Bude memiliki tubuh yang mungil dan paras yang cantik. Ia selalu berpenampilan sebagaimana perempuan khas Jawa.
Namun, ciut nyali mereka jika berhadapan dengan Bude satu ini. Meskipun tampilannya lemah dan lembut, Bude galak bukan main. Bahkan, hati preman kampung sana menjerit bila mendengar Bude mulai mengomel.
Sedangkan, suaminya yang bekerja di kapal dan jarang pulang, yang bertampang seram dan tegas, jarang bicara dan tak pernah sekalipun marah di depan umum. Sejak kecil, Wahya tinggal bersama mereka.
Biasanya, setelah makan siang, Pras dan Yono berdiri saja di depan rumah Bude, menunggu Wahya menyelesaikan pekerjaan rumah.
Bude selalu memberikan Wahya tugas-tugas pekerjaan rumah, seperti mencuci, menyapu, mengepel. Jika pekerjaannya belum selesai, Wahya tidak boleh pergi bermain.
Jika Bude keluar dari rumah saat mereka sedang menunggu Wahya, mereka berdua langsung bersikap siaga. Sambil menggendong anaknya, ia menatap Pras dan Yono. "Mau main ke mana sama Wahya?"
"K-Ke... Ke mana saja. Ma-mainnya ke mana saja, Bude," jawab Yono tergagap.
Bude naik pitam mendengar jawaban yang tidak jelas dan tidak tegas. "Kauitu laki-laki! Jawab yang betul! Yang tegas!"
"Maaf, Bude. Kami mau main ke lapangan, Bude," jawab Pras.
"Siang-siang main ke lapangan. Aneh." Bude masuk lagi ke dalam.
Pras dan Yono menghela napas.
Tak lama kemudian, Wahya keluar dengan senyum yang semringah karena melihat teman-temannya.
Sial, mengapa dia bisa tersenyum tanpa berdosa begitu, keluh Pras dalam hati.