Pagi hari sekitar jam 4.30. WIB. Zya terbangun menuju kamar mandi wudu dan melaksanan sholat subuh bersama dengan ibundanya dirumah, sedangkan ayahnya kemasjid yang berada didekat rumah. Setelah selesai sholat Zya pun membantu ibunya memasak didapur walau pun jarang memasak tetapi masakan buatan zya sangat enak.
"Allahulkafi rabbunal kaffi, qoshodanalkaffi, wajadannalkaffi, likulilkaffi, kafanalkafi, wanikmal kaffi, alhamdulilah." senandung Zya sambil memotong sayurang untuk embuat sayur asem.
"Alhamdulilah tengah hati bunda denger kamu baca sholawat nak." kata bunda Zya yang membenahi wajan yang miring saat menggoreng ayam.
Setelah acara masak Zya dan bundanya selesai berbagai macam lauk mulai dari sayur asem, ayam goreng, tempe , tahu, nasi tahu,kerupuk dan terakhir sambel tersedia di atas meja dengan rapi, mereka tinggal menunggu Ayah Zya datang dan sarapan bersama.
Tiba-tiba Zya teringat bahwa dia belum membuka kado misterius itu, Zya yakin itu bukan dari keluarganya karna ibunya atau ayahnya akan memberi apa pun yang Zya minta tanpa harus menunggu di hari kelahirannya, lagi pula ayah dan ibu Zya mempunyai kebiasaan untuk bersedekah kepanti asuhan sebagai bentuk syukur dan berbagi kepada anak-anak panti yang yatim.
Orang tua Zya selalu mengatakannya kasih sayang, saling berbagi dan tolong-menolong dalam kebaikan. sedangkan keluarga lainnya seperti sepupu paman dan bibinya juga mirip seperti Ayah dan Ibunya tidak suka berlebihan dengan hal-hal yang berbau duniawi tapi jika Zya meminta apapun kepada paman-paman akangkatnya itu 100% akan segera di kabulkan oleh mereka karna kebagikan keluarga orangtua Zya dan almarhum kakeknya Zya mereka sudah seperti keluarga kandung.
"Ayah mau ke kantor sepagi ini?" tanya bunda zya karna heran melihat suaminya telah rapi.
"Iya Bun karna hari ada mitting dadakan jam 9 nanti." kata ayah Zya sambil tersenyum kearah bunda.
"Kalau gitu ayo kita sarapan dulu." kata Bunda kemudian mereka duduk di kursi makan.
"Zya kok pagi-pagi udah ngelamun aja kamu nak?" kata Ayah karna heran dengan anaknya yang hanya menatap kosong.
"Eh... Ayah.., kok udah rapi aja.... hehehehe gak ngelamun kok Yah." kata Zya cengengesan.
"Terus mikirin apa dari tadi kok diem aja?" tanya Bunda, sambil mengisi piring dengan nasi dan lauk untuk ayah Zya dan kemudia mengisi piring lain untuk diri nya sendiri.
"Zya cuman bingung aja Bun, kemaren Zya dapet kado didepan pintu apa ayah Ama bunda tau tentang kado itu?" tanya Zya penasaran.
"Kado apa nak, Zya kan kalau mau apa-apa tinggal bilang aja, pasti ayah beliin iyakan Bun?" kata ayah Zya meminta persetujuan bunda.
"Iya nak lagi pula kan kamu sendiri yang bilang bahwa kamu bisa memilih apa yang kamu tinggal bilang ke ayah atau bunda apa yang kau ingin kan agar kejadian 10 tahun lalu tidak terulang." kata bunda dengan sedikit berhati-hati takut anaknya itu kembali sedih teringat peristiwa 10 tahun lalu.
"Iya bunda." kata Zya sambil menunduk tersenyum masam menatap piring yang sudah berisi nasi, ayam sambal, dan sayur asem.
Bunda mengkode ayah dengan mengedip-ngedipkan mata supaya suaminya itu bisa menghibur Zya dan tidak terpuruk dalam kesedihannya, karna kesalahannya dalam bicara tadi semata wayangnya itu terlihat agak sedih. Kemudian Ayah yang peka akan keadaan pun langsung mengajak Zya bicara.
"Sudah jangan sedih nak ayo kita lanjut makan, Zya mau bikin ayah ama bunda sedih juga, ayah gak usah kekantor aja klo gitu dirumah aja ama bunda dan Zya aja di rumah?" kata Ayah, dengan muka sedih. Hal apapun akan dia lakukan untuk membuat anaknya itu tersenyum.
"Zya gak papa kok ayah, bunda ayo kita makan, ayah harus tetap kekantor, kasian kariawan ayah nanti kalau ayah gak kerja terus bangkrut mereka gimana ngasih makan anaknya, anaknya kan pasti doyan jajan kyak Zya." kata Zya yang kembali ceria.
"Tapi Zya harus janjikan sedih lagi, tuh liat Bunda juga ikutan sedih kan." kata Ayah sambil menatap bunda dan Zya bergantian.
"Maaf nak tadi Bunda udah bikin Zya keinget lagi....," kata bunda Zya dengan sedih dan menyesal bahkan matanya sudah berkaca-kaca.
"Bunda gak salah kok bunda jangan nangis... tar klo kita berdua nangis kan kasian Ayah yang bingung harus nengin siapa dulu." kata Zya kemudian memeluk bunda yang berada di samping nya.
"Udah jangan sedih-sedihnya kok berpelukan berdua aja gak ngajak-ngajak ayah." kata Ayah Zya dengan mimikmuka pura-pura cemberut.
Kemudian ayah dan Zya pun memeluk Ayah secara bersamaan dan mereka kembali tersenyum dan melanjutkan sarapan.
Disaat Ayah pergi kekantor, Ibunda pergi arisan dan belanja bulanan yang hampir habis, Zya sibuk memandang kado misterius itu, dan mondar-mandir kayak penggosok .
"Buka, enggak, bukak, enggak...." kata Zya dari tadi sambil mebung kelupak bunga mawar untuk mendapatkan jawaban, disertai mondar-mandir di dalam kamarnya seperti orang bodoh, padahal kan bisa tinggal di buka aja.
"Yah kok buka sih." kata Zya karna kelopak bunga mawar terakhir yang di petik tadi merakhir dengan kata buka. Akhirnya Zya membuka kota itu dengan perlahan dan terkejut dengan isinya.
"Bismillahirrahmanirrahim, lah kok, diari aku 10 tahun lalu yang dilang bisa ada di sini, dan gaun merah mewah dan terlalu terbuka, serta seset perhiasan lengkap dari kalung, gelang, dan anting yang terlihat mahal dan berkilau,ini kayaknya terlihat sangat cocok untuk pasangan bulan madu, siapa yang memberikan kado seaneh ini? dan terlihat gulungan surat yang seperti terbuat dari kulit kayu." kata Zya memang isi kado itu satu persatu dengan aneh, karna Zya merasa orang yang mengirimkan kado ini pasti salah alamat.
Isi surat : Hbd milikku....,
Mawar hitam menjadi merah.
Zya hanya heran kok bisa orang itu tau buku diari Zya 10 tahun lalu, dan gaun merah itu untuk apa, seperti orang itu berniat ingin mengembalikan buku Zya tapi meninggalkan pesan yang rumit, Zya tidak paham maksud nya... atau mungkin orang itu salah alamat kali.... kata Zya kemudian Zya memijit kepala nya yang terasa sedikit pusing karna memikirkan kado itu dari siapa dan apa makna pesan itu.
Zya heran mengapa memilikirkan sebuah kado saja bisa membuat nya sepusing ini dan kepalanya terasa sedikit sakit, padahal Zya kan biasanya hanya akan sakit kepala jika Zya lupa makan dan Zya tidak telah sarapan tadi dan lagi pula sekarang baru jam 10 mana mungkin Zya sakit karna telat makan, setelah pusing nya reda kemudian Zya mencari novel yang belum selesai dia baca kemaren karna teringat akan novelnya yang baru dibelikan ayahkan kemaren, Zya memilih mengabaikan meletakan isi kado itu pada tempatnya dan menyimpannya di dalam lemari, kemudian Zya fokus membaca novel dan tidak ingin ambil pusing dengan pesan teka-teki itu yang hanya membuat kepalanya sakit.