Ternyata,menjadi seorang jenius bukan jaminan memiliki kehidupan yang mulus. Setiap orang pasti kagum saat melihat anak-anak yang terlahir jenius. Diusia yang relatif sangat belia, mereka telah mampu berprestasi dan menghasilkan berbagai karya yang luar biasa tetapi bagi Ayya dan Rafi yang juga merupakan seorang jenius, memiliki Zayn saat ini sangat membuat mereka khawatir karena Zayn jadi tidak suka main dengan teman-teman sebayanya. Untung saja, Ayya memiliki seorang adik yang sepantaran dengan putranya dan mesti sekarang Ayya harus merelakan Zayn tinggal jauh darinya, dia akan bersabar demi masa depan putra tercintanya ini.
"Zayn, Kaif, kalian segera mandi dan ikut kakek dan nenek. Kami akan mengajak kalian berdua ke suatu tempat. Ingat, jangan lama-lama ya! nanti kita kesiangan." Habib Mustofa memberitahu Zayn dan Kaif, keduanya langsung berlari kekamar mereka masing-masing lalu mereka berlarian menuju kamar mandi. Habib Mustofa memang sengaja memberikan keduanya kamar yang terpisah dengan kamar mandi, karena mereka masih kecil, Habib Mustofa takut akan membahayakan cucu dan buyutnya.
"Baik kakek.."
"Baik kakek buyut."
Kaif dan Zayn mandi bersama, lalu Habib Mustofa mengintip bagaimana interaksi keduanya karena Ayya sudah memberitahu Habib mustofa kalau Zayn harus bisa bergaul bersama teman-temannya seperti anak-anak seusianya. Setelah melihat kedua anak itu, Habib Mustofa merasa lega. Dia kemudian meninggalkan keduanya dan menelepon cucunya Ayya. Ayya juga sangat bahagia mendengar apa yang disampaikan oleh kakeknya tersebut, tidak salah Ayya menitipan Zayn kepada Habib Mustofa.
"Om Kaif, kira-kira kakek mau ajak kita kemana ya?" Zayn bertanya pada Kaif sambil terus mandi.
"Aku juga tidak tahu Zayn, yang penting sekarang cepat kita selesaikan mandi kita." Kaif dan Zayn sesekali saling mencipratkan air lalu mereka tertawa. Setelah selesai, keduanya segera berganti pakaian. Zayn mengenakan sarung batik dan baju koko warna hitam, peci hitam berlogo pesantren kakeknya membuat bocah berusia sepuluh tahun ini terlihat sangat tampan. Sementara itu Kaif memakai sarung batik juga tetapi baju yang dipakainya berwarna putih, mereka sangat imut. Keduanya merupakan idola santri perempuan di pesantren ini. Saat Kaif mengumandang kan Adzan, Zayn yang akan menyenandungkan sholawat, keduanya selalu bersama.
"Kakek, nenek, kami sudah siap. Ayo segera kita berangkat." Kedua anak itu kemudian menggandeng masing-masing satu tangan kakek dan neneknya. Kemudian keduanya segera menuju mobil, keduanya duduk manis di jok belakang. Habib Mustofa pun segera mengemudikan mobilnya dan mereka segera berangkat ke sebuah panti asuhan.
"Nah, anak-anak! sekarang kita sudah sampai, kita turun ya." Habib Mustofa dan umi Farida kemudian mengajak keduanya masuk, mereka berdua sangat bahagia bisa berkunjung dan berbagi dengan anak-anak yang kurang beruntung ini. Apalagi Zayn yang sudah mulai memiliki penghasilan sendiri, dia tidak main-main. Zayn menyumbangkan dana sebesar lima puluh juta ke panti asuhan ini, Habib Mustofa dan umi Farida agak terkejut, tetapi setelah dipikir-pikir mereka akan bertanya kepada Ayya nanti setelah mereka sampai kembali ke rumah.
"Zayn, Kaif, terima kasih ya sayang. Kalian berdua adalah anak-anak yang sholih. Sekarang, saatnya kita kembali." Keempat orang ini akhirnya kembali. Kaif merasa tidak enak badan, kemudian Zayn membaringkan tubuh omnya ini keatas pangkuannya, tak berapa lama Kaif tertidur.
"Om Kaif, sudah sampai om? ayo kita turun." Zayn mencoba membangunkan Omnya, tetapi Kaif tidak kunjung bangun. Zayn merasa agak panik, tetapi kemudian kedua mata Kaif terbuka. Zayn pun bisa bernapas dengan lega. Zayn sangat menyayangi Omnya ini dan Zayn juga tahu omnya ini memiliki penyakit bawaan. Jadi dia sangat ingin menjaga omnya ini, tetapi setelah operasi beberapa waktu lalu keadaannya semakin membaik.
"Zayn, kenapa kamu terlihat sangat panik?" Kaif bertanya pada keponakannya ini.
"Tidak apa-apa om, tadi om tidak segera bangun jadi aku agak Khawatir." mendengar apa yang diucapkan Zayn, Kaif tersenyum dan kemudian memeluk keponakannya ini dengan erat. Keduanya lalu masuk ke dalam rumah, sementara umi Farida dan Habib Mustofa tersenyum melihat adegan itu.
"Kakek buyut, ada yang ingin Zayn bicarakan dengan kakek buyut." Zayn tiba-tiba menemui habib Mustofa dan umi Farida yang sedang bersantai diruang tengah.
"Iya Zayn ada apa?" tanya Habib Mustofa menatap serius kepada Zayn, anak kecil itu kemudian menyerahkan sebuah buku kecil kemudian kakeknya menerima dan membukanya. Mata Habib mustofa dan umi farida seketika terbelalak melihat isi buku itu.
"Zayn, kamu mendapat dari mana uang ini?" Ternyata yang diserahkan Zayn kepada kakek buyutnya adalah sebuah buku tabungan miliknya, tetapi yang membuat Habib Mustofa takut adalah isinya, ada sekitar satu koma tujuh miliar lebih di tabungan cicitnya ini. Kemudian beliau bertanya kepada Zayn tentang asal usul uangnya itu.
"Kakek, tadi Zayn sedang bermain laptop. Lalu seperti biasa Zayn sedang melihat-lihat ada sebuah program "bug bounty" atau hadiah bug ada sebuah media sosial yang mengumumkan barang siapa yang bisa menemukan cacat dari vitur terbaru yang mereka keluarkan akan mendapat kan hadiah. Zayn lalu mencoba-coba mencarinya dan ternyata Zayn dapat menemukannya, lalu Zayn mencoba mengeksploitasi kode dan menghapus beberapa video.
Zayn kemudian memparbaikinya dan melaporkan kepada akun tersebut, ternyata itu benar-benar berhadiah kek dan Zayn tidak menyangka hadiahnya akan sebesar ini. Ternyata mereka memberi Zayn sebanyak US$ 125.000. Kakek, Zayn ingin membangun sebuah masjid dengan dana ini, kakek mau kan membantu Zayn?" Habib Mustofa tentu saja mengangguk, dia akan membantu niat baik Cucu buyutnya ini.
"Tentu nak, kamu ingin membangun masjid dimana?" Tanya Habib Mustofa."
"Zayn ingin masjd di pondok ini direnovasi, dananya dari uang Zayn ini. Bisa kan kakek?" tanya Zayn penuh harap, kakeknya pun tersenyum dan memeluk zayn dengan erat.
"Kau ini sebenarnya anak ajaib atau apa nak? kakek sangat terharu dengan semua ini, kakek menyayangimu nak." habib Mustofa kembali memeluk zayn.
"Kakek, jangan berlebihan menilaiku. Aku adalah orang yang biasa saja, aku adalah anak dari kedua orang tuaku dan juga cucu buyutmu kek. Apa kamu tidak mengenali Zayn lagi?" Zayn memperlihatkan wajah imutnya, tentu saja kakek dan neneknya semakin menyayanginya. Setelah zayn kembali kekamarnya, habib Mustofa memberitahu Ayya, namun reaksi Ayya tidak seperti yang diharapkan Habib mustofa. Padahal kakek ini berharap Ayya akan kaget sampai pingsan, tetapi ternyata Ayya bersikap biasa saja. Kakek ini pun kecewa.
"Ayya, kamu tidak terkejut nak?" tanya Habib Mustofa, Ayya tersenyum lalu dia memberitahu sesuatu kepada kakeknya.
"itu belum seberapa kakek, enam bulan yang lalu Zayn mendapat kan uang sebesar US$350.000 atau sekitar empat koma sembilan miliar rupiah kek. Saat itu aku serasa ingin pingsan, tetapi sekarang kami sudah terbiasa. Kakek juga harus mulai membiasakan diri, oke?" Ayya tersenyum penuh makna. Setelah mereka memutus panggilan mereka, Habib Mustfa bergumam sendiri.
"Seorang monster, tentu akan menghasilkan monster kecil yang lebih menakutkan."