Chereads / ruang tak bertuan / Chapter 3 - pengantar raga

Chapter 3 - pengantar raga

Changi airport, 08.35 pm. Suasana bandara kali ini lumayan legang... mungkin karna bukan weekend, tapi tak apalah... malah lebih enak seperti ini.

Aku bisa merasakan kenyamanan saat memasuki rest area. Masih ada waktu sekitar dua puluh lima menit lagi untuk bertemu mas Pandu. Ku rebahkan tubuhku di kursi malas, sejenak melepas penat setelah menempuh perjalanan 17 jam.

"Dhan, aku ingin rehat sejenak sebelum lanjut flight! " pintaku agar tak ada yang menggangguku saat istirahat.

"Baiklah, saat Pak Pandu sampai nanti aku bangunkan! "

"Good! " Ku pejamkan mata merilekskan badan dan berusaha untuk terlelap.

Sementara Dhani masih setia di sampingku, dan para manusia besi romo masih tetap berdiri kokok lima meter dari tempatku duduk. Sangat tidak nyaman! Dan aku paling benci berada di situasi seperti ini.

Tiga puluh menit berlalu, tapi belum ada tanda pesawat yang di bawa Mas Pandu landing. Pesawat delay, mungkinkah??? Ah, pikiranku semrawut membayangkan hal-hal yang buruk terjadi.

Ku berlari menuju informationboard, pandanganku berhenti pada baris Singapore airlines, Dubay-Singapore, delay. DELAY.. hatiku menciut membaca pengumuman itu.

"Dhan, bisa kamu pastikan itu? " ku hilangkan rasa penasaran dengan menyuruh Dhani bertanya pada bagian informasi.

Dhani segera melangkah, mencari kepastian pada information server.

" Pesawat mengalami turbulensi ringan, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, pilot menggeser rute sedikit. Tapi semua bisa diatasi dan pesawat akan landing beberapa menit lagi !" Dhani menoleh ke arah appron,terlihat pesawat yang aku tunggu landing dengan lancar.

Aku tidak bisa membayangkan jika terjadi sesuatu yang buruk pada Mas Pandu, dia adalah satu-satunya orang bisa mengerti aku.

Di pintu terminal kedatangan kulihat beberapa pramugari masuk, disusul tiga orang berseragam pilot.

Tunggu, kuperlebar mataku saat menatap dua orang yang sedang mengobrol sambil menyeret koper.

" Dhan, apa maksudnya ini? " Aku benar-benar terkejut dengan apa yang kulihat. Benar-benar di luar ekspetasiku.

"Maaf, serius aku juga benar-benar tidak tau jika yang tertulis Mr. Dewa adalah Dewangga!" Ditatapnya layar tablet itu untuk mencari kebenaran.

"FO adalah Mr. Dewangga Banyu Parang Waskito! " Dhani menghela nafas panjang. " Itu artinya.... " Belum selesai Dhani mengutarakan pikirannya, tiga orang berseragam pilot menghampiriku.

Benar, mereka adalah Mas Pandu, Banyu dan Amar.

"Jadi pulang?" Mas Pandu berhenti sejenak dan memberikan intruksi pada para manusia besi itu untuk menjauh. Melihat Dhani melangkah mengikuti para pengawal, Mas Pandu menggelengkan kepala.

" Ngapain kamu ikut mereka Dhan? Apa aku menyuruhmu pergi? " Tekan Mas Pandu agar Dhani tidak menjauh.

Sementara Dhani hanya nyengir kuda dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

" Aku minta kamu tidak melakukan hal konyol dengan kabur dari pengawalan! " Seperti bisa membaca pikiranku, Mas Pandu sudah menjitak keningku.

"Aow...sakit mas... " ku elus kening memerah bekas jitakan tadi.

" Aku cuma g mau terjadi sesuatu sama kamu Ger... kamu tau sendiri banyak yang ngincar kamu!" Aku memutar bola jengah mendengar ocehan Mas Pandu.

" Aku gak kabur mas... cuma ikut sama flight kamu doank... g ngabur tanpa kejelasan... " Mas Pandu berhenti menyeret kopernya.

"Kamu!!! Dasar g bisa diatur!!! " Kembali tangan Mas Pandu beraksi. Kali ini bukan lagi di kening, melainkan tarikan telinga yang ku dapat.

" Auw.... Mas, jangan gini dong!!! Lama gak ketemu adeknya masak malah dijewer!!! "

Aku sudah tidak punya muka lagi di depan Banyu. Padahal dulu aku adalah orang yang sulit ditaklukan dan dilawan. Bahkan duo Dewangga saja tidak bisa melawanku.

Banyu yang menyaksikan kejadian itu tersenyum remeh mengejekku.

" Excusme sir, jika sudah tidak ada kendala, ijinkan saya untuk pamit! " Banyu tiba-tiba memotong langkah kami.

" Tidak ada yang menyuruh kamu untuk stay bersama kami! " ketusku menatap tajam padanya.

Bukan dukungan tapi malah delikan tajam dari Mas Pandu yang aku dapat.

" Kalo dia tidak stay, kamu juga gak bisa nyampe rumah! Karna dia yang akan menghandel flight kita nanti! Dan kamu Banyu, silahkan istirahat terlebih dulu. Satu jam lagi kita flight! " jawab Mas Pandu datar.

" baik Sir, will be take a rest now! " Banyu membungkukan badan menghadap Mas Pandu.

Sambil mencopot topi pilotnya, dia tersenyum remeh kearah ku. "heh, baby!!! " Banyu terus berjalan menggeret kopernya menjauh dari kami.

Mas Pandu yang melihat interaksi kami hanya geleng-geleng kepala.

" Kalo kamu menginginkan buah, cobalah untuk memanjat! " Mas Pandu menatapku dalam, membuat aku terlalu sulit mengartikannya.

" Masih dengan mutiara yang sama kan?? " Aku hanya bisa diam, membeku menatap dia.

"Dia kakaknya Ger, apa kamu lupa? " Mas Pandu memegang pundakku.

"Tidak mungkin kamu masuk rumah tanpa membuka gerbang kan? " "Aku tau kamu! Dan jangan coba bohongi mas mu ini!! " Aku terpaku tak bergerak, sementara Dhani yang sedari tadi di belakangku hanya bisa menghela nafas panjang mendengar penuturan kakakku.

" Aku lapor dulu, setengah jam lagi kita flight dengan jet mu! Banyu yang akan menjadi pilotnya! Jangan membantah!!!"

Mas Pandu berlalu meninggalkan kami menuju officer. Dan aku kembali ketempat semula,menunggu flight selanjutnya. Sesaat hati ini terasa sakit, mengingat aku tidak bisa memilikinya. Aku yang terlalu meninggikan ego! Hanya karna dia adik rivalku, aku menjauhinya.