Surabaya, 28 derajat celcius. Laki-laki itu tersenyum simpul memandang android di tangannya. Suara derap sepatu mendekat, memasuki kamar pribadinya.
Menampilkan sosok tegap rapi yang terlihat angkuh.
" Sudah kamu pastikan jadwal mas Pandu Dhan? " kupastikan schedule mas pandu agar bisa bertemu.
" Certainly! " sambil mengangguk dhani membukan tabletnya.
" Singapore Airways, take off Dubay International airport at 09.20 am, landing Changi airport at 08.55 pm with Mr. Pandu as captain, Mr. Dewa as fo and Mr. Amar as fe, 8 fa and 150 passengger." ( captain adalah pilot yang bertanggungjawab penuh terhadap keamanan dan pengoperasian pesawat, fo (first officer) adalah pilot yang memegang kendali tombol-tombol sistem pesawat, fe (flight enginer) adalah pilot yang bertugas memonitor dan mengoperasikan serta bertanggung jawab atas bekerjanya seluruh sistem di pesawat, sementara fa (flight attendant) adalah pramugari yang menjadi awak kabin pesawat).
"ok! ku pastikan hari ini bisa menikmatinya! " senyumku semakin melebar membayangkan apa yang akan ku lakukan.
Tak sabar melihat orang-orang suruhan romo berhamburan kewalahan menanganiku. Sementara dhani dengan kening mengkerut terlihat bingung dengan pernyataanku.
"jangan buat ulah lagi deh ger... aku sudah pusing menjawab pertanyaan presdir.. " Dhani terlihat gusar menerka-nerka apa yang akan ku lakukan.
Dia tau kalo aku sudah membuat planning pasti tidak akan ada yang bisa menghalanginya. Kemauanku keras, sekeras sikap yang aku tunjukkan selama ini.
Berbeda dengan mas Pandu, meski orangnya cuek, datar dan terkesan tak acuh, tapi hatinya hangat. Dia pribadi yang hangat, sama seperti bunda dan eyang. Sementara aku, seratus persen mewarisi darah romo yang dingin, keras dan angkuh. Tapi aku juga punya sisi melo jika sudah berhadapan dengan orang yang aku sayang.
" Jam berapa mas Pandu flight Indonesia?"
Dhani melongo mendengarkan pertanyaanku. "Jangan bilang kalo kamu....???? " matanya semakin memicing ke arahku saat aku memperlihatkan hasil reservasi tiket atas namaku pada penerbangan Singapura-Surabaya menggunakan Singapore airwaysjet.
" Tenang... aku gak akan apa-apa selama ada mas pandu! " Dhani menggaruk kasar rambutnya yang tidak gatal mendengar tingkahku.
Dia yakin akan dapat masalah lagi jika aku tidak pulang menggunakan jet pribadi seperti yang diperintahkan romo. Tapi dia juga tidak bisa berbuat lebih untuk bisa mencegahku membuat masalah.
" Tok.. tok.. tok.. excusme sir, your preparation is ready! We can to flight now! " Para bodyguard romo menghampiri dan langsung membawa semua barangku untuk take off sekarang.
Sementara Dhani masih memasang wajah masam mengingat apa yang akan terjadi nanti.
Hari ini aku resmi meninggalkan Stuttgart, kota yang selama enam tahun aku tinggali demi menempuh S1 dan S2 langsung di University of Applied Sciences Stuttgart, Jermany. Kampus yang sudah mencetakku menjadi seorang arsitek handal sesuai dengan keinginanku selama ini.
Di dalam kabin, dhani masih menekuk wajahnya. Tidak peduli dengan wajah para bodyguart romo yang keheranan memandangnya. Sementara aku, aku hanya bisa tersenyum tipis melihat tingkah Dhani yang sama sekali tidak menunjukkan kenyamanannya.
" Excuse me.. what can I do for you, Mr Dhani? you look as bad now.. " seorang pramugari menghampiri kami saat melihat dhani semakin pucat.
" Nothing, I'm is ok! you can leave me! "
" ok! you can to call me if you need something! excusme... "
"ok! " Dhani berusaha terlihat fresh dengan senyum yang dibuat sangat lebar.
" Tenang... aku gak akan kabur disini... tapi nanti... "senyumku mengejek dhani yang tak bisa berbuat apa-apa.
"Sudahlah... perjalanan masih lama, sebaiknya kamu mengumpulkan tenaga untuk bisa melewati orang-orang besi itu! " Dhani memejamkan matanya dan berusaha untuk tidur.
Masih ada sepuluh jam untuk sampai di singapura, ku coba untuk memejamkan mata namun tak bisa.
Akhirnya aku membuka lagi semua draf yang sudah ku persiapakan untuk romo dalam rapat pemegang saham nanti. Aku hanya berusaha untuk tidak membuat romo kecewa... meyakinkan para stakeholder untuk menyetujui proposalku. Sebagai penerus, aku tidak ingin kegagalan di awal.. semua harus perfect. Tidak ada yang boleh salah sedikitpun.