Keesokan harinya, akhirnya Ramon diizinkan kembali pulang dan Hailee mau tidak mau harus ikut dengannya.
Tapi, yang membuat Hailee bingung adalah; hingga saat ini, baik Lis, Lexus maupun Ramon, tidak ada dari mereka yang menanyakan mengenai latar belakang dirinya ataupun keluarganya.
Sepanjang perjalanan pulang, Ramon sibuk dengan dokumen- dokumen di tangannya dan sama sekali tidak memperhatikan Hailee di sampingnya.
Sementara itu, gadis itu berkali- kali melirik Ramon, dia ingin memulai obrolan dengannya, bahkan mempertimbangkan untuk berkata jujur padanya, tapi sepertinya pria yang akan dia ajak bicara terlalu fokus pada masalah lain.
Di dalam mobil itu, hanya ada mereka berdua dan seorang sopir, jadi karena Ramon tidak bisa diajak bicara, Hailee juga menjadi diam saja tanpa suara. Dia hanya menatap jalanan Kota A yang terlihat sangat indah dengan deretan pepohonan yang rimbun.
Cahaya matahari yang cukup terik, di luar sana, untungnya tidak dapat menembus kaca film mobil mewah ini sehingga Hailee dapat menatap keluar jendela berlama- lama.
"Pernikahan kita akan berlangsung dua minggu dari sekarang, apa kau tidak ingin menghubungi keluargamu?" Ramon bertanya, tapi matanya tidak lepas dari dokumen- dokumen di tangannya.
Mendengar hal itu, Hailee tidak segan- segan menyambar kesempatan untuk menjelaskan hal ini pada Ramon. "Mengenai hal itu…"
Hailee segera membalik badannya dan mengatur posisinya agar dia bisa berhadapan dengan Ramon. Namun, pria itu justru memotong kata- katanya bahkan sebelum Hailee mampu mengumpulkan keberanian untuk menjabarkan kebenaran yang Hailee ingin katakan.
"Maaf kalau aku tidak ingat alasannya, tapi kalau kau memiliki masalah dengan keluargamu yang menyebabkan kau tidak ingin mengundang mereka, aku bisa mengerti." Ramon kemudian meletakkan dokumen- dokumen di tangannya di atas pangkuannya, lalu menatap Hailee yang membuat gadis itu harus menunduk karena sorot mata Ramon yang tajam dan rasa bersalahnya. "Maka dari itu, ibu dan Lexus tidak menanyakan hal ini."
'Oh, jadi begitu…' batin Hailee.
Pertanyaan Hailee terjawab sudah, mengenai kenapa Lis dan Lexus bahkan tidak begitu peduli dengan latar belakang keluarganya, padahal pernikahan akan diselenggarakan dua minggu dari sekarang.
"Aku tidak memiliki masalah dengan keluargaku," aku Hailee. "Kedua orang tuaku telah meninggal," jawabnya singkat.
Ramon tampak sedikit terkejut, tapi kemudian dia berkata dengan nada yang tenang. "Sorry to hear that…"
"There is nothing to be sorry about…" Hailee mengangkat pundaknya dengan sikap seolah tidak peduli. Tapi, tetap saja hal ini tidak bisa membohongi sorot sedih dalam matanya yang indah.
Setelah percakapan mereka justru berakhir seperti itu, tidak ada lagi yang berbicara hingga mereka sampai ke rumah.
Hailee tidak bisa mengatakan ini benar- benar rumah… kediaman Tordoff seperti satu kompleks perumahan yang hanya diisi olehnya.
Sebenarnya, sebagai seorang putri dari pebisnis berlian tersohor di kota R, Hailee terbiasa hidup berkecukupan dengan status sosial yang terbilang tinggi, tapi melihat kediaman Tordoff, tetap saja membuatnya tercengang.
Ketika pintu gerbang utama terbuka, maka dibutuhkan kurang lebih lima menit dengan mengendarai mobil untuk sampai ke rumah utama, dimana Ramon tinggal.
Di dalam area ini, selain rumah utama yang ditempati Ramon, karena dia merupakan kepala keluarga Tordoff saat ini setelah kematian ayahnya, terdapat dua rumah lainnya yang masing- masing merupakan tempat tinggal Lis dan Lexus.
Penjagaan di tempat ini sangatlah ketat dan Hailee dapat melihat beberapa penjaga berlalu lalang di dalam hutan kecil yang membentang antara gerbang utama dan kediaman tempat tinggal para Tordoff.
Dan Hailee bukanlah seseorang yang pandai menyembunyikan perasaannya, terutama ketika dia tidak sedang waspada, maka dari itu Ramon dapat melihat ekspresi terkejut dan terkesima Hailee dengan jelas dan ini membuatnya sedikit tersenyum melihat kepolosan gadis ini.
Bukankah kalau dia ingin berbohong dia harus melakukannya dengan benar? Bagaimana mungkin gadis ini berpura- pura menjadi tunangannya dan Ramon langsung mengetahui kebohongan itu di hari yang sama Hailee berusaha meyakinkannya?
Mungkin kalau bukan karena kekacauan yang Ramon timbulkan dan sikap permusuhan yang dia tunjukkan pada ibunya, Lis, selama ini karena beliau begitu menentang hubungan antara Ramon dan kekasih aslinya, Lis mungkin sudah mencari tahu latar belakang Hailee dengan mudah dan segera mengetahui kalau gadis ini telah berbohong. Karena biar bagaimanapun juga, Lis terlalu cermat untuk dapat dibohongi dengan mudah.
Namun, setelah apa yang terjadi dan kecelakaan yang menimpa Ramon, sepertinya Lis bahkan terlalu takut untuk sekedar mempertanyakan Hailee. Lis menyetujui hubungan mereka begitu saja tanpa mencari tahu kebenarannya lagi.
Sikap Lis ini dapat dimengerti, karena dia hampir saja kehilangan putra pertamanya karena sifat keras kepalanya.
Sementara Lexus, adiknya itu terlalu takut bahkan untuk menentang kata- kata Ramon.
"Aku akan tinggal di sini juga?" Hailee memalingkan wajahnya ke arah Ramon.
"Dimana lagi kau akan tinggal?" Ramon melirik sekilas rumahnya. Dari memori yang dia ingat lima tahun lalu, sepertinya bangunan ini tidak banyak berubah.
"Tapi, kita kan belum menikah," Hailee membalas. Dia terlihat ingin melarikan diri, tapi di saat yang sama dia juga ingin tinggal di sana.
Niat gadis ini sungguh membingungkan…
"Kita akan menikah dua minggu lagi, jadi apa bedanya kau tinggal di sini sekarang ataupun nanti?" Ramon melirik Hailee dan tersenyum padanya.
Ketika mobil berhenti, ada dua orang pelayan yang membuka pintu mobil untuk mereka, sehingga obrolan mereka sedikit tertunda.
Tapi, begitu Hailee akan mengejar Ramon ke dalam rumah, seseorang telah menunggu Ramon di sana.
Pria itu adalah Danny Aramos, tangan kanan Ramon. Hailee pernah melihat pria ini mengunjungi rumah sakit beberapa kali saat Ramon masih di rawat di sana.
Danny tersenyum dan mengangguk dengan sopan pada Hailee ketika dia melihatnya dan Hailee melakukan gesture yang sama.
"Aku ingin bicara sebentar…" ucap Hailee pada Ramon, tapi pria itu justru memotong kata- katanya.
"Istirahatlah, mereka akan menunjukkan kamarmu." Ramon mengangguk pada dua pelayan di sekitar mereka sebelum dia melanjutkan kalimatnya. "Ada hal yang ingin kubicarakan dulu dengan Danny."
Mendengar hal itu, Hailee menekuk wajahnya. Bukankah Ramon yang seharusnya beristirahat? Kan, dia yang baru saja keluar dari rumah sakit?
"Mari nona, silakan disebelah sini…" seorang pelayan muda tersenyum manis pada Hailee sambil merentangkan tangannya, menunjukkan jalan pada Hailee.
Dan dengan berat hati, Hailee, mau tidak mau, harus mengikutinya. Tapi, dia merasa dirinya tengah berada dalam pengawasan. Atau mungkin itu hanya perasaannya saja?
"Jadi?" tanya Ramon pada Danny saat mereka hanya berdua.
"Aku mendapatkan semua informasi mengenai gadis itu," Danny berkata sambil memberikan amplop di tangannya.