah menggendongnya dan memerangkapnya membuat anak itu berteriak ketakutan.
"Tidak! Lepaskan! Mamaaaaaa!!" teriak anak itu sekencang-kencangnya sambil menendang-nendang perut orang yang menggendongnya.
"Mamaaaaa!" Sekali lagi anak itu berteriak sekuat tenaga sambil bersimbah air mata. Dia bahkan menjambak rambut orang yang hendak menculiknya berharap orang ini menjatuhkannya. Tapi kukungan orang ini begitu kokoh dan sama sekali tidak menggubris rasa sakit pada kepalanya.
"Hei, bukan seperti itu caranya memperlakukan seorang anak kecil." tiba-tiba sebuah suara rendah dan tegas terdengar membuat anak itu serta penculiknya menoleh kearahnya.
Anak perempuan itu tidak membuang kesempatan ini dan langsung menggerakkan badannya seperti ulat kepanasan untuk melepaskan diri. Gendongannya mulai melorot membuat anak itu semakin bersemangat meronta. Dan begitu kakinya menyentuh tanah, dia langsung berlari yang akhirnya gagal juga, karena penculiknya mencengkeram tangannya.
"Sepertinya dia lebih mencari ibunya. Biarkan anak itu pergi." sahut orang lain yang turut datang bersama dengan orang bersuara rendah sebelumnya.
"Itu bukan urusanmu. Dia adalah putriku."
"Tidak! Kau bukan ayahku! Aku tidak mengenalmu!"
Teriakan anak itu membuat tiga pria terkejut mendengarnya, khususnya orang yang hendak menculiknya. Saat dia hendak menculik anak itu, dia mendengar anak perempuan ini selalu berbicara bahasa Inggris dengan ibunya. Terkadang bahasa mandarin sehingga dia mengira anak ini tidak akan bisa mengerti bahasa Jerman.
Disaat Kendrich serta Richard mendatanginya, mereka berbicara dalam bahasa Jerman sementara anak perempuan tadi terus-menerus meronta dalam bahasa Inggris. Itu sebabnya mereka sangat terkejut mendengar anak itu sangat mengerti pembicaraan mereka dan membalas dengan menggunakan bahasa Jerman.
"Anak itu sudah bilang, apakah kau masih tidak mau mengaku?" ada aura bahaya serta mengancam dari Richard membuat sang penculik menelan ludah.
Anak perempuan tadi juga merasa merinding saat mendengar suara dingin yang menakutkan. Dia memberanikan diri untuk melirik ke arah pria menakutkan tadi dan mulutnya membentuk huruf A yang besar begitu melihat wajah orang tersebut dengan jelas.
Rambutnya yang bewarna coklat terang sangat mencolok di bawah sinar matahari. Tatapan matanya sangat tajam dan begitu mengerikan saat menatap ke arah penculiknya. Hidungnya mancung dan tegas terlebih dari itu semua, orang ini seperti pangeran di buku cerita dongengnya.
Orang ini sangat tampan! Saat itu juga dia memutuskan untuk menjadikan orang ini sebagai ayahnya!
"Papa!" dia langsung berlari menghampiri Richard dan memeluk salah satu kaki Richard sambil menatap 'ayah'nya dengan tatapan memelas. "Papa darimana saja kau? Apakah kau tahu mama dan Lori sudah lama menunggu papa?"
Rasanya Richard ingin muntah darah mendengar serentetan kalimat ini, sementara Kendrich terbatuk-batuk disebelahnya.
Sejak kapan Richard memiliki anak? Pria itu bahkan tidak memiliki kekasih wanita manapun!
Kalau seandainya tidak ada 'penculik' yang berdiri mematung dihadapan mereka, sudah pasti Richard akan membawa anak ini ke tempat informasi untuk menemukan orangtua anak ini. Tapi karena mereka sedang berhadapan dengan 'penculik' anak, Richard memutuskan untuk mengikuti sandiwara anak ini.
Tanpa diketahuinya, anak cantik bernama Lori ini sama sekali tidak bersandiwara. Dia serius ingin menjadikan Richard sebagai ayahnya!
"Maafkan papa, baby girl. Papa baru tiba hari ini." ucap Richard dengan nada lembut setelah berlutut bersimpu satu kaki untuk menatap lurus 'putrinya'.
"Apakah papa tidak merindukanku dan mama?"
"Tentu saja, aku merindukan kalian. Bukankah sekarang aku ada disini? Aku ingin menebus waktu kita yang hilang bersama kalian. Apakah kau memaafkan papa?"
Lori tersenyum lebar mendengarnya dan mengangguk dengan semangat. Sementara Kendrich melongo mendengar sepupunya terlalu menghayati perannya sebagai 'ayah'.
"Jadi," Richard bangkit berdiri lalu menatap sinis ke arah 'penculik' anak yang sudah membeku pada tempatnya. Senyumannya yang ramah saat berbicara dengan Lori juga telah lenyap tanpa bekas begitu tatapannya bertumlu pada si penjahat. "Apakah kau sedang menungguku untuk memanggil polisi karena telah mengaku putriku sebagai putrimu?"
Tanpa disuruh dua kali orang tersebut langsung berlari meninggalkan mereka melewati mobil-mobil yang terparkir dengan rapi. Tidak ada yang menyadari ada seseorang yang sedang berdiri bersembunyi di belakang salah satu mobil menyaksikan serta mendengarkan segala interaksi mereka semua.