Chereads / Awas, Papa! Mama Mau Membunuhmu!! / Chapter 56 - Bag 55 Pasangan Absurb

Chapter 56 - Bag 55 Pasangan Absurb

Keesokan harinya, Richard beserta Anxia dan Lori pamit berangkat begitu selesai sarapan.

Awal mulanya Anxia mengira Richard akan membawa mereka ke luar kota atau naik pesawat mengingat pria itu mengatakan akan membawa mereka ke sebuah pulau. Tapi dugaannya ternyata salah besar. Pria itu malah membawanya ke hotel???

Apakah mereka akan tinggal di hotel?

Anxia mengikuti Richard yang turun dari mobil dalam diam. Dia merasa penasaran setengah mati dan dia adalah orang yang paling tidak suka jika tidak tahu apa-apa akan apa yang akan dihadapinya.

Selama ini Anxia selalu tahu dan bisa menebak apa yang akan terjadi saat dia merencanakan sesuatu ataupun disaat menjalankan misi. Dan kini dia sama sekali tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Richard ataupun seperti apa tempat yang akan mereka tuju.

Menilai dari sikap khawatir Meisya, Anxia mengira pulau Hallstat adalah tempat yang berbahaya. Tapi anehnya, dia percaya putrinya akan baik-baik saja selama pria itu bersama mereka.

Dia tidak tahu sejak kapan dia mempercayai pria itu dalam melindungi putrinya. Mungkin karena dia melihat sendiri bagaimana cara pria itu memandang Lori dan perilaku pria itu yang memanjakan putri mereka. Anxia menjadi yakin bahwa Richard tidak akan melukai putrinya dan rasa sayangnya sebesar dengan perasaannya menyayangi Lori.

Malahan, mungkin kasih sayang pria itu lebih besar dari miliknya?

Lagipula, pria itu langsung menyayangi anak perempuan imut itu sedari awal dan dia tampak marah saat mendengar Anxia tidak memperdulikan janinnya di awal kehamilannya.

Tampaknya pria itu sudah menyayangi janinnya bahkan sebelum bertemu dengan putrinya, jadi tidak heran bila pria itu marah saat…

Tanpa disadarinya, langkah Anxia berhenti memikirkan kemungkinan terakhir yang terpikirkan otaknya.

Apakah itu sebabnya Richard marah padanya? Pria itu marah karena dia memutuskan secara pihak untuk menggugurkan kandungannya tanpa memberitahu pria itu?

Entah kenapa dadanya terasa sesak dan Anxia merasa sulit untuk bernapas. Anehnya, dia merasakan sesuatu yang hangat mengalir didalam hatinya, bahkan mungkin cukup untuk melelehkan hatinya yang keras. Namun sayangnya, kehangatan itu masih belum cukup panas untuk melunakkan hatinya. Tapi setidaknya cukup untuk membuatnya bergetar.

Ah, ternyata pria itu marah padanya karena masalah Lori. Semalaman dia sama sekali tidak bisa tidur karena terus berpikir apa yang telah dilakukannya hingga membuat suaminya marah seperti itu.

Dia sempat bertanya-tanya apakah pria itu marah padanya karena dia tidak memberitahunya bahwa ada orang yang menguntit mereka, ataukah karena ada orang yang memasang alat pelacak di perahu milik Stanley?

Kalau pria itu marah, Richard sudah akan memasang ekspresi geram serta sinar mata menakutkan begitu mereka masuk kedalam kamar mereka. Tapi pria itu tidak marah, malahan menyentuhnya dan memuaskan hasratnya dengan caranya sendiri.

Sikap pria itu berubah total saat dia selesai membicarakan awal mula masa kehamilannya membuatnya yakin Richard tidak marah karena dia menyembunyikan kenyataan ada orang-orang yang mengikuti mereka.

Anxia merasa dirinya bodoh karena baru menyadarinya sekarang. Dia bahkan mengejek dirinya sendiri. Entah kenapa dia merasa lebih nyaman kalau Richard bersikap menggodanya atau membuatnya sebal.

Sikap pria itu memang sangat membuatnya jengkel luar biasa, tapi itulah karakter Richard dan Anxia sudah terbiasa dengannya. Anxia sama sekali tidak tahu apa yang harus dia lakukan jika pria itu marah dan mendiamkannya seperti ini.

Sungguh aneh sekali. Seharusnya dia merasa senang karena pria itu tidak lagi mengusiknya, tapi kenapa dia merasa gelisah?

Tanpa diketahuinya, Richard juga memiliki pemikiran yang sama dengannya. Richard lebih merasa nyaman dan rileks disaat Anxia menantangnya dan menatapnya dengan frustrasi daripada Anxia bersikap manis dan manja padanya.

Jika Anxia bersikap manis yang tidak sesuai dengan karakternya, insting Richard langsung berdiri tegap sambil berusaha menerka-nerka rencana licik apa yang sedang direncanakan istrinya ini.

Sungguh pasangan yang cocok sekali! Keduanya resmi menjadi pasangan terabsurd di dunia.

"Anxia, apa yang kau lakukan berdiri disana? Kau tidak ingin ikut dengan kami?"

Lamunan Anxia buyar saat mendengar suara dingin dari arah depannya. Anxia menggigit bagian pipi dalamnya melihat tatapan datar serta suara dingin dari suaminya.

Sampai kapan pria itu akan marah kepadanya?

Dengan sikap enggan, Anxia melangkahkan kakinya dengan gerakan cepat karena dia tidak ingin ditinggal dan berpisah dari putrinya.

Begitu Anxia tiba di sebelahnya, Richard berbalik dan lanjut berjalan menuju ke bagian belakang hotel. Anxia bertanya-tanya bukankah mereka akan tinggal di hotel?

Kenapa Richard tidak masuk melalui lobi dan berjalan memutari hotel?

Barulah Anxia menemukan jawabannya saat dia mendengar suara ribut seperti suara kipas yang berputar dengan cepat. Begitu tiba dihalaman belakang, Anxia bisa melihat lingkaran helipad yang besar beserta huruf H ditengah lingkaran tersebut.

Di atasnya sudah siap sebuah helicopter beserta pilot dan beberapa orang yang memakai jas serta kacamata hitam layaknya bodyguard.

Tanpa banyak tanya, Anxia mengikuti Richard yang terus berjalan menuju ke helicopter tersebut. Richard menoleh ke arah Anxia untuk menyuruhnya naik terlebih dulu. Anxia menurut, lalu langsung duduk di kursi kosong yang telah disediakan.

Richard menyusul dan duduk disebelahnya membuat Anxia mendesah lega. Eh? Kenapa dia merasa lega?

Seharusnya dia merasa jengkel karena dari sedemikian banyaknya kursi kosong, Richard malah memilih duduk disebelahnya. Tapi kenapa dia merasa lega?

Beberapa orang yang diduganya adalah bodyguard Richard turut masuk menyusul Richard dan duduk di kursi kosong lainnya.

Setelah memakai sabuk pengaman dan memastikan Lori telah duduk nyaman dan aman diatas pangkuannya, Richard menyuruh sang pilot untuk berangkat.

Selama perjalanan Richard serta Anxia saling diam tanpa ada niatan untuk membuka suara duluan. Sementara itu Lori tengah sibuk bermain rubik yang diberikan ayahnya.

Richard sengaja mencari kesibukan untuk putrinya agar tidak memikirkan ide nakal lain untuk mempersatukan kedua orangtuanya hingga membuat suasana tegang Richard dan Anxia menjadi lebih buruk.

Richard merasa senang putrinya diam-diam membantunya untuk memenangkan hati Anxia, tapi untuk saat ini dia tidak ingin meladeni keinginan putrinya terlebih dulu.

Dia yakin begitu tiba di pulau Hallstat, Anxia akan menunjukkan taringnya yang sesungguhnya kepadanya.

Jika Richard tidak bisa mengatasi ataupun menjinakkan Anxia yang sesungguhnya, maka Richard akan melepasnya pergi. Tapi kalau dia berhasil…

Richard menoleh kesamping melihat lautan dibawahnya sambil menyunggingkan senyuman miringnya yang khas.