Sebenarnya, apa yang Lexus saksikan bukanlah seperti apa yang otaknya yang telah tercemar proyeksikan.
Yang Lexus lihat adalah Hailee yang tengah duduk di pangkuan Ramon dan kakaknya yang tengah membisikkan sesuatu ke telinga Hailee, wajah mereka cukup dekat hingga membuat Lexus berasumsi lain.
"Aku tidak lihat apapun. Aku tidak lihat apapun," ucap Lexus sambil menutup kedua matanya dengan telapak tangan dan membalik badannya.
Sementara itu, Hailee yang terkejut mendengar suara Lexus yang bergema begitu nyaring segera berniat turun dari pangkuan Ramon, tapi pria menyebalkan ini justru mendorong kepala Hailee hingga bersandar pada pundaknya dan menahan tubuhnya agar tetap dalam pelukannya.
Tanpa di duga, tubuh Hailee begitu mungil. Ramon tidak menyadarinya hingga saat ini karena biasanya Hailee akan selalu mengenakan pakaian yang cenderung tertutup.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Ramon, tanpa membiarkan Hailee pergi, dia lalu berbisik ke telinga Hailee dengan nada meggoda. "Bisa diam tidak? Kau bisa membangkitkan 'sesuatu' yang berbahaya."
Mendengar hal itu, Hailee memejamkan matanya, meringis tapi berhenti bergerak- gerak.
Melihat betapa penurutnya Hailee setelah satu kata godaan seperti itu, membuat Ramon tersenyum kecil.
"Aku kemari karena baik kau ataupun Hailee tidak mengangkat telepon sama sekali. Ibu sedang berada di kota lain untuk urusan bisnis dan khawatir kalau kau tidak menjaga kesehatanmu," Lexus berkata, dia menurunkan tangannya dan mengintip untuk melihat apakah posisi pasangan ini telah berubah. Ternyata tidak. "Bisa tidak kalian berhenti bermesraan di hadapanku?" gerutu Lexus sambil kembali membalikkan badannya agar tidak melihat mereka berdua.
"Kau bisa keluar agar tidak melihat hal ini," jawab Ramon acuh tak acuh. "Aku tidak memintamu untuk datang."
Dengan kesal, Lexus menghentakkan kakinya dan membalik badannya, dahinya sedikit mengernyit ketika melihat posisi Hailee yang masih berada di pangkuan Ramon.
"Aku ke sini karena aku khawatir padamu, siapa yang menyangka ternyata kau justru tengah menikmati waktu berdua." Omel Lexus sambil melipat tangannya dengan kekanak- kanakkan. "Siapa yang tahu kalau kau cukup sehat untuk berduaan dengan dia. Apa kalian tidak bisa menunggu sampai dua minggu ke depan saat pernikahan kalian?"
"Mengenai itu…" Hailee ingin menolaknya dan mengatakan kalau dia butuh waktu untuk memikirkannya masak- masak, atau mengatakan alasan lainnya yang menurutnya mungkin masuk akal.
Namun, Ramon menghentikan kata- katanya dengan menutup mulutnya dan mengistirahatkan dagunya di atas kepala Hailee. "Sekarang atau nanti, dia akan menjadi milikku. Jadi sama saja."
Lexus mundur satu langkah ketika dia mendengar pernyataan Ramon yang sangat berani itu. "Kak, aku tidak menyangka kau memiliki sisi seperti ini di dalam dirimu…" dia mendekati Ramon dan memperhatikan kakak semata wayangnya ini sambil berkata, "kau hanya kehilangan ingatanmu selama lima tahun belakangan ini saja kan? Bukannya berganti kepribadian?"
Hailee yang mendengar hal itu memutar bola matanya dengan dramatis. Bagaimana mungkin seseorang berganti kepribadian? Mungkin Lexus hanya tidak pernah melihat sisi asli Ramon saat bersama wanita saja.
Menepis tangan yang menutup mulutnya dan mendorong tubuh Ramon menjauh, Hailee akhirnya berhasil membebaskan diri dari belitan lengan Ramon yang kekar dan melompat turun dari pangkuannya.
"Aku akan membuat makan malam untuk Ramon, apa kau sudah makan? Kalau belum, aku akan membuat lebih," ucap Hailee, mengganti topik pembicaraan Lexus.
"Membuat makan malam?!" Lexus terbelalak, terkejut. "Kau bisa masak?"
Hailee memutar bola matanya dengan dramatis. "Tentu saja."
Tapi, sebelum Lexus mencecar Hailee dengan pertanyaan lain, Ramon sudah memotong percakapan mereka. "Tidak, dia tidak akan ikut makan bersama kita."
"Tidak, tidak. Tentu saja aku mau ikut makan!" sergah Lexus yang kemudian langsung menghampiri Hailee dan menarik tangannya, seolah mereka adalah dua orang yang akrab. "Kau bisa masak apa? Nasi goreng? Telor dadar? Telor rebus?"
Sambil menyebutkan jenis- jenis masakan sepele, Lexus mendorong tubuh Hailee keluar ruangan dan gadis itu hanya cemberut menatap Lexus yang meremehkan kemampuan memasaknya.
Di sisi lain, Ramon menatap mereka berdua dengan tatapan penuh arti dan hanya dirinya sendiri yang mengerti apa rencana yang ada di dalam kepalanya yang brilian itu.
***
Ramon dan Lexus memperhatikan Hailee yang tengah memasak dari tempat barstool dimana mereka duduk.
Kalau kedua saudara itu sempat meragukan kemampuan memasak Hailee, maka setelah melihat bagaimana mahirnya gadis itu menggunakan pisau dan bergerak dengan sangat cekatan dalam membersihkan ikan dan memotong beberapa sayuran, Ramon dan Lexus tidak lagi meragukannya.
Bahkan tiga pelayan yang berdiri di sisi lain dapur bersih itu menatap Hailee dengan terkesima.
'Ini kah calon Nyonya besar rumah ini? Darimana gadis ini berasal? Dari keluarga mana gadis ini datang?' itu adalah beberapa pertanyaan yang berputar di benak para pelayan di sana, yang kehadirannya sama sekali tidak Hailee butuhkan karena dia dapat menangani segalanya sendirian.
"Kak, darimana kau mendapatkan gadis seperti ini?" Lexus menatap Hailee dengan terkesima. "Dia adalah wanita pertama yang memasak di dapur ini selain para pelayan itu."
Dan apa yang Lexus katakan adalah benar. Selama ini, wanita yang datang ke rumah utama hanyalah rekan bisnis Ramon dan sangat tidak mungkin kalau mereka sampai menyentuh dapur.
"Aku tidak mengingat apapun, ingat?" Ramon menghirup teh di cangkirnya sambil menunggu hidangan yang tengah Hailee masak.
"Ah, benar…" Lexus menepuk keningnya cukup keras. Lupa kalau kakaknya ini tengah mengalami amnesia. Mau bagaimana lagi? Dia tidak tampak seperti orang yang tengah menderita amnesia sama sekali, kemampuan otaknya masih sangat tajam dalam menjalani bisnis bahkan setelah kehilangan lima tahun ingatannya. "Kau mendapatkan jackpot dengan mendapatkan gadis seperti dia."
Ramon tidak menanggapi kata- kata Lexus. Seandainya adiknya ini tahu, jackpot seperti apa yang telah Ramon temukan. Tidak. Hailee yang mendatangi dirinya tanpa paksaan.
"Dia muda, cantik, bisa memasak… dan sepertinya penurut juga…" gumam Lexus. "Tipe gadis yang akan sangat jarang kau temui di masa seperti ini, terutama di lingkungan kita."
"Hm," gumam Ramon. "Belum tentu masakannya sesuai dengan seleraku."
Lexus menatap kakaknya sambil menaikkan alisnya, kalau dia melakukan itu, kemiripan diantara mereka sangatlah kentara. "Kau benar… tapi, melihat tekhniknya memasak, aku yakin rasanya pasti sesuai dengan ekspektasi."
"Kita lihat saja." Ramon kembali meminum tehnya.
"Oh, ya kak. Apa kau serius dengan rencana pernikahanmu? Ibu sampai hampir terkena serangan jantung saat aku mengatakan hal itu." Lexus mengingat bagaimana Lis justru memarahinya.
Bagaimana bisa Ramon yang akan menikah, tapi malah justru dirinya yang kena omel?! Sungguh, tidak adil…
Ramon tidak langsung menjawab pertanyaan itu, dia menatap Hailee untuk beberapa saat sebelum mengangguk. "Aku ingin hanya beberapa orang saja yang diundang."