Malam itu aku sangat kepikiran dengan cerita yang kakek ceritakan padaku. Memang sih rasanya aneh jika aku harus membahas hal itu dengan Darlie Wijaya. Namun hatiku mendesakku untuk bertanya pendapatnya mengenai hubungan kami.
Darlie yang sedang sibuk mengotak-atik handphonenya di samping kasur tempat tidur kami terlihat asyik sendirian.
"Hei..." Panggilku kepada Darlie. Namun menoleh aja tidak, apalagi menjawabku.
Kesal, aku menendangnya dengan pelan. "Dengarkan aku napa?" Aku sedikit menaiki suaraku.
"Iya, ada apa si?"
Darlie meletakkan handphone yang berada di tangannya ke atas meja di samping kasur tidur kami. Lalu menatapku seolah menunggu apa yang hendak akan aku bicarakan dengannya.
"Jadi ada masalah apa?" Tanya Darlie dengan wajah polos dan lugu. Mata yang berbentuk seperti kacang almond itu menatapku dengan penuh tanda tanya, mungkin dia juga penasaran.
"Hmm..." Aku hanya bisa menghela nafas.