6. Tukang sate
Ini malam minggu, bagi para remaja yang mempunyai pacar malam ini adalah malam kesempatan bagi mereka untuk berkencan, tetapi bagi para jomblo malam minggu adalah malam yang paling membosankan, termasuk Luci dia sangat tidak suka dengan malam minggu.
Luci sedang tiduran di kamarnya dengan laptop di depannya dia asik menonton drakor kesayangannya.
Saat sedang asik-asik menonton ada seseorang yang mengetuk kamar Luci.
TOK!! TOK!!
"Dek!" teriak Lina Mamanya Luci.
Luci segera berjalanan menuju pintu kamarnya untuk membuka pintu.
Ceklek!!
"Iya Ma kenapa?" tanya Luci.
"Beliin Mama sate dong yang di di samping supermarket itu," ujar Lina sembari tersenyum ke arah Putrinya.
Luci menghela napas panjang dan dia segera menganggukan kepalanya.
"Lia ganti baju dulu ya Ma," ujar Luci yang kemudian mengganti baju tidurnya dengan hoodie.
"Iya, Mama tunggu di bawah ya" jawab Mama Lina yang melihat Luci mengganti pakaiannya.
"Iya," jawab Luci.
Setelah mengatakan itu Lina langsung pergi kebawah dan Luci dia segera bersiap siap untuk pergi membeli sate Mamanya.
Luci berangkat membeli sate menggunakan sepedanya, sebenarnya Luci bisa membawa mobil hanya saja dia sedang malas nyetir jadilah sekarang dia pergi menggunakan sepedanya.
Saat telah sampai di warung sate yang di katakan Mamanya dia langsung memesannya.
"Haii Mang Dodot!" sapa Luci.
"Eh Neng Lia, udah lama nggak keliatan," ujar Mang Dodot.
"Sekarang Lia lagi sibuk," katanya sembari tertawa.
Mang Dodot pun ikut tertawa.
"Mang Lia pesan sate kaya biasa ya dua porsi di bungkus," ujar Luci.
"Siap Neng duduk aja dulu sambil nunggu," ujar Mang Dodot.
Luci menganggukan kepalanya, sambil menunggu Luci memainkan handphone nya.
"Mang satenya satu di bungkus ya,"
"Siap mas tunggu aja dulu."
Luci yang merasa mendengar suara yang sangat pamiliar baginya di pun mendongakkan kepalanya.
"Aldo!" pekik Luci.
Aldo hanya memandangkan ke arah Luci tanpa bereaksi sedikit pun.
"Lo Neng Lia kenal sama Mas Aldo?" tanya Mang Dodot.
"Ya pasti kenal dong Mang dia kan___
Luci langsung berdiri dan membisikan lanjutan perkataannya kepada Mang Dodot.
"Calon pacar Lia," bisik nya sambil terkekeh.
Mang Dodot yang mendengar perkataan Luci hanya tersenyum.
Sedangkan Aldo dia hanya mengerutkan keningnya, dia bingung entah apa yang di katakan Luci kepada Mang Dodot.
Luci kembali duduk ke tempatnya dia menatap ke arah Aldo yang fokus memainkan ponselnya.
"Aldo," panggil Luci.
Aldo hanya memandangi Luci dengan alis yang berkerut.
"Aldo nggak jalan ya, malam ini kan malam minggu," tutur Luci.
"Nggak," Jawabnya dengan datar.
"Kenapa?" tanya Luci sembari memiringkan kepalanya agar dapat melihat wajah Aldo yang menunduk karna memainkan ponsel.
"Males," balasnya.
"Bohong, bilang aja Aldo nggak punya pacar ya kan," ujar Luci sembari terkekeh.
Aldo tidak mengubris perkataan Luci karna baginya perkataan Luci itu tidaklah penting.
"Neng Lia ini satenya." ujar Mang Dodot sembari memberikan sate kepada Luci.
"Iya mang makasih ya " jawabnya.
"Aldo luci duluan ya babai, good night ya!"kata Luci sembari mengedipkan sebelah matanya.
"Kena saraf tu anak!" batin Aldo
Luci segera pergi menuju sepedanya, saat Luci hendak mendayung sepedanya tiba-tiba sebuah ide terlintas diotaknya.
"Lo Neng Lia kok balik lagi?" tanya Mang Dodot
"Lia lagi nungguin Aldo Mang," ujarnya
Aldo yang merasa namanya di sebut pun mendongakkan kepalanya.
"Kenapa?" tanya Aldo
"Apanya yang kenapa?" Luci bertanya balik kepada Aldo.
"Kenapa lo nungguin gue?" kata Aldo sembari menatap ke arah Luci.
"Ooo soal itu, Luci nebeng pulang ya soalnya ban sepeda Luci bocor," ujarnya.
"Nggak! Lagian rumah kita nggak searah." jawab Aldo dengan cepat.
"Searah kok! kalau kita udah nikah." kata Luci sembari tertawa.
"Gila lo!" jawab Aldo.
"Karna Aldo." jawab Luci sambil tertawa lagi.
Mang Dodot yang mendengar perkataan Luci hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Ini Mas Aldo satenya." ujar Mang Dodot
"Makasih Mang," setelah mengatakan itu Aldo langsung beranjak dari warung sate menuju mobilnya.
Luci pun langsung berdiri dan mengikuti Aldo dari belakang.
"Aldo," panggilnya.
Aldo memutar badannya dengan menaikkan satu alisnya.
"Pliss deh kali ini aja, anterin Luci pulang." ujarnya sembari menyatukan kedua tangannya pertanda memohon.
"Nggak!" jawab Aldo jutek.
Aldo segera masuk ke dalam mobilnya dan dia mulai menyalahkan mobilnya, saat dia hendak melajukan mobilnya tiba-tiba Luci langsung menghadangnya dengan berteriak teriak tidak jelas.
"SAYANG! STOP!" teriak Luci dengan melentangkan tangannya di depan mobil Aldo.
"SAYANG MASA IYA SIH KAMU MAU NINGGALI AKU DISINI!" teriak Luci histeris.
Aldo yang melihat Luci teriak-teriak tidak jelas dia pun segera keluar dari mobilnya.
"Lo apaan sih," ucap Aldo setelah dia sampai di depan Luci.
"MASA IYA SIH KAMU MAU NINGGALI AKU DI SINI, MANA AKU LAGI HAMIL MUDA SAYANG, KAMU NGGAK SAYANG LAGI YA SAMA AKU MANGKANYA KAMU MAU NINGGALI AKU DISINI!" teriak Luci dengan berpura pura menangis.
Banyak orang yang berbisik bisik melihat ke arah mereka berdua.
Aldo di buat pusing oleh tingkah Luci saat ini.
"Mas kasian atu masa iya Istri lagi hamil mau di tinggali sendiri. Kalau Istri hamil itu di jaga Mas jangan di tinggali." ujar seorang Bapak-bapak.
Aldo hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kalau ada masalah di selasaikan baik-baik, jangan di besar-besarkan, apalagi kalian masih muda kasian kalau rumah tangga kalian hancur," sambung seorang ibu-ibu.
Aldo hanya tersenyum canggung menanggapi perkataan ibu tersebut.
Dari ke jauhan Mang Dodot melihat tingkah Luci dia hanya menggelengkan kepalanya sambil tertawa.
"Kamu dengar kan sayang kata ibu-ibu sama bapak tadi," ujar Luci sembari tersenyum kemenangan.
Aldo langsung menarik tangan Luci dan membawanya ke dalam mobil.
DUKK!! Suara pintu mobil di banting dengan keras.
Luci sedikit merasa bersalah atas tindakannya tadi, dia ingin meminta maaf ke pada Aldo hanya saja dia kekurangn rasa keberanian.
Aldo menjalankan mobilnya dengan sangat ngebut dia tidak berbicara sedikit pun kepada Luci.
"Aldo," panggil Luci dengan takut-takut.
Aldo tidak mengubrisnya dia terus melajukan mobilnya.
"Aldo ini bukan jalan ke rumah Luci," ujar Luci.
SHITT!
Aldo mengerem mendadak, mobil telah berhenti, Luci tidak tau di mana sekarang ia berada disini terlihat sangat sepi tidak ada satu pun kendaraan yang lewat.
"Turun!" bentak Aldo.
"Tapi ini bukan jalan ke rum__
"Turun!" potong Aldo dengan menekankan setiap perkataannya.
Luci segera turun dari mobil Aldo dengan kesalnya.
Setelah melihat Luci turun Aldo segera menjalankan mobilnya dan meninggalkan Luci.
Luci terus berjalan dari tadi dia tidak menemukan satupun kendaraan yang lewat, Luci sedikit merasa takut namun dia berusaha untuk tetap berani.
"Tarik nafas buang!" ujarnya.
"Luci kamu pasti berani," ujarnya kepada dirinya sendiri.
Luci terus berjalan, dia merasa ada seseorang yang mengikutinya.
Luci berjalan semakin cepat, orang yang mengikutinya juga berjalan mengejarnya, merasa kondisi sedang tidak aman Luci mutuskan untuk berlari.
Dia terus berlari sampai dia menabrak pinggiran aspal.
"AAAAAA!!!" Teriak Luci dan dia pun terjatuh ke tanah.
Sekarang dia melihat ada dua orang laki laki yang berjalan mendekatinya.
Luci berusaha berdiri namun kakinya terluka karena terbentur pinggiran aspal yang tajam.
"TOLONG!! TOLONG!!! ALDOOO! TOLONGI LUCII!" teriak Luci entah bagaimana dia bisa menyebut nama Aldo saat ini.
"BANG AAN!!" teriaknya lagi.
Luci menangis saat melihat orang itu semakin dekat.
BUKK! suara pukulan sesuatu.
Luci melihat Aldo sedang menatap ke arahnya.
Dengan satu pukulan kedua orang itu langsung tumbang
"Aduhh," kata satu dari orang yang terjatuh itu.
"Kenapa kamu pukul kita dek," kata salah satu dari mereka dengan khas suara jawa.
"Ha?" kaget Luci.
"Kita bukan orang jahat, kita tukang jaga pos ronda!" kata bapak yang berkepala botak.
"Maaf Pak, saya kira bapak orang jahat." kata Aldo meminta maaf.
"Saya tadi liat adek ini sendiri, kata teman saya dia mau diri mangkanya kita ngikutinya diam-diam terus tiba-tiba adek ini teriak-teriak saya kira orang gila!" ujar bapak-bapak yang membawa sarung di lehernya.
"Maaf Pak," ujar Luci.
"Iya nggak papa, lain kali jangan sendirian lagi ya Dek, nanti ada orang jahat." kata bapak itu.
"Iya Pak, sekali lagi saya minta maaf." kata Luci sembari tersenyum.
"Kita duluan ya Dek," pamit bapak-bapak itu.
"Iya Pak!" jawab Luci.
Luci menatap kakinya yang kini tengah berdarah, dia menelan silvanya susah payah, rasanya sangat nyeri.
Aldo menatap ke arah raut wajah Luci yang kini tengah ke sakitan.
Aldo berjongkok di hadapan Luci, dia menatap ke arah Luci yang kini tengah menangis dalam diam.
"Gue kira lo cewek kuat," kata Aldo membuka suara.
"Sekuat-kuatnya cewek pasti bisa rapuh juga." jawan Luci dengan suara serak.
Niatnya Aldo ingin menghibur Luci, tetapi seperti keadaan Luci sedang tidak baik untuk saat ini.
"Ayo," kata Aldo mengulurkan tangannya.
"Luci bisa sendiri," jawabnya yang kemudian berdiri dan berjalan tertatih-tatih.
Aldo segera mengsejajarkan langkahnya dengan Luci, dan dia merangkul bahu Luci kemudian membawanya memasuki mobil Aldo.
Aldo membuka pintu untuk Luci. "Maaf," ujar Aldo.
Seketika rasa marah Luci kepada Aldo langsung hilang. "Luci yang salah," katanya sembari tersenyum kemudian masuk ke dalam mobil Aldo.
"Sama-sama salah," gumam Aldo yang kemudian memasuki mobilnya dan melajukan mobilnya.
***
Aldo menghantar Luci sampai ke rumahnya dengan kaki yang telah di perban tadi Aldo ingin membawa Luci ke rumah sakit, tapi Luci tidak mau jadilah Aldo membawanya ke puskesmas terdekat.
"Makasih ya Do," kata Luci.
"Hmm," jawab Aldo yang kemudian segera menjalankan mobilnya.
"Assalamualaikum Ma," salam Luci saat memasuki rumah.
"Waalaikumsalam kenapa lama banget," ujar Mama yang belum jelas melihat kaki Luci.
"Astaga Lia kamu kenapa?" tanya Mama yang panik
"Jatuh dari sepeda Ma, maaf Ma satenya jatoh." kata nya kepada Mama.
"Satenya nggak penting, kamu nya yang penting." jawab Mama Lina.
"Sepeda Luci masih di tempat Mang Dodot Ma," ujarnya.
"Nanti Mama suruh Abang ngambil sepeda kamu," jawab Mama.
Luci tersenyum ke arah Mama nya. "Luci ke atas dulu ya Ma," pamitnya.
"Sini Mama bantu," kata Mama yang merangkul pundak Luci.
.
.
.Bersambung
salam
@hyo.yolan