Chereads / Love Is Meaningless / Chapter 7 - Jemput...

Chapter 7 - Jemput...

Tepat jam 11:10 malam akhirnya Shela landing di London, Inggris.

Ia lalu mengambil kopernya dan mengecek handphonenya sambil berjalan menunduk. Tiba-tiba tanpa disengaja, seorang pria Asia menabraknya keras.

Brukk.... Koper yang ada ditangan Shela terkulai dan handphonenya terjatuh membentur lantai.

"Oh, this is my bad. Are you okey...?" Tanya pria itu.

Pria dengan tinggi kurang lebih 170 cm dengan rambut berwarna hitam. Kulitnya putih cerah dengan mata yang bulat sedang melihat Shela dengan antusias.

Shela tak menjawab, ia hanya bergumam sendirian... "Hah, aku sungguh sial..."

"Hmt, permisi... apa mungkin kau orang Indonesia?" Tanya pria itu ragu-ragu.

Shela hanya sibuk dengan barang-barangnya dan tidak menanggapi pria itu sama sekali. Ia lalu berdiri dan tersenyum kepada pria itu!

Deg...deg... (Shela...)

Pikir pria tersebut sambil membelalak, ia terkejut seakan melihat hantu! Matanya melebar dan mulutnya sedikit ternganga...

Shela lalu menunduk dan segera pergi dari hadapan pria tersebut. Pria itu terus memandanginya tak percaya, ia mengikuti langkah kaki Shela sampai hanya melihat punggung belakangnya. Matanya menunjukkan kegelisahan, sesaat terbesit tatapan rindu yang selama ini tak tersampaikan dari raut wajahnya.

Tampak dari jauh seorang gadis manis dengan tinggi 165 cm, yang menggunakan mantel berwarna merah berjalan ke arah pria itu. Rambutnya hitam kecoklatan dengan tubuh yang langsing bagaikan gitar cok. Kulitnya putih bersih seperti salju yang tak bernoda! Ia tersenyum manis saat menyadari pacarnya untuk pertama kali ini saja, tidak telat lagi menjemputnya.

"Sayang, ada apa? Kau sedang melihat apa... Kok serius sekali..." Kata Diana.

Diana melirik ke arah pacarnya melihat, namun tampaknya tidak ada siapapun yang melihat ke arah pacarnya, sejauh mata memandang.

"Ah, kau sudah di sini... biar aku bawa kopermu."

"Polin, tidakkah kau merindukanku? Mana ciuman untuk ku?" Diana memegangi tangan Polin yang mengambil koper miliknya dari tangannya.

Sepasang mata itu menatap dalam ke dalam pandangan Polin. Ia lalu membawa bibirnya mendekati bibir Polin dengan perlahan.

"Ah, Diana apa kau tidak lapar? Aku akan membawamu ke restoran yang enak. Yuk..."

Polin yang canggung mengalihkan topik pembicaraan Diana dengan segera. Ia lalu bergegas berbalik dan membawa koper Diana keluar menuju tempat parkir.

"Cih..." Diana tampak sangat kesal. Pria dengan mantel cokelat itu, selalu saja bersikap dingin. "Tidak romantis sama sekali." Lanjut Diana bergumam.

"Polin sampai kapan kau akan seperti itu!! Kita lihat saja nanti, kau akan jadi milikku seutuhnya..." Kata Diana penuh kepercayaan diri.

**

Disis lain Shela sedang menunggu kedatangan Darlie Wijaya untuk menjemputnya.

Selagi mencari-cari, ia melihat sosok pria yang sama seperti yang ada di dalam galeri handphonenya.

Ia kemudian memperhatikan sosok pria yang berjalan ke arahnya itu dari arah jam tiga, tidak jauh dari tempatnya berdiri. Terlihat dengan jelas, sesosok pria tinggi yang eksotis dengan ekspresi yang dingin berjalan dengan mengotak-atik handphonenya.

Saat itu Darlie Wijaya hanya menggunakan baju oblong berwarna putih dengan jeans pendek sebagai bawahannya. Padahal kalau dipikir-pikir, udara di London sangat dingin hari itu.

Ia terlihat sedang ingin menghubungi seseorang! Disaat yang bersamaan, handphone yang ada di tangan Shela bergetar. Ia melirik kearah layar handphonenya, dan kemudian mengangkat wajahnya memandang pria yang terlihat sedang mencari seseorang, dengan tangannya yang memegangi handphone yang dilekatkan Darlie di telinganya.

Shela lalu berjalan ke arah pria tersebut dan berhenti tepat dihadapannya. Darlie rupanya tampak sangat bingung saat Shela memandanginya dengan tatapan yang tajam!

'Ada apa dengan gadis ini... Jangan bilang dia salah satu gadis yang pernah aku tiduri... Hah, akan ribet kalo dia minta pertanggung jawaban!' Pikir Darlie pura-pura tidak melihat Shela yang saat itu menatapnya dengan sangat.

'Sudahlah, untuk sekarang pura-pura saja tidak lihat...'

Darlie kemudian hanya melirik ketus ke arah Shela yang menghalanginya jalannya. Kemudian ia berjalan dengan santai melanjutkan langkah kakinya!

Dilihat bagaimana pun, Shela bukanlah tipe wanita yang sering Darlie tiduri. Pakaiannya saja terlihat sangat kolot dan tidak modis sama sekali. Wanita dengan perpaduan pakaian dengan warna yang gelap, siapa yang akan tertarik?

"Darlie Wijaya!"

Langkah kaki Darlie terhenti saat Shela memanggil namanya, sebab suara Shela terdengar familiar seperti wanita yang meneleponnya tadi.

'Ah, ternyata gadis itu yang tadi mengancam ku! Awas saja dia, aku akan membuat dia menyesal telah membuatku datang menjemputnya!'

Darlie kemudian berbalik dengan cepat dan dengan segera menggenggam tangan Shela untuk membuatnya berbalik melihat ke arahnya.

"Ah, ternyata kamu orangnya! Berani-beraninya kau mengancam ku... Sekarang apa? Kau mau bilang kau sedang mengandung anakku? Kau butuh uang berapa!"

'Ah tunggu, apa aku pernah tidur dengan gadis Indonesia yah... Ah tau ah... saking banyaknya, aku jadi lupa!' Darlie menggelengkan kepalanya untuk menjernihkan kembali pikirannya.

Bukan sesuatu yang aneh jika dia tidak mengingat setiap perempuan yang ditidurinya. Karena itu hanya cinta satu malam saja. Sekarang yang membingungkan adalah kenapa dia sampai repot-repot datang ke airport untuk menjemput seorang gadis yang bahkan tidak ia kenali?

Shela hanya diam dengan tatapan yang tenang!

'Ada apa dengan ekspresinya itu!' Darlie sedikit terganggu dengan tatapan Shela.

Darlie menghela nafas panjang. Ia ingin segera mengakhiri segala sesuatu yang membingungkan di antara mereka seperti hal yang ia lakukan dengan wanita lain yang menginginkan uangnya saja.

"Ah, serahkan saja nomor rekening mu dan aku akan transfer sejumlah uang yang sangat besar ke rekening mu. Tapi jangan lupa gugurkan saja anak yang ada dalam kandungan mu itu, dan jangan hubungi aku lagi. Pastikan kau menghapus nomor telepon ku!"

Darlie buru-buru berbicara panjang lebar tanpa mendengarkan apapun dari Shela. Sebab sudah banyak gadis yang sering datang meminta pertanggungjawaban Darlie, karena mereka hamil.

"Pfft..."

Shela hanya menatapnya saja. Ia juga menyeringai merendahkan Darlie yang blak-blakan! Siapa yang bisa untuk menahan tawa jika melihat pria konyol yang sok berkuasa seperti Darlie? Sepertinya bagi Darlie uang bisa menyelesaikan semuanya.

"Wah..wah lihat dirimu! Apa kau mencoba merendahkan ku sekarang?"

Shela menatap tajam ke arah Darlie. Dan entah kenapa tatapan tajamnya itu sedikit menekan Darlie.

"Jangan banyak bicara lagi. Aku lapar, sebaiknya kau mengantarkan ku ke restoran paling enak di sini... Jika tidak, keluarga Wijaya akan tahu bahwa mereka akan mempunyai seorang cucu sekarang!"

Shela tampaknya mendapatkan ide yang brilian dari kesalahpahaman Darlie. Sehingga ia ingin mempermainkan Darlie sebentar saja!

Shela lalu berjalan duluan ke depan dan meninggalkan kopernya di belakang.

"Jangan lupa bawa koperku bersamamu!" Sambung Shela.

Darlie tercengang! Belum ada seorang gadis pun yang berani memerintah dirinya selama ini... Tapi entah kenapa Shela memberikan ia sedikit tekanan, sehingga secara naluri ia mengikuti kata-kata Shela dengan mudah.

'Apa yang mereka berdua lakukan bersama! Mereka tidak mungkin kan....'

Polin yang keluar menuju parkiran yang sama dengan mereka, melihat Darlie Wijaya dan Shela Raymond bersama. Hatinya semakin tak tenang melihat hal itu!

~To be continued