Saat Zya sedang sibuk nyicil tugas di semester 5 tiba-tiba handphone Zya berbunyi menandakan ada panggilan masuk.
"Hallo asalamuaikum Bunda, tumben nelpon malem-malem?" kata Zya sambil menatap jam tangan yang menunjukkan pukul 22:00 wib.
"Sayang besok kamu pulang kerumah nenek ya kan besok sabtu kamu libur, kasian nenek mu sendirian, tadi bibi mu bilang dia mau pergi kerumah mertuanya." Ucap Sonia.
"Owalh iya Bun, besok Zya kerumah nenek, kirain bunda ama Ayah mau kesini juga... hehehehhe." kata Zya penuh harapan.
"Bunda ama Ayah ke Lampung nanti aja klo kamu udah mau wisuda nak, sekarang Ayahmu sibuk ngurusin perusahaan dan ibunda mu ini tidak mungkin bisa kesana sendiri, karna pasti ayahmu itu gak mau jauh-jauh dari ibu." curhat Bunda Zya.
"Ya udah Ibunda ama Ayah sehat-sehat ya disana, Zya udah ngantuk nih." kata Zya menahan tangisnya, sebenarnya Zya terlalu merindukan orang tuanya sampai terharu tapi gak suka terlihat cengeng.
"Ya udah.... asalamuaikum warahmatullahi wabarakatuh anak Bunda dan Ayah, jaga diri baik-baik disana." kata Ibunda Zya dan kemudian memutuskan sambungan telepon, bunda Zya tau kalau di teruskan anaknya yang cengeng ibu akan mengadu menangis dan ingin pulang.
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." kata Zya kemudian air matanya yang menggenang membanjiri pipinya, Zya menangis tanpa suara.
"Loh mbak Zya kenapa mbak kok nangis ada yang sakit?" Kata sasya yang baru saja keluarga dari kamar mandi.
"Gak papa kok dek saya cuma kangen bunda Ama Ayah aja." kata Zya parau.
"Jangan nangis mbak... klo kangen nya di telpon lagi.....," kata Sasya.
"Oh iya dek besok kan liburan aku mau kerumah nenek sehari nemenin beliau karena bibik ku nginep tempat mertuanya." kata Zya setelah mengusap air matanya.
"Yah sendiri dong aku, tapi gak apa-apa kalau mbak mau ketempat neneknya mbak, mungkin rasa kangen mbak ke orangtua bisa berkurang, lagi pula Mbak Eka kan ada di kosan aku gak akan kesepian... hehehehe." Kata sasya.
"Iya dek, aku berangkat nya besok pagi aja paling lusa udah pulang kesini lagi, tar aku bawain cemilan deh." Kata Zya sambil tersenyum.
"Okeh deh mbak, sekarang tidur biar besok bangun gak kesiangan." ucap Sasya.
"Hemmmm," kata Zya mulai memejamkan mata setelah membaca doa sebelum tidur, dan kemudian mereka terlelap.
Tak terasa Zya tinggal beberapa semester lagi mereka akan segera bergelar S.Sos, atas izin Allah maka tidak ada yang tidak mungkin.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh... nenek.., nenek dirumah?" kata Zya menggil neneknya dari luar rumah.
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, ya Allah cucukku kesini, ayo masuk." kata nenek Zya.
"Nenek sehat kan selama Zya sibuk kuliah, Zya jarang main kesini maaf ya nek, nenek sedang panen ya?" kata Zya sambil menunduk menatap pisang dan pepaya matang di bawah meja.
"Iya gak papa cuk, bejar yang rajin. itu dari kebun kemaren , kalau mau kamu boleh memakannya tapi nanti malam harus mau ya nenek kenalin ama sahabat nenek dan juga sahabatnya almarhum kakek kamu entar malem mereka kesini silaturahmi." kata Nenek .
"Okey deh nek, apa si yang enggan buat nenek, oh iya tadi aku beliin nenek sawo ama buah pir, nah pisang ama pepeyanya buat aku..." Kata Zya girang karena mendapatkan buah favorit nya.
"iya tasnya taruh kamar dulu, cuci tangan baru makan Zya." kata nenek menasehati.
"Okey nek..." kata Zya berjalan kearah kamar meletakan tas dan kemudian makan buah-buahan tadi setelah mencuci nya sambil cuci tangan.
Malamnya Zya pun membaca Qur'an setelah melaksanakan sholat magrib, kemudian duduk mainan hp menjelajah Wa dan FB.
"Zya kyaknya di luar ada tamu, tolong bukain pintunya." kata Nenek sambil tersenyum kearah Zya, nenek tengah menyimpan hidangan makan malam yang lumayan banyak mungkin karna ada tamu.
Zya pun segera berjalan kearah pintu dan membukakan pintu.
"Assalamualaikum." kata pasangan yang terlihat seumuran nenek saya.
"Waalaikumussalam, silahkan masuk." kata Zya tersenyum kikuk.
Kemudian Zya dan tamu itu masuk kerumah
"Kalian udah datang, kok cuman berdua?" tanya nenek Zya pada pasangan itu.
"Oh iya lupa, Muzza lagi nerima telpon diluar tadi kita tinggal kek aja karena lama." kata wanita seumur nenek Zya.
"Anak itu terlalu sibuk ngurus perusahaan, sampai lupa tujuan kita kesini." kata pria yang yang merupakan suami wanita itu.
"Oh iya perkenalan ini Zya cucukku, dan Zya ini kakek Adam dan nenek sia mereka sahabat nenek, Ayo Zya saliman dulu... nak." kata nenek Zya mempermalukan mereka.
Kemudian Zya mencium tangan sahabat neneknya itu dengan bergantian.
"Wah Zya cantik dan sopan yah kek?" kata nenek Sia.
Sedangkan Kakek Adam hanya membalasnya dengan menanggapi nya dengan hem... tersenyum tulus pada istrinya itu tanda sependapat.
"Zya kamu tolong keluar dan bawa masuk cucu sahabat nenek ini, takutnya nanti dia tersesat." ucap nenek Zya.
"Iya nek." kata Zya kemudian berjalan kearah luar mencari seseorang.
"Loh kok gak ada, itu ada... itu kali." kata Zya, kemudian menoleh melihat seseorang dibawah pohon jambu di samping rumah neneknya.
"Maaf masnya cucu dari kakek Adam dan nenek Sia ya?" kata Zya bertanya pada lelaki yang menunggunginya itu.
"Iya, kamu." kata laki-laki itu sambil membalikkan badan dan otomatis menghadap kearah Zya.
Zya pun gugup karna laki-laki itu adalah dosennya,
"Maaf pak. Anda ditunggu didalam, Ayo silahkan masuk." kata Zya berjalan didepan dosennya itu , dan laki-laki itu pun mengikuti Zya sampai kedalam ruamah.
"Asalamuaikum...," kata pria itu sebelum masuk.
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, silahkan duduk nak." kata nenek Zya ramah.
"Ayo kita makan malam, semua sudah ada disini, silahkan makan." kata nenek Zahra.
"iya ayo, seperti hidangan mu terlihat sangat enak seperti dulu." kata Nenek Sia.
"Kamu bisa saja." kata nenek Zahra sambil tersenyum.
Setelah makan malam pun mereka membicarakan hal serius.
" Jadi kedatangan kami kesini selain untuk bersilaturahmi, juga untuk melamar cucu mu kezya ananda untuk cucuku Muzzamil Latif." kata kakek Adam dengan nada serius.
Zya tentu saja kaget bukalah dari cerita sasya kemaren pak Latif telah mempunyai tunangan, tapi Zya hanya menyajikan kebingungan itu dengan memandang neneknya seakan berkata apakah ini serius?.
"Zya kakek mu telah membuat perjanjian dulu, dia akan menjodohkan ibunda kamu dengan anak sahabat nenek tapi ibudamu terlanjur mencintai ayah kamu, makannya sekarang kamu yang harus menikah dengan cucu dari kakek Adam, kamu harus mengerti, bahwa ini adalah wasiat sebelum kakekmu meninggal yang ingin ikatan persahabatan ini menjadi lebih kuat dengan menikahkan kalian, kan kamu juga jomblo." kata nenek Zya dengan santai tapi serius.
"Tapi nek..." kata Zya terputus.
" Zya gak sayang nenek?" kata nenek Zahra.
"Tentu Zya sayang nenek." kata Zya.
"Maaf izin kan saya bicara dengan Kezya 15 menit." kata Latif.
"Iya bicara kan baik-baik." kata kakek Adam mewakili.
Nenek Sia dan neneknya Zya hanya menanggapinya dengan angukan kepala.
Kemudian Zya dan Muzza bicara di bangku tongkrongan depan rumah nenek Zya.
"Kenapa bapak gak bilang kalau bapak udah punya tunanga?" kata Zya yang malas berlama-lama.
"Saya memang belum bertunangan dan baru akan bertunangan denganmu, saya bahkan gak tau bahwa orang yang akan dijodohkan dengan saya adalah kamu." kata pria itu datar.
"Baiklah kenapa bapak gak nolak saja perjodohan ini?" kata Zya yang tidak setuju dengan perjodohan ini.
"Tentu saya menghormati mereka, dan saya tidak mau nenek saya terkena serangan jantung karna penolakan saya, kita bisa pura-pura menjalani perjodohan konyal ini dan membayarnya nanti di waktu yang tepat." kata laki-laki itu menggap sebuah ikatan dekan mainan.
"Bapak yang terhormat saya hanya mau nikah atau pun tunanga hanya 1 kali seumur hidup bukan buat mainan." kata Zya kesal kemudian masuk kedalam.
Setelah Zya dan Muzza duduk di bangkunya masing-masing.
"Gimana Zya apakah lamaran untuk cucu saya diterima?" kata kakek adam.
"Iya jawab Zya lesu, tapi tetep tersenyum kearah nenek nya."
Zya terpaksa menerima pinangan itu karna dia ingat bahwa neneknya itu punya penyakit stroke bisa bahaya kondisinya nanti kalo beliau kaget.
Gadis yang unik, itu lah yang di pikiran Muzza setelah berdebat sedikit tentang penolakan dari gadis itu berakhir diterima juga ternyata bahkan Muzza Latif masih takjub dan heran akan gadis ini.