Chereads / MARRIED TO A STRANGER / Chapter 21 - APA YANG KALIAN LAKUKAN!?

Chapter 21 - APA YANG KALIAN LAKUKAN!?

Dengan satu hentakan mulus, Hailee mendarat di pangkuan Ramon dan tidak bisa bergerak dengan leluasa setelah pria itu memerangkapnya diantara lengannya yang kuat.

"Memamerkanku pada teman- temanmu?" Ramon mengangkat alisnya dengan penuh pertanyaan sementara bibirnya menyunggingkan senyuman yang jarang dilihat oleh orang- orang diluar sana. "Menyia- nyiakan wajah setampan ini?" Ramon mengulangi kata demi kata yang tidak sengaja terucap oleh Hailee baru saja.

"Apa? Siapa yang bilang begitu?" Hailee dapat merasakan wajahnya memerah dan jantungnya berdegup dengan kencang. Dia begitu dekat dengan Ramon sekarang. Bahkan dia dapat merasakan kehangatan dari kulitnya yang menyentuh dirinya.

"Jadi kau berpikir aku tampan?" Ramon bertanya dengan nada menggoda.

Sebetulnya Ramon telah bangun sejak Hailee mengetuk pintu untuk pertama kalinya, dia hanya sedang mengistirahatkan diri dan enggan menjawab panggilan itu, tapi siapa yang menyangka Hailee justru masuk ke dalam ruang kerjanya.

Pastinya Hailee tidak mengerti, tapi selain Lexus atau Lis, tidak ada seorangpun yang berani masuk ke dalam ruang kerja Ramon tanpa persetujuan dari dirinya terlebih dahulu. Hal yang sama pun berlaku untuk kamar Ramon.

Pria itu menyukai solitude dan sangat tidak suka diusik saat sedang sendirian. Namun, karena Hailee tidak mengerti akan hal itu, maka di sinilah dia sekarang.

"Tidak," Hailee berbohong dengan wajah datar, seolah dengan begitu dia bisa menipu Ramon.

Di dalam dunia bisnis, seandainya Ramon tidak bisa membedakan orang- orang yang tengah berbohong atau tidak, atau orang- orang yang mendekatinya hanya untuk menjilat, maka dia tidak akan berada di dalam posisinya sekarang ini.

Keluarga Tordoff tidak mungkin menjadi keluarga paling terpandang di kota A saat ini kalau bukan karena tangan dingin Ramon dalam mengelola perusahaan sepeninggal ayah mereka, selain dari campur tangan Lis juga.

"Kau tidak cocok berbohong, Hailee." Ramon menyandarkan kepalanya di bahu Hailee sehingga dia dapat mencium aroma tubuhnya dan gerakan ini justru membuat Hailee terdiam kaku.

"Err… kau belum makan malam," Hailee berkata dengan suara yang terdengar was- was. "Ayo kita makan malam bersama."

"Aku tidak lapar," jawab Ramon segera.

"Tapi, kau baru saja keluar dari rumah sakit, jadi kau harus menjaga kesehatanmu," atau kalau tidak Lis akan terus mencecarku dengan berbagai pertanyaan kalau kau sampai sakit lagi. Batin Hailee.

Gadis itu tidak mengutarakan kalimat terakhirnya. Namun, tetap saja dia berharap Ramon dapat melepaskan dirinya karena dia merasa tidak nyaman dengan posisi mereka saat ini.

"Aku ingin makan yang lain," bisik Ramon ke telinga Hailee dan dia dapat merasakan keterkejutan mengalir di tubuh gadis dalam dekapannya ketika dia terkesiap.

Ramon pun terkejut, dia tidak menyangka kalau dirinya bisa mengatakan kalimat itu dan bersikap seperti ini, tapi di saat yang bersamaan Ramon juga merasa nyaman dengan apa yang tengah dia lakukan. Seolah ini merupakan sesuatu yang wajar baginya.

Ramon menyukai reaksi Hailee yang dianggapnya lucu dan menghibur.

Hha? Apa maksud pria ini?

"Kau mau makan apa? Akan aku buatkan kalau memang aku bisa," ucap Hailee segera.

"Kau bisa masak?" Ramon mengangkat kepalanya dan menatap wajah manis Hailee yang mengangguk.

"Bisa," jawabnya dengan yakin.

Ramon mengangkat alis matanya dan tersenyum. Dia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali ada seseorang yang memasakkan sesuatu untuknya.

Tentu saja Lis tidak pernah melakukan itu karena mereka memiliki pelayan dan chef untuk mengurus masalah ini dan Ramon tidak pernah sekalipun berpikir kalau dia akan menemukan seseorang yang akan memasakkan sesuatu untuknya.

Di dalam lingkungan bisnisnya, akan sangat jarang sekali mendapati seorang wanita yang akan terjun ke dapur dan mengambil resiko terkena minyak panas atau terpotong pisau. Bahkan untuk mengambil sesuatu saja mereka membutuhkan seseorang untuk membantu mereka.

Kehidupan seperti itulah yang selama ini Ramon jalani.

Ramon tumbuh dalam komunitas seperti ini, jadi saat Hailee menawarkan diri untuk memasakkan sesuatu untuknya dan mengetahui latar belakang Hailee pun bukan dari kalangan biasa, meski apa yang Hailee tawarkan terdengar sepele, ini cukup membuat Ramon terkejut.

Walaupun hal ini bukanlah hal yang besar, tapi Ramon sangat menghargai hal- hal kecil seperti ini. Sekali lagi, cara pandang Ramon terhadap Hailee menjadi berbeda.

"Apa saja yang bisa kau masak?" Ramon bertanya dengan rasa penasaran yang tulus. Dia mengira Hailee akan menyebutkan masakan- masakan mudah seperti nasi goreng atau menggoreng telor.

Tapi, di luar ekspektasi, Hailee justru menyebutkan semua menu masakan yang memang biasa tersedia sebagai hidangan utama.

Dan ini membuat Ramon mengangkat alisnya dengan tidak percaya. "Kau bisa membuat semua itu?"

"Bisa," ucap Hailee yakin, menganggukkan kepalanya untuk menegaskan jawabannya. "Sebut saja apa yang kau mau. Selama ada bahan mentahnya di dapurmu, tentu saja aku bisa membuatnya."

Walaupun tubuh Hailee terlihat kecil, tapi sebenarnya dia adalah seseorang yang menikmati makan. Berawal dari hobinya untuk mencicipi segala macam makanan yang bisa dia temui, hal ini berkembang hingga dia memberanikan diri masuk ke dalam dapur dan membuat makanan yang dia sukai.

Pada awalnya, orang tua Hailee melarang, keduanya juga khawatir pada anak kandung semata wayang mereka, tapi saat melihat Hailee begitu menikmati kegiatan itu dan merasakan hasil masakannya, mereka tidak lagi mengatakan apa- apa.

Ramon tersenyum dan mengatakan apa yang ingin dia makan saat ini. Sebenarnya dia tidak benar- benar ingin makan, pria ini hanya ingin membuktikan kalau apa yang Hailee katakan bukan hanya sekedar kata- kata saja.

"Okay!" Hailee mengangkat kedua ibu jarinya dan berusaha untuk turun dari pangkuan Ramon, tapi pria itu sepertinya masih tidak membiarkannya untuk pergi. "Bagaimana aku bisa memasak untukmu kalau kau tidak membiarkan aku pergi?"

Ramon menatap Hailee dan berpikir kalau menikahi gadis ini sepertinya bukanlah sesuatu yang salah, mungkin bisa dikatakan dia mendapatkan jackpot.

Hailee merupakan pewaris perusahaan keluarganya di kota T, yang mana ini merupakan tujuan utama Ramon untuk menikahinya, tapi dengan latar belakang dan sifat Hailee yang selama ini Ramon perhatikan, tampaknya dia cukup nyaman untuk memiliki gadis ini di sampingnya. Terlepas dari misteri yang menyelimuti Hailee dan alasannya berbohong.

"Kemarilah," ucap Ramon lembut. Dia mengulurkan tangannya dan mengecup bibir Hailee untuk beberapa detik dan ini membuat gadis itu membelalakkan matanya dengan terkejut. "Terimakasih," ucap Ramon.

Tapi, sebelum Hailee dapat bereaksi terhadapap ciuman singkat Ramon, atau Ramon dapat berkata menggoda gadis ini lebih jauh, terdengar suara pintu dibuka dan dalam sekejap sosok Lexus muncul di dalam ruangan.

"Aku menelepon kalian berdua dari tadi, tapi kenapa tidak ada satupun yang mengangkat…" Mata Lexus terbelalak lebar. "APA YANG KALIAN LAKUKAN?"