1. Aku menemukan cara untuk mengagumimu. Dalam diam, dalam tulisan. Mungkin seharusnya aku terlahir sebagai sastrawan hebat, sebab tanpa alasan yang jelas, aku dapat dengan mudah menuliskan keindahanmu. Sebab, dimulai hari ini, engkaupun akan melihat bahwa hidupku telah banyak berubah. Terutama perihal rasa. (Puisi ke-12, 28 November 2016)
2. Bukan bagaimana aku pintar berpuisi, tapi bagaimana caramu yang membuatku berpuisi. Bukan tentang aku yang memilihmu, tapi tentangmu yang menjadikan perempuan lain tidak lagi menarik. (Puisi ke-811, 1 Maret 2017)
3. Bukan dia, atau mereka. Sebab sampai detik ini, masih engkau yang memenuhi setiap lembar puisi. (April 2017)
4. Dan pada akhirnya, dari sebuah nama menjadi judul dari keseluruhan puisi ini. (Puisi ke-143, 10 Desember 2016)
5. Shubuh ini, aku kembali menemukan dirimu. Saat aku kira bahwa aku sudah berhasil menjauhkanmu dari fikiran, tetapi engkau tiba-tiba datang bersama dengan senyuman (Puisi ke-13, 29 November 2016)
6. Sudah lama sekali aku tidak berpuisi seperti ini. Terima kasih, engkau telah berhasil mengaktifkan sisi lain dari diriku yang sudah sekian lama meredup. (Puisi ke-31, 1 Desember 2016)
7. Selamat pagi, pemilik senyum puisi. Ntah, akupun tidak mengerti apa yang terjadi denganku saat ini. Aku yang unik, atau memang engkau yang terlampau menarik. (April 2017)
8. Aku kembali menemukan dirimu bersama pekatnya langit malam ini. Engkau tersenyum diantara bintang-bintang, engkau berkilau indah diantara gelapnya malam. (Puisi ke-1010, 20 Maret 2017)
9. Masih tentangmu. Tentang keindahan yang aku sentuh melalui doa, tentang kesempurnaan yang aku miliki dalam harap. (23 April 2017)
10. Kau mengerti sekarang, mengapa aku lebih memilih mencintai diam diam ? Karena sebait doa dan puisi yang tertulis dengan ketenangan itu jauh lebih indah, dibanding rayuan cinta yang terucap dengan lantang (Puisi ke-1067, 26 Maret 2017)