"Oma Opa!!! Ayo dong kapan pulang ke Indo? Elven rindu tahuuu" adu Elven pada Oma dan Opanya melalui video call.
"Hahaha.... Do'ain ya kita bisa pulang secepatnya" ucap Veni dari sebrang telepon.
"Always oma... Pokoknya kalian harus pulang sebelum bulan depan"
"Hey cucu opa! Masih suka memaksa hmm?" tanya Adri.
"Gak paksa pa.. I just miss you all... so miss..." keluh Elven.
"Hahah... we both also miss you all there... Wait ya.. kita akan segera berkumpul bersama." ucap Adri.
"Revin... nak, ini abang kamu telepon." ucap Veni sambil berjalan ke arah brankar Revin dan mengarahkan kamera handphone ke arah Revin. Revin tersenyum melihat itu.
"Hai bang" ucap Revin dengan senyum tipis.
"Halo adek gue! Buruan dong balik ke sini.. Rindu banget ini" ucap Elven.
Di lain sisi, Felix tengah membaca koran. Ivi menyirami bunga-bunga di halaman rumahnya. Setelah selesai, Ivi menghampiri Felix.
"Elven mana Hon?" tanya Ivi.
"Di kamarnya kayaknya.." ucap Felix masih tetap membaca koran.
"Ngapain?"
"Gak tahu... "
"Ish kamu ini... Ayo masuk lihat Elven... Takutnya ada sesuatu lagi" khawatir Ivi.
"Iya yaudah ayo sayang..." pasrah Felix dan meninggalkan koran nya di kursi. Mereka berjalan berdampingan memasuki rumah. Saat berada tepat di depan pintu kamar Elven yang sedikit terbuka, Felix dam Ivi mendengar tawa dari suara Elven.
"Hahah... Opa ada-ada aja... Hahah.... " tawa Elven.
"Astaga anak itu ternyata lagi video call sama papa mama Revin" ucap Ivi.
Felix tersenyum. "Yaudah ayo ikutan video call.." ajak Felix sambil menarik pelan tangan Ivi ke kamar Elven.
"Eh Felix... aish " ucap Ivi saat tangannya ditarik begitu saja oleh Felix.
"Woahhhh" Felix mengejutkan Elven.
"Aih Daddy..." kaget Elven.
Felix dan Ivi duduk mengapit Elven. Mereka ikut nongol di kamera handphone Elven.
"Hai anak Mommy..." sapa Ivi Pada Revin sambil melambaikan tangan.
"Hai mom... I miss you so bad" ucap Revin tersenyum.
"Uhhhh Mommy too.."
"Hai boy... " ucap Felix.
"Daddy....." panggil Revin senang.
"Gimana kabar anak Daddy?" tanya Felix.
"Aku udah baikan dad... Alhamdulillah"
"Wah alhamdulillah... Cepat sembuh sayang ..."
"Makasih dad..."
"Mama Papa... apa kabar?" sapa Ivi.
"Baik. Kalian baik-baik aja kan?" tanya Veni.
Ivi, Felix, Elven saling melirik sebelum menjawab pertanyaan itu.
"Alhamdulillah baik heheh..." balas Elven.
"Syukurlah... beberapa hari ini perasaan mama gak enak vi, Lix" ucap Veni.
"Hmm kita berdoa aja ya ma semoga semuanya baik-baik aja" ucap Ivi.
"Aamiin ya... "
........
"Terima kasih pak... " ucap Calvin pada polisi yang mengantarnya menuju ruangan pertemuan dengan tahanan.
"Sama-sama pak... Saya permisi" pamit polisi itu. Tak lama, Irene dan Irsyana menemuinya. Mereka duduk berhadapan.
"Karena kita sudah resmi bercerai, anda kalah di persidangan waktu lalu, maka dengan senang hati saya membawa seluruh pakaian anda yang tertinggal di rumah saya ke sini" ucap Calvin sambil menjatuhkan tas pakaian itu di lantai. Irene meliriknya.
"Sebegitu bencilah kamu sama aku Vin?" tanya Irene.
"Sangat"
"Pa, apa papa gak bisa maafin mama?" Irsyana.
"Jangan panggil saya dengan kata itu! Anda bukan anak saya!" Sinis Calvin.
"Hiks... Kenapa pa? Aku memang anak papa" isak Irsyana. Irene merangkul memeluk Irsyana.
"Itu dulu! Sekarang semuanya sudah berbeda! Saya tidak akan pernah lagi berurusan dengan kalian!" tegas Calvin.
"Apa ada lagi vin?" tanya Irene sambil mengusap jejak air matanya.
"Jangan pernah ganggu saya dan seluruh keluarga saya lagi!"
"Tentu. Lagi pula kita tidak akan pernah bertemu lagi setelah ini bukan?" lirih Irene.
"Bagus." Calvin bangkit dari duduknya dan akan pergi.
"Perlu kamu tahu bahwa tak semua orang yang kau anggap baik itu baik. Kamu masih memiliki musuh di sekitar kamu." ucap Irene.
"Siapa yang anda maksud?!" tanya Calvin menatap tajam Irene.
"Kamu akan tahu semuanya nanti.. Dan satu hal, bukan aku yang dengan sengaja meracuni Revin! Bukan aku! Aku gak pernah melakukan itu! Aku memang jahat, tapi aku gak pernah setega itu sama anak yang gak bersalah! Terserah kamu mau percaya atau enggak. Intinya penyakit yang dialami Revin sekarang itu karena banyak hal! Bahkan dia seperti itu karena..." Irene tak sanggup melanjutkan kalimat itu.
"Karena apa?!"
"Tidak perlu. Percuma, kamu gak akan percaya."
"Katakan Ren!"
"Maaf vin, aku gak bisa. Aku harap kalian bisa segera menemukan siapa penjahat itu. Ayo nak kita kembali ke sel. Pak..." ucap Irene memanggil polisi yang berjaga. Ia dan Irsyana pun berjalan menuju sel. Calvin masih berdiri membeku.
"Siapa yang dia maksud?? Aku harus bicarakan semua ini dengan Felix dan Ivi..." ucap Calvin dan meninggalkan ruangan itu.
......
"Mas, gimana kasus Revin?" tanya Elina pada Arzam saat Arzam baru saja memasuki rumah.
"Kasusnya semakin sulit... Saya bingung na, ini semua bersangkutan dengan orang dalam. Kita harus lebih tertutup membahas ini karena sepertinya ada pihak keluarga yang berhubungan dengan penyakit Revin." ucap Arzam cemas.
"Apa? Siapa mas? Apa orang tua angkat kak Nata?"
"Sepertinya bukan hanya mereka... Mas akan cari tahu semua ini. Tolong kamu hubungi Aksa untuk memperketat penjagaan Revin. Tapi tanpa sepengetahuan mereka."
"Yaudah aku hubungi Aksa ya mas... Mas bersih-bersih gih.. Aku udah siapin makan malam kok"
"Yaudah mas bersih-bersih dulu."
"Iya mas.."
Arzam melangkah ke kamar mandi sedangkan Elina mengambil ponselnya di nakas dan menghubungi seseorang.
"Lebih berhati-hati.. " ucap Elina pada seseorang di sebrang telepon. Setelah itu, ia langsung memutuskan sambungan.
Ia beralih menghubungi Aksa.
"Sa, kata mas Arzam penjagaan di pihak Revin harus diperketat.. "
'Kenapa gitu mbak?'
"Kata mas Arzam sepertinya ada orang dalam yang ikut andil dalam hal ini."
'Ok mbak.. Aku tutup ya karena aku harus mengabari pihak di sana.'
"Ok."
......
"Mom, coba deh dilihat mom... Ini yang mana yang bagus sekolahnya?" tanya Elven.
Ivi pun melihat lembaran kertas yang dibawa oleh Elven.
"Kamu pengennya yang mana?" tanya Ivi.
"Yang ini sih Mom.. Soalnya di sini, selain belajar umum, sekolah juga ajarin kita ilmu agama lebih dalam, ilmu bela diri dan pembentukan karakter." jelas Elven. Ivi seperti menimang.
"Yaudah kalau menurut kamu ini bagus, kita akan survey sekolahnya. Layak atau gak" ucap Ivi.
"Siap Mom... Muah.." Elven mengecup spontan pipi Ivi. Membuat Ivi terkejut.
"Allahuakbar Elven... kebiasaan ya.." protes Ivi.
Felix tiba-tiba datang dan menyambar pipi Ivi alias ikut menciumnya.
"Ada apa sih nona cantik.??? Kok cemberut gitu?" tanya Felix seolah tidak terjadi apapun. Elven yang melihat pun tertawa ringan.
"Kamu juga pakai ikut-ikutan segala" kesal Ivi.
"Hahah canda sayang.. kamu sih imut banget... Uhhhh gemessss aku tuh" ucap Felix sambil menyubit kedua pipi Ivi.
"FELIX!! Sakit ih" kesal Ivi.
"Pissssss.... maaf cayang..." ucap Felix sambil menunjukkan deretan giginya.
"Daddy mesum mom hahahah" ledek Elven.
"Wah rese kamu" ucap Felix pada Elven.
"Tidur di luar!" ucap Ivi berjalan meninggalkan mereka. Hal itu sontak membuat Elven tertawa terbahak-bahak.
"Tidur di luar oi... Tidur di luar asyikkk" ucap Elven sambil bernyanyi meledek Felix dan meninggalkan Felix.
"Nasib emang... Ah bodo tidur kamar aja.. heheh" Felix menyusul Ivi ke kamar.