Chereads / Love Is Meaningless / Chapter 9 - Cinta yang tak sampai

Chapter 9 - Cinta yang tak sampai

"Jelaskan padaku apa maksud mu tadi? Jangan katakan bahwa kau akan mengancam ku dengan kehamilan mu!"

Darlie menarik Shela dengan genggaman yang kuat dan melemparkannya dengan keras ke arah sofa apartemennya.

Shela melirik tajam, ia lalu bangkit berdiri dan melangkah ke arah Darlie.

"Apa yang kau bicarakan?" Tanya Shela.

"Sejak kapan kita bertunangan?"

"Sejak kau masih dalam kandungan ibumu!"

"Jangan bercanda!... Tunggu, apa itu berarti kau hanya memanfaatkan aku dari tadi? Kau tidak benar-benar pernah tidur denganku kan?"

"Kapan aku bilang pernah tidur denganmu? Ini pertama kali kita bertemu! Saking banyaknya wanita yang kau tiduri, kau sampai lupa wajah mereka satu per satu!"

"Jadi kau mengerjai ku? Keluar dari apartemen ku sekarang Juga!"

Adu mulut terjadi diantara mereka berdua. Darlie yang berusia 5 tahun lebih tua dari Shela masih bersikap kekanak-kanakan. Ia bersikap sangat kasar terhadap gadis yang baru berusia 23 tahun.

Darlie menyeret Shela keluar dari apartemennya karena merasa tertipu. Tapi Shela tetap tidak bisa pergi begitu saja!

"Tunggu dulu.... Aku punya bukti..."

Tiba-tiba Darlie berhenti, "Apa kau bilang?"

Shela mengeluarkan bukti perjanjian dan pertunangan mereka yang telah terjalin sejak lama.

Darlie melirik dan mengambil berkas itu. Ia kemudian melihat satu per satu lembar perjanjian yang tertera di dalam dokumen tersebut.

"Apa maksudnya ini..." Iya membuang dokumen itu ke wajah Shela tanpa berbelas kasih.

"Aku tidak ingin menikahi gadis yang terlihat tidak mampu memuaskan ku di atas ranjang!"

Darlie menyeringai, ia memandang rendah Shela yang saat itu terlihat sangat polos.

"Apa kau mau aku membuktikannya?"

Shela menatap tajam Darlie dengan tekat yang kuat. Tatapan tajam itu membuat tekanan yang entah dari mana seketika membuat bulu kuduk Darlie berdiri.

Shela membuka jas mantelnya dan menjatuhkannya ke lantai. Ia berjalan perlahan menuju ke arah Darlie sambil membuka satu per satu kancing bajunya.

Walaupun ia tampak berani, tangannya sedikit gemetaran karena takut!

Darlie terbelalak. Bagaimana bisa gadis polos yang masih muda ini bersikap terlalu berani...

Ia kemudian mundur selangkah demi selangkah ke belakang sampai mentok ke meja televisinya. Darlie memegang meja itu dengan erat, dan tampaknya Shela serius untuk memperlihatkan kemampuan terbaiknya!

Shela selesai dengan bajunya, sekarang setengah dari tubuhnya terlihat. Kedua buah dada itu terlihat menggiurkan bagi Darlie! Shela mendekat dan menempelkan dadanya di tubuh Darlie sambil meraih lehernya dengan jari telunjuk dan membawanya berjalan dari atas ke bawah.

Darlie tampak tegang! Baru kali ini dia kelihatan tak berkutik dihadapan seorang wanita! Tidak, dia bukan wanita dewasa di mata Darlie, dia hanya seorang gadis muda. Tapi bagaimana bisa ia membuat tekanan terhadap Darlie yang sudah biasa dengan sensasi seksualitas...

Darlie menelan ludahnya dalam-dalam. Terlihat jakunnya turun naik karena rayuan Shela yang secara tiba-tiba itu menyerangnya. Ia tak menyangka gadis itu akan berani, jika ditantang!

Shela mendekatkan wajahnya ke arah wajah Darlie, ditiupnya telinga Darlie dan dihembuskannya nafas yang menggairahkan. Seketika wajah Darlie memerah bagaikan kepiting rebus.

"Hentikan..." Darlie mendorongnya menjauh.

Shela melihatnya dengan tatapan yang kebingungan, sebenarnya kenapa pria yang sangat suka bermain kotor di atas ranjang menolak perawan yang masih sangat sempit seperti dirinya!

"Pakai kembali bajumu!"

Shela tertawa terbahak-bahak, "Bhahahaha"

"Kau terlihat sangat takut, seakan-akan aku yang mau mencoba memperkosa dirimu!" Ujar Shela.

"Kau memandang rendah diriku! Aku hanya tak mau merusak anak kecil!"

"Apa?"

"Bagiku kau itu masih sangat kecil untuk bisa menahan tekanan seks yang akan aku berikan! Kau mungkin bahkan tidak mampu... Pokoknya aku tidak tertarik dengan gadis seperti mu."

Darlie menghindar dengan alasannya yang tak masuk akal. Namun Shela bersyukur karena Darlie menolaknya! Jika Darlie bersikap brengs*k, dengan terpaksa Shela akan memberikan keperawanannya malam itu juga. Toh mereka akan segera menikah!

"Jika kau tidak mau menikahi ku, utang kakek ku akan ditangguhkan kepada ayahku. Tapi sampai generasi ke dua pun hutang itu takkan bisa kami lunasi. Ayahku bisa bangkrut dalam sekejap!"

"Yah itukan masalah keluarga kalian! Toh itu tak ada hubungannya denganku..."

Darlie tampak tak ingin ambil pusing dengan urusan keluarga mereka. Shela pun terlihat sedikit putus asa. Matanya bergetar mendengar pernyataan Darlie yang tidak bersimpati sama sekali.

Ucapan ayahnya dan ibunya pun mulai terngiang-ngiang di pikirkan nya.

"Jangan bilang dirimu anak dari keluarga Raymond, jika kau tak berhasil mendapatkan hati putra kedua keluarga Wijaya itu."

"Sayang jangan terlalu keras pada Shela! Nak, kau harus berhasil membawanya ke sini agar kalian bisa menikah. Ibu akan tenang jika kau mau membantu keluarga kita."

'Ibu dan ayah sedikit demi sedikit telah membuka hati mereka untuk ku. Aku tidak boleh gagal!' Tekadnya. Ia kemudian teringat pesan dari kakek Wijaya, itu adalah tips jitu agar bisa mendapatkan hati Darlie.

Shela memberanikan diri menatap langsung ke arah mata Darlie. Iya tersenyum miring, "Kau pikir kau tak akan dapat imbasnya kalo menolak menikah dengan ku?"

"Apa maksud mu?"

"Jika kau menolak menikah dengan ku, kakek mu akan menyerahkan seluruh hartanya untuk kegiatan amal sosial jika beliau pergi meninggalkan dunia ini. Dan kau, tak tersisa apapun untuk mu! Kau tidak akan bisa lagi bersenang senang di atas ranjang yang empuk jika kau tak memiliki apa-apa!"

Wajah Darlie seketika memucat. Pernyataan itu terlalu konyol untuk di percayai.

'Tidak, itu tidak boleh terjadi! Aku harus menelepon kakek.'

Darlie mengambil handphonenya dan segera menelepon kakeknya.

"Kakek, kenapa kakek melakukan perjanjian konyol itu?"

"Kalo kau sudah dengar dari Shela maka segeralah kembali. Tidak ada tawar menawar lagi...!"

"Kakek, tapi..." Tit...tit...tit... Rupanya kakek Wijaya mematikan teleponnya.

"Dasar anak nakal! Sampai kapan ia akan terus bermain... Jika saja orang tuanya masih ada di sini, mungkin aku tidak akan serepot ini...!" Gumam kakek Wijaya.

Darlie kembali melihat ke arah Shela yang sedang tersenyum puas.

"Bagaimana, kapan kita akan kembali ke Indonesia?" Tanya Shela dengan suara yang sedikit agak belagu.

"Besok! Kita akan menikah tapi dengan syarat dariku!"

"Aku bisa menyanggupi semua syarat darimu, asal jangan lari dari pernikahan ini seperti kebanyakan orang pengecut yang tidak datang di hari H pernikahan!"

"Tenang saja, aku pria yang menepati janji..." Darlie tersenyum penuh dengan muslihat.

**

Di sisi lain, disaat yang sama Diana dan Polin sedang bertengkar di Hotel tempat Diana menginap.

"Apa kau mengenal gadis yang datang bersama Darlie?"

Polin termenung cukup lama karena memikirkan Shela yang berhubungan dengan pria yang terkenal brengs*k. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi!

"Polin, aku bicara padamu!"

"Ah, tidak usa berdebat lagi. Aku capek tau ngak!"

"Tidak, kau harus menjelaskannya dulu."

"Istirahatlah sekarang. Aku mau pulang, dan tidak ada yang ingin aku bicarakan dengan mu."

Diana menarik tangan Polin, "Polin, kau bahkan tak pernah menatapku seperti kau menatap gadis itu. Apa aku salah jika menganggap wanita itu sebagai sainganku?"

"Cukup Diana. Aku tak mengenal siapa gadis tadi. Lagi pula dia tunangan sahabat ku! Bagaimana bisa aku jatuh hati pada wanita milik sahabat ku?"

Polin tampak sangat marah, entah dia benar-benar marah karena kesal pada Diana, atau dia kesal dengan hal yang lainnya. Tidak ada yang tahu!

Diana kemudian melepaskan tangan Polin perlahan. Hatinya dikejutkan oleh amarah Polin yang tidak biasanya! Jika Polin marah, dia tidak akan pernah mungkin membentak Diana dengan keras. Tapi kali ini berbeda.

Polin memalingkan wajahnya dan menghilang dalam sekejap. Polin terlihat sangat khawatir akan hal yang lainnya dibandingkan pacarnya! Sehingga ia pergi dengan tergesa-gesa.

"Apa yang sebenarnya terjadi diantara kita Polin, kenapa kita tak pernah bisa bahagia!..."

~To be continued