Diana memanggil Polin yang lagi memperhatikan kepergian Shela Raymond dan Darlie Wijaya.
"Sayang, apa yang kau lakukan? Cepatlah, aku lapar!"
Mendengar Diana memanggilnya, ia segera masuk ke dalam mobil sambil melihat arah tujuan mobil Darlie.
"Kamu kenapa? Kok dari tadi kayak mencari sesuatu!" Diana bertanya saat Polin hendak masuk ke dalam mobil dan memasang sabuk pengaman.
Polin tak menjawab pertanyaan Diana. Dengan skillnya ia dengan cepat mengeluarkan mobilnya dari tempat parkiran dan membawa mobil itu mengikuti mobil Darlie dari belakang.
"Kamu sebenarnya kenapa sih?"
"Aku?... Ngak kenapa-napa." Polin menjawab Diana dengan datar.
Diana mengernyitkan dahinya, ia tahu bahwa Polin tidak mencintainya selama ini. Tapi setidaknya Diana berharap Polin bisa menjadi teman bicara yang baik untuknya.
"Polin sudah beberapa tahun ini kamu gini'in aku. Kalo mau putus yah bilang aja!..."
Polin terdiam. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya untuk menjawab pernyataan Diana. Ia hanya terfokus pada arah tujuan mobil Darlie.
'Tunggu mereka akan menepi.'
"Polin, I say to you! Can you hear me, please..."
Diana tampaknya sudah mulai tak bisa meredamkan amarahnya. Ia menekuk dagunya kesal.
Polin mengikuti mereka untuk menepi. Tampaknya Darlie memilih Leftbank Restaurant untuk membawa Shela makan malam. Restaurant itu berjarak 4,5 km dari Hilton London Heathrow airport terminal 5.
"Kenapa kau berhenti?"
"Kau ingin makan kan? Kita akan makan disini..."
Polin segera turun dari mobilnya dan mau menuju pintu masuk restaurant.
"Lihat dia! Bagaimana bisa aku jatuh cinta pada pria yang tidak peka seperti dirinya! Kali ini aku akan memaafkan mu, karena sudah memilih tempat makan yang aku suka."
Diana keluar dari mobil, ia berjalan mengikuti Polin dan dengan cepat menggandeng tangannya untuk berjalan beriringan.
Leftbank Restaurant menyajikan makanan prasmanan yang fantastis. Mereka juga menyajikan banyak menu vegetarian yang selalu cocok di lidah Diana!
"Sayang, ternyata kau tau juga kalo aku ini vegetarian. Tidak sia-sia kita sudah berkencan selama 2 tahun terakhir ini..."
Polin hanya berjalan dan membiarkan Diana menggandeng tangannya. Ia berjalan dengan cepat, agar bisa segera masuk menyusul Darlie dan Shela.
Sesampainya di restaurant, mereka mengambil makanan mereka secara mandiri, yang di sajikan secara prasmanan. Polin lalu melirik ke kiri dan ke kanan dengan sebuah piring yang berisikan makanan di tangannya. Ia mencari tempat duduk yang ditempati Darlie dan Shela dengan mata yang tajam menyusuri ruangan Restaurant.
"Hei, Polin... What's up?" Darlie menyapa tiba-tiba di tengah-tengah Polin yang sedang mencari mereka. Sungguh suatu kebetulan.
Polin tersenyum, "Diana kita akan duduk di sana!" Polin segera melanjutkan langkahnya menuju ke tempat Darlie, sehingga Diana tertinggal di belakang.
"Polin bisakah kita duduk berdua saja?" Suara Diana memelan saat Polin berjalan menjauh. Ia hanya bisa pasrah mengikuti langkah kaki Polin dari belakang.
"Kau makan di sini juga?" Polin bertanya seolah-olah mereka bertemu secara kebetulan.
"Iya kebetulan sekali kita bisa bertemu di sini...By the way, loe lagi sama pacar mu yah?"
Darlie menatap tenang ke arah Diana yang berdiri tepat di samping Polin. Diana pun dengan sigap memperkenalkan namanya kepada Darlie.
"Hai, aku Diana" Diana tersenyum manis sambil memperkenalkan namanya. Diana sangat elegan, berbeda dengan Shela yang tampak kampungan.
"Kalian, duduk bareng kita aja yuk..."
"Baiklah kalo kalian tidak keberatan." Diana perlahan-lahan ambil tempat duduk di samping Shela yang dari tadi sibuk dengan makanannya.
Polin juga mengambil tempat di samping Darlie. Ia terus-menerus menatap Shela dengan pandangan yang adem. Tatapan itu pun berlalu saat Darlie memergoki Polin yang menatap dalam ke arah Shela.
"Kenapa kau menatapnya seperti itu? Kau mengenalnya?" Bisik Darlie.
Polin tampak canggung, ia menjadi bingung harus menjawab apa, sehingga ia hanya menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Darlie. Dan mengambil sesendok salad yang ada di hadapannya, lalu disantapnya dengan perlahan.
"Pffttt, kenapa kau gugup begitu!"
"Apa yang kalian bicarakan?" Tanya Diana yang melihat Polin dan Darlie tengah asyik sendiri.
"Ah, bukan apa-apa... Oh iya kenalkan dia..." Darlie berhenti ditengah-tengah pembicaraan karena tidak mengetahui nama gadis yang duduk makan bersamanya.
'Aduh, siapa yah namanya! Tadi di mobil kita tak banyak bicara lagi...'
Shela tiba-tiba meletakkan sendok dan garpunya di atas piring makanannya dan melihat ke arah Diana yang duduk disampingnya.
"Shela..." Jawab Shela datar untuk perkenalan yang singkat.
'Ah, ni cewek kenapa sih... Judes amat...' Raut wajah Diana memaksakan diri untuk tidak memperlihatkan ketidaksukaan dirinya terhadap Shela.
"Hai, aku Diana. Darlie, pacarmu yah?" Tanya Diana penasaran sambil melirik Darlie.
"Bukan." _ "Aku tunangannya." Jawab mereka serempak dengan pernyataan yang berbeda!
Shela pun dengan cepat melirik Darlie yang duduk tepat dihadapannya dengan tatapan yang tajam.
Tentu saja Darlie tidak tahu menahu soal pertunangan yang dibicarakan oleh Shela. Sebab ia tidak pernah ingat, jika dia telah mengikat seorang gadis untuk menjadi tunangannya.
"Ah..." Diana mengangguk kecil, tampaknya ia berpikir bahwa Shela adalah cewek angkuh yang sedang mengaku-ngaku menjadi tunangan Darlie.
Mau dilihat dari sisi manapun, Shela terlihat bukanlah tipe Darlie yang seluruh tubuhnya terpasang barang-barang mewah dengan pakaian desainer ternama.
"Apa yang kau lakukan? Apa kau mau mati di sini?" Darlie memonyongkan mulutnya tanpa suara. Ia mencoba berbicara dengan mengangap-ngangapkan mulutnya tanpa mengeluarkan bunyi.
Namun kelihatannya Shela tidak terpengaruh dengan hal itu dan kembali makan dengan tenang.
Karena Shela yang tidak menggubrisnya, Darlie menendang kaki Shela dengan keras.
Mata Shela kemudian memelototi Darlie. "Apa kau mau aku membongkar rahasia mu?" Shela berbicara dengan tatapan matanya.
Ia seakan-akan bisa saja membocorkan kalo Darlie akan segera memiliki anak darinya dihadapan teman-temannya yang sedang duduk bersama mereka. Yah, walaupun itu bohong.
Darlie yang tidak ingin berita itu tersebar, menjadi ciut dan tunduk pada Shela.
Polin tampaknya memperhatikan tingkah laku Shela dan Darlie dari tadi. Iya terkejut bahwa Shela berkata bahwa ia adalah tunangan dari seorang Darlie yang terkenal playboy. Melihat Shela yang sedang kesusahan menghadapi Darlie, Polin mengangkat pembicaraan!
"Sungai Thames terlihat sangat indah dari sini..." Polin tiba-tiba mengalihkan situasi yang canggung menjadi sangat santai. Ia juga berkata sambil memandang ke arah Shela.
Tapi tampaknya pernyataannya yang secara tiba-tiba itu, bukannya mencairkan situasi malah menjadikan suasana menjadi semakin garing.
Diana yang tak sengaja melihat tatapan mata Polin yang hangat hanya tertuju pada Shela, membuat ia menjadi sangat badmood.
Sebenarnya siapa wanita yang duduk di sampingnya, sampai-sampai Polin yang kaku itu menatapnya dengan penuh kasih sayang? Diana terus bertanya dan menganggap Shela sebagai ancaman baginya.
~To be continued