Zhou Shi langsung terdiam dan dengan jelas mengonfirmasi dugaan Fei Fei itu, bahwa dia memang belum membayar uang sekolah nya. Dan kini dia harus berjuang untuk mendapatkan uang. Astaga! Lagi?! Dia kan melakukan banyak pekerjaan, lalu ke mana saja uangnya melayang?
Tentu saja untuk membeli berbagai macam peralatan melukis dan memahat. Baiklah, baiklah. Fei Fei mengerti tentang itu. Tapi masalah biaya kuliahnya, bukankah orang tua Zhou Shi yang membiayainya?
"Aku tidak minta. Aku sendiri yang memutuskan untuk masuk ke universitas seni yang mahal dan melawan kehendak mereka. Jadi bagaimana bisa aku meminta uang dari mereka? Lagipula, kau tahu sendiri bagaimana kondisi keluargaku."
"Waktu itu kau tidak bilang-bilang. Astaga! Kupikir kau butuh menabung untuk membeli baju, tas, dan makeup. Hanya demi berada satu kota bersamanya (Ming Cheng), kau mengorbankan segalanya."
"Tidak segitunya kok."
"Memang seperti itu! Kau melakukan banyak hal untuk dia, apa dia mengetauinya? Terakhir kali kau gagal menyatakan cintamu pada hari valentine Cina. Sekarang, entah sampai kapan kau harus menunggu."
Baru dibicarakan tiba-tiba Ming Cheng mengirim chat ke Zhou Shi dan menyuruhnya untuk datang menemuinya.
Zhou Shi kontan sumringah. "Mungkin aku cuma narsis. Tapi kurasa dia tahu. Setiap kali aku ada masalah, dia selalu muncul. Kak Ming Cheng kan pintar, dia seharusnya mengetahuinya, kan?"
Fei Fei manggut-manggut prihatin mendengarnya. "Iya deh, iya. Semua yang kau katakan benar. Baiklah, pergilah dan cari orang yang bisa membangkitkan kekuatanmu itu."
Zhou Shi dengan polosnya mempercayai ucapan Fei Fei itu lalu pergi dengan penuh semangat. Fei Fei geleng-geleng kepala melihat itu, semoga saja dirinya sendiri tidak akan pernah mengalami yang namanya memendam perasaan pada gebetan.
__
Wei Qing menemui psikolognya dan menceritakan liburannya yang ternyata lumayan sukses. Tapi Psikolog tak percaya, dia sudah membaca weibo-nya Ran Yu yang penuh dengan curhatan masalah cintanya. Semua postingannya mengisyaratkan kalau dia bertemu dengan cowok jahat. Dan Wei Qing malah bilang kalau hasilnya lumayan sukses?
"Orang yang berhasil denganku bukan dia, melainkan gadis lain yang ingin dia gantikan."
"Lalu apa kau yakin dia adalah gadis yang kau cari-cari itu?"
"Sekitar 99%, kecuali kalau dia punya identitas rahasia lain."
"Apa gadis ini adalah mangsa yang mudah?"
"Dia biasa. Akan butuh waktu sekitar satu bulan jika tidak ada aral melintang."
"Sepertinya kau sudah menemukan kelemahannya. Berapa banyak kelemahannya?"
"Tidak banyak. Tapi masalah terbesarnya adalah... dia miskin."
__
Zhou Shi lari secepat mungkin ke tempat yang ditunjuk Ming Cheng dengan senyum lebar tersungging di wajahnya dan mendapati Ming Cheng sedang tanding baduk.
Zhou Shi terpana menatap gebetannya itu, dia benar-benar tampan saat sedang serius. Pemandangan yang membuat Zhou Shi teringat masa remaja mereka, saat itu dia begitu terpesona pada Ming Cheng yang sangat tampan saat sedang mengajarinya.
"Mau berapa lama kau berdiri di situ?" Sapa Ming Cheng tiba-tiba dan otomatis menyadarkan Zhou Shi dari lamunannya.
"Kak Ming Cheng, kenapa kau memanggilku datang kemari?"
"Kudengar kau menerima beasiswa. Baguslah." Ujar Ming Cheng lalu mengusap sayang pipi Zhou Shi. "Shi Shi-ku akhirnya sukses."
Jelas saja Zhou Shi makin berbunga-bunga mendengarnya. Tapi tiba-tiba Ming Cheng malah menuntut Zhou Shi untuk mentraktirnya makan malam, soalnya kan Zhou Shi sudah dapat beasiswa, jadi Zhou Shi harus mentraktirnya.
"Kak, aku sedang bokek sekarang."
Ming Cheng tak mau tahu. Justru di saat seperti ini, Zhou Shi harus makan lebih banyak. Bisa makan itu rezeki loh. Dia hanya akan terlihat elegan kalau dia makan banyak.
"Aku tahu sebuah restoran yang enak. Ayo!" Ming Cheng langsung menyeret Zhou Shi pergi.
....
Ning Fei, pria muda yang ditemui Zhou Shi di toko alat lukis itu ternyata tinggal di gedung apartemen yang sama dengan Zhou Shi, dan dia juga seorang pelukis.
Dia baru saja menyelesaikan lukisannya saat seorang kurir datang mengantarkan dua buah paket untuknya. Dia agak heran dengan paket kedua. Saat dia membukanya, dia malah kaget mendapati isinya ternyata pakaian dalam wanita. Pfft! Kayaknya salah kirim.🤭😂
....
Di restoran, Zhou Shi makan dengan lahap. Ming Cheng penasaran, Zhou Shi kan sekarang sudah semester akhir, apa dia sudah punya rencana untuk masa depannya?
"Aku tidak tahu, kita lihat saja nanti." Santai Zhou Shi.
"Lalu, apa kau sudah mempertimbangkan untuk mendaftar S2 di Universitas Guang Hua (kampusnya Ming Cheng)?"
Zhou Shi sampai tersedak mendengarnya. "Kau bilang apa? Maksudmu aku?"
"Iya. Masa kau tidak pernah memikirkannya?"
Tapi, Zhou Shi bahkan belum mengambil ujian bahasa Inggris level 4. Kalau dia mendaftar S2, bisa-bisa orang-orang malah akan menertawainya. Tugas sesulit itu, mending Ming Cheng saja yang melakukannya, Zhou Shi tidak mau mempermalukan dirinya sendiri.
"Apa kau tidak pernah berpikir untuk satu kampus denganku? Walaupun latar belakang senimu tidak begitu bagus, tapi kau punya kemampuan."
Ming Cheng terus saja nyerocos panjang lebar menyebutkan berbagai keuntungan jika Zhou Shi mengambil S2 di kampusnya.
Tapi Zhou Shi malah sibuk melamun sendiri, memikirkan ucapan Ming Cheng itu. Kalau dia kuliah S2 di Guang Hua, maka dia dan Ming Cheng bisa melakukan segala hal bersama-sama.
Main game bersama, makan bersama, tidur di perpus bersama, Ming Cheng juga bisa membantunya absen setiap kali dia ingin bolos, dll. Sempurna sekali!
"Shi Shi, apa kau mendengarkanku?"
"Hmm, aku sudah memutuskan untuk melanjutkan S2!"
Ming Cheng senang mendengarnya lalu nyerocos panjang lebar menyebutkan berbagai kegiatan yang bisa mereka lakukan bersama-sama jika mereka satu kampus nanti. Mereka bisa belajar bersama, kuliah bersama, merevisi tugas bersama, dan segala macam kegiatan akademis lainnya. Pfft! Beda banget dari harapan Zhou Shi. Zhou Shi kecewa.
Tapi walaupun awalnya menuntut Zhou Shi untuk mentraktirnya, Ming Cheng tiba-tiba pamit ke toilet sebentar sambil diam-diam membawa tagihan mereka untuk dia bayar sendiri. (Sweet)🤗🤗
Tiba-tiba Zhou Shi ditelepon oleh nomor tak dikenal yang ternyata Ning Fei. Tapi dia bahkan tidak memperkenalkan siapa dirinya dulu dan langsung saja nyerocos gaje tentang daleman. "Punyamu. Motif macan, berenda..."
Jelas saja Zhou Shi jadi bingung dan ketakutan, mengira dia mendapat telepon dari orang c***l dan langsung mematikannya.
Hujan turun saat Zhou Shi dan Ming Cheng selesai makan. Zhou Shi sungguh berterima kasih pada Ming Cheng atas traktirannya hari ini. Zhou Shi kekenyangan banget sampai cegukan berulang kali.
Tiba-tiba mereka bertemu Ran Yu yang sedang bersama cowok lain. Zhou Shi langsung sebel melihatnya. Apalagi Ran Yu menyebutnya sebagai adiknya Ming Cheng.
Zhou Shi tidak terima, dia dan Ming Cheng bukan saudara. Marga mereka saja beda kok. Silsilah keluarga mereka tidak saling berhubungan.
Ran Yu langsung balas nyinyir menyindir Zhou Shi yang cuma seorang mahasiswa dari universitas seni kelas tiga sedangkan Ming Cheng adalah mahasiswa universitas ternama. Jadi tidak mungkin sih Zhou Shi bersuadara dengan Ming Cheng.
"Apa maksudmu itu?!" Kesal Zhou Shi tidak terima.
Ming Cheng dengan cepat menyela mereka dan menasehati Zhou Shi untuk mendengarkan omongan Ran Yu. Zhou Shi mendengarkannya dengan patuh.
"Saat kau mendaftar S2 di Universitas Guang Hua nanti, apapun transportasi yang kau gunakan, kau seperti yang lain begitu kau masuk ke gerbang kampus." Ujar Ming Cheng.
Mendengar itu, Ran Yu dengan nada sok manisnya meminta Ming Cheng untuk tidak salah paham, dia tidak bermaksud apa-apa.
Tiba-tiba Zhou Shi melihat dua orang pria sangar masuk ke dalam mobil itu. Mungkin mereka anak buahnya pria yang nyetir mobil.
Ming Cheng agak cemas melihat pria itu, sepertinya dia mabuk dan langsung nyerocos panjang lebar menasehati Ran Yu untuk berhati-hati. Ran Yu tampak jelas mulai kesal dengan ocehannya dan cuma diam tak menanggapinya.
Setelah Zhou Shi dan Ming Cheng pergi, pria yang bersama Ran Yu itu langsung memberikan instruksi pada kedua pria sangar di belakang. Hmm, sepertinya mereka mau melakukan sesuatu pada Wei Qing malam ini.
Pria itu bahkan memperingatkan mereka untuk berhati-hati agar Wei Qing tidak sampai mengendus jejak mereka. Mereka lalu pergi ke bar untuk melaksanakan misi mereka.
Setibanya di rumah, Zhou Shi membicarakan tentang Ming Cheng. Qiu Jing ternyata juga mengenali Ming Cheng karena mereka satu universitas. Tapi dia heran, memangnya Ming Cheng sepintar itu?
"Tentu saja, dia sangat pintar. Sejak kecil, dia selalu juara satu. Dia bahkan mendapat nilai tertinggi di UAN"
Qiu Jing santai saja. Siapa juga mahasiswa di Guang Hua yang tidak memiliki prestasi semacam itu? Zhou Shi tak percaya mendengarnya, Qiu Jing ngomongin masalah belajar kayak hal itu adalah perkara mudah saja. Dia benar-benar mirip dengan Ming Cheng. Zhou Shi rasa mereka harus saling bertemu.
"Kita lihat saja. Aku tidak tertarik dengan orang yang kepintarannya di bawahku."
Beralih topik, Zhou Shi meminta Fei Fei untuk membantu mencarikannya pekerjaan. Apa saja boleh deh, tak peduli biarpun capek. Soalnya dia berencana mau mengambil S2 semester depan. Jadi dia harus menabung sebanyak-banyaknya.
"Sini kulihat wajahmu dulu. Bisa...bisa, cantik juga. Tidak perlu pakai makeup. Sebentar lagi, kau langsung saja pergi kerja." Ujar Fei Fei. (Hah? Pekerjaan macam apaan tuh?)
Zhou Shi sontak memeluk Fei Fei saking senangnya. Fei Fei lalu menyuruh Zhou Shi untuk ganti baju dan dalemannya sekalian. (Pekerjaannya kok mencurigakan🤔)
Ah, ngomong-ngomong tentang daleman. Di mana daleman motif macan berenda yang dia pesan? Bukankah dia sudah menyuruh Zhou Shi untuk menerima pesanannya itu? Tapi Zhou Shi yakin tidak. Fei Fei jadi tambah bingung. Kenapa paketannya belakangan ini suka menghilang?