Mungkin dari semua kekacauan ini dan amnesia yang Ramon alami, salah satu hal baik yang terjadi adalah dirinya yang melupakan hubungan tidak masuk akal antara dirinya dan Giana. Kalau memang dia benar- benar menjalin affair dengan isteri dari Aidan Smith.
Bahkan hingga saat ini, Ramon tidak bisa berpikir baagaimana mungkin dia bisa memiliki hubungan semacam itu? Dan yang lebih tidak memungkinkannya lagi adalah hubungan mereka yang telah berjalan selama dua tahun tanpa diketahui oleh siapapun.
Dan lagi, menurut ingatan terakhirnya, Ramon bahkan tidak mengenal Giana lima tahun lalu. Itu berarti mereka baru saja bertemu di beberapa tahun terakhir ini dan sudah terlibat dalam suatu hubungan.
Ramon tahu kalau dirinya sosok yang ambisius. Dia akan berusaha mendapatkan apa yang dia inginkan, tapi bukan berarti merebut isteri orang lain adalah hal yang dia benarkan. Ramon sama sekali tidak bisa menalar logika di balik tindakannya kali ini.
"Tidak perlu membahas kasus Giana lagi," ucap Ramon, lalu ekspresinya kembali serius. "Bagaimana dengan project baru itu?"
Setelahnya, Ramon menghabiskan kurang lebih tiga jam untuk membahas masalah yang tidak ada sangkut pautnya dengan Giana ataupun Hailee hingga matahari terbenam dan dia melewatkan panggilan makan siang.
***
Tok. Tok. Tok.
Hailee mengetuk pintu ruang kerja Ramon dengan terpaksa. Dia sebenarnya tidak begitu ingin mengganggu Ramon, atau lebih tepatnya, dia tidak ingin bersama Ramon. Kalau bisa, Hailee ingin pergi sejauh- jauhnya dari rumah ini, tapi sepertinya itu hanyalah harapan semunya saja.
Bahkan sampai detik ini, Hailee masih tidak menanggapi serius masalah pernikahan dirinya dan Ramon yang akan dilangsungkan dua minggu lagi.
Rencana itu terdengar mustahil dan tidak masuk akal di telinganya.
Tapi, Hailee tidak bisa menghindari Ramon, tidak kalau dia harus menerima telepon dan pesan dari Lis yang terus menerus menanyakan keadaan Ramon.
Hailee tidak bisa terus menerus mengatakan kalau Ramon masih bekerja dan telah melewatkan makan siangnya. Tentu saja kehadiran Hailee di sana di harapkan untuk mengawasi Ramon. Memastikan pria itu makan tepat waktu dan istirahat cukup karena dia baru saja keluar dari rumah sakit.
"Memangnya dia ini anak kecil yang harus selalu diingatkan?" gerutu Hailee yang kembali mengetuk pintu ruang kerja Ramon.
Karena Lis yang terus menerus menanyakan hal ini, tentu saja, Hailee sendiri yang harus memeriksa kondisi Ramon, atau kalau tidak wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu akan merasa kecewa padanya dan memandang Hailee sebagai kekasih yang tidak perhatian.
'Aku bukan kekasihnya, okay?' gerutu batin Hailee.
Gadis itu mengetuk pintu di hadapannya kembali, kali ini lebih keras dan suara yang lebih lantang.
Masih tidak ada jawaban.
Hailee mengetuknya lagi, kali ini lebih keras.
Masih juga tidak ada suara apapun.
Lalu dengan perlahan, Hailee membuka pintunya yang ternyata tidak di kunci. Seharusnya Ramon berada di ruangan ini sendirian, karena tadi Hailee melihat Danny telah pergi dengan terburu- buru sambil menerima telepon sekitar satu jam yang lalu. Sepertinya ada masalah penting yang terjadi.
Setelah Hailee membuka pintunya dan mengintip ke dalam. Suasana di ruangan itu sangat sunyi, bahkan Hailee tidak bisa mendengar gerakan apapun dari dalam.
"Ramon?" panggil Hailee sambil mendorong pintu tersebut lebih lebar. Dirinya masuk ke dalam dan berjalan di dalam ruang kerja yang terlihat cukup luas itu.
Di dalam sana, terdapat deretan rak buku dan beberapa pajangan yang sepertinya mahal. Hailee tahu karena dia terbiasa untuk menaksir barang dan mengetahui apakah itu merupakan barang asli atau palsu. Bakat ini tentu saja dia dapatkan dari kedua orang tuanya.
"Ramon?" panggil Hailee lagi. Dia melangkah ke dalam dan melewati sebuah kaca besar yang berderet di sisi kiri, menampilkan halaman belakang rumah tersebut. Tapi, karena malam sudah tiba dan taman tersebut hanya diterangi oleh lampu- lampu taman yang tidak begitu terang, suasananya sedikit membuat Hailee tidak suka.
Hailee takut hantu.
Kekanak- kanakkan memang, tapi mau bagaimana lagi? Hailee tidak bisa mengatur perasaan takutnya sendiri, kan?
Ketika Hailee melangkah lebih jauh ke dalam ruangan itu, dirinya mendapati Ramon, tengah tertidur di kursi kerjanya. Matanya terpejam dan nafasnya teratur dengan dada yang naik turun, mengindikasikan kalau dia tengah berada dalam tidurnya yang lelap.
Hailee menghampiri pria ini dengan hati- hati dan memanggilnya lagi.
"Ramon. Bangun."
Hailee mencoba menggoyangkan tubuh Ramon pelan, tapi pria itu bahkan tidak bergeming.
"Bangun, kalau kau melewatkan makan malam juga, kau akan sakit, tahu."
Ramon masih tidak juga bangun.
"Kalau kau sakit nanti aku juga yang repot."
Tidak ada respon.
Hailee kesal dan bosan membangunkan Ramon. Di sisi lain dia tidak ingin Ramon bangun, tapi di sisi lain juga pria ini harus mengkonsumsi sesuatu sebelum meminum obatnya.
Hailee lalu duduk di atas meja, di depan Ramon, setelah menyingkirkan dokumen- dokumen di atasnya.
Tepat pada saat itulah Hailee kembali menatap wajah tertidur Ramon. Ini merupakan kebiasaannya sejak saat dia berada di rumah sakit.
Entah bagaimana cara mengatakannya atau bagaimana mendeskripsikannya, Ramon adalah pria paling indah yang pernah Hailee temui. Dia bahkan jauh lebih tampan daripada Theodore Genova.
Ramon memiliki rahang keras dan bulu mata yang selentik wanita, bahkan Hailee iri padanya, serta bibir yang penuh dan tulang pipi yang tinggi.
Seandainya keadaan mereka berbeda, Hailee akan dengan senang hati mengenal lebih jauh sosok pria di hadapannya ini.
Siapa yang tidak suka pria tampan?
Hailee tertawa sendiri mengingat wanita- wanita lain di luar sana pasti akan iri setengah mati kalau mengetahui Hailee dapat menatap pria ini sesuka hatinya.
Dan juga, seandainya keadaan mereka berbeda, Hailee akan dengan senang hati memamerkan Ramon sebagai pria barunya di hadapan Aileen, agar kakak tirinya yang tidak tahu diri itu bisa melihat bahwa pria mapan dan memiliki wajah di atas rata- rata bukan hanya Theodore saja.
Tapi, sayangnya keadaan tidak memihak pada Hailee dan kini dia sedang dilanda dilemma mengenai langkah yang akan dia ambil selanjutnya.
"Seandainya keadaan berbeda, pasti akan menyenangkan memamerkanmu pada teman- temanku. Sayang sekali menyia- nyiakan wajah setampan ini," gumam Hailee tanpa berpikir. Entah, pikirannya sedang berada dimana hingga dia mengutarakan apa yang ada di hatinya tersebut.
Namun, tanpa di duga, Ramon justru membuka matanya dan menatap langsung ke dalam mata Hailee. Ekspresinya begitu serius hingga hailee tidak yakin kalau Ramon baru saja terbangun dari tidur pulasnya.
Jangan- jangan dia pura- pura tidur?!
Pupil mata Hailee melebar ketika menyadari hal itu, dia segera melompat turun dari meja, tapi Ramon menarik pergelangan tangannya.