5 Agustus 2019...
Seorang murid yang berasal dari suatu sekolah kejuruan yang berada di kota Bandung bernama Rahman mendirikan sebuah kelompok yang diberi nama "Orang-Orang Terpilih." Dia mengajak beberapa orang temannya untuk menjadi anggota kelompok itu. Mereka merupakan kelompok yang paling kompak dan mempunyai sifat solidaritas yang sangat tinggi. Anggota kelompok itu semuanya merupakan laki-laki dan mencangkup setengah dari murid laki-laki di kelas mereka.
Pada bulan Maret hingga Desember tahun 2020, mereka sempat tidak berkumpul dikarenakan sebuah virus yang sangat mematikan masuk ke negara Indonesia yang bernama "Covid-19" atau lebih dikenal dengan nama "Coronavirus." Walau mereka terpisah jarak, namun komunikasi antar anggota Orang-Orang Terpilih berjalan dengan baik.
Pada bulan Januari tahun 2021, mereka akhirnya dapat berkumpul kembali dan bercengkrama antara satu dengan yang lainnya.
Singkatnya, pada bulan Juli tahun 2022 mereka lulus dan merayakannya bersama-sama di sebuah kafe yang tak jauh dari sekolah.
Juli 2025...
Mereka berkumpul di suatu rumah makan khas sunda di daerah Punclut untuk melaksanakan acara reuni kecil-kecilan setelah 3 tahun lulus dari sekolah.
"Sudah 3 tahun kita lulus dari sekolah kita, bagaimana kabar kalian semua? Sudah mendapatkan pekerjaan?" tanya Rahman.
"Belum, ada yang menganggur dan ada pula yang melanjutkan kuliah," kata salah seorang di antara mereka. Orang itu menggunakan kacamata bundar dan berperawakan sedang.
"Hmmm, sebenarnya aku pun masih belum mendapatkan pekerjaan," kata Rahman.
Mereka kemudian bercerita bagaimana susahnya mencari kerja pada saat itu mengingat jurusan mereka saat sekolah adalah TKJ dan pekerjaan untuk mereka sudah sangat langka. Bahkan, ada anggota yang bekerja sebagai pelayan di sebuah kafe untuk makan sehari-hari.
Tiba-tiba, ada beberapa orang mendatangi mereka dan mulai memeras mereka. Rahman dan yang lainnya menolak dan membuat orang-orang itu mulai mengeluarkan senjata mereka. Para pelanggan yang berada di sana ada yang menjerit bahkan melarikan diri dari rumah makan itu, bahkan para pegawai yang berada di sana tidak bisa berbuat apa-apa.
Akhirnya, dengan terpaksa Rahman dan yang lainnya patungan dan memberikan uang itu kepada orang-orang itu dan mereka pun kemudian pergi.
"Cih! Preman-preman sialan! Ingin sekali aku memberantas mereka," kata salah seorang teman Rahman. Dia berkulit kecoklatan dan memiliki wajah yang garang bagai seekor singa yang sedang mencari mangsa.
Kemudian, ada satu orang mendekati mereka lagi. Tapi, orang itu tidak terlihat mempunyai niat jahat sedikit pun.
"Apa tadi ada yang bilang ingin memberantas preman-preman itu? Aku bisa membantu kalian," kata orang itu.
Rahman dan yang lainnya kebingungan dan merasa kurang percaya dengan perkataan orang itu. Salah seorang dari mereka menanyakan siapakah gerangan orang itu dan orang itu memperkenalkan dirinya dengan nama Ardika.
"Jadi, bagaimana kau bisa membantu kami memberantas preman-preman itu?" tanya Rahman.
"Sederhana, kalian ikut denganku. Tenang saja, aku tidak punya niatan jahat pada kalian," kata Dika.
Mereka semua pun kemudian mulai mempercayai perkataan Dika. Setelah selesai menyantap makanan yang mereka pesan di sana, mereka pun kemudian pergi bersama Dika ke suatu tempat.
"Baiklah, semuanya. Selamat datang di Black Sword Intelligence," sambut Dika.
Rahman dan yang lainnya takjub karena baru pertama kali melihat markas Black Sword Intelligence. Itu dikarenakan markas ini baru dibuka dan dijalankan selama 6 bulan.
Dika mengajak kelompok itu masuk ke dalam markas itu dan membawa mereka berkeliling di sekitar bangunan itu. Setelah selesai, Dika mulai menjelaskan alasannya mengajak Rahman dan yang lainnya kemari.
"Kalian tadi ingin memberantas preman-preman seperti mereka bukan? Aku butuh bantuan kalian," kata Dika.
"Apa yang harus kami lakukan?" tanya Rahman.
"Sebelum aku menjelaskannya lebih lanjut, aku ingin memastikan apakah kalian benar-benar serius ingin membantuku?" tanya Dika.
"Ya, kami serius," kata Rahman.
"Perkenalkan diri kalian terlebih dulu, sedari tadi kita berbicang aku tidak mengetahui nama kalian," perintah Dika.
Lalu, mereka mulai memperkenalkan diri. Dimulai dari Rahman dengan postur tubuh agak tinggi dengan potongan rambut seperti seorang anggota tentara, lalu ada Dimas dengan ciri khas kacamata bundarnya dengan potongan rambutnya yang tipis. Ada juga Dicko, Fauzan, Adit, Gun Gun, Sandi, Adit, Yodha, Zacky, Dhani, Ihsan, Rasya, Aris, dan juga Aldan.
"Baiklah, aku akan menjelaskan apa yang akan kalian lakukan. Sebenarnya, ada sebuah geng yang sangat ini aku berantas karena mereka sering meresahkan masyarakat. Geng itu bernama Tiger's Fang. Tugas kalian adalah mencari informasi mengenai ketua dari geng Tiger's Fang dan apa saja yang akan mereka lakukan dalam waktu dekat," jelas Dika.
Rahman dan yang lainnya mengerti apa yang harus mereka lakukan dan mulai membuat sebuah rencana agar tugas mereka berjalan dengan baik. Kemudian, mereka pun memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing dan sepakat agar besoknya mereka berkumpul di daerah Pahlawan yang kebetulan lumayan dekat dengan rumah Rahman dan yang lainnya.
Keesokan harinya, sesuai janji mereka berkumpul di daerah Pahlawan pada jam 10 pagi.
"Kira-kira, apa yang akan kita lakukan untuk mendapatkan informasi dari geng Tiger's Fang?" tanya Dimas.
"Sederhana, aku ingin kita dibagi menjadi 2 tim. Tim pertama akan berpura-pura masuk ke dalam geng itu dan mencari informasi langsung dari dalam, sementara tim kedua akan mencari informasi dari luar. Bagaimana?" jelas Fauzan.
Mereka pun terdiam sejenak untuk memutuskan apakah setuju dengan rencana Fauzan ataukah tidak. Setelah beberapa saat, Rahman dan Dimas serentak menyetujui rencana yang dibuat oleh Fauzan kemudian yang lainnya ikut menyetujuinya.
Mereka pun bersiap-siap pergi menuju markas Black Sword Intelligence dan menjelaskan rencana itu pada Dika. Ia juga memikirkan sejenak apakah rencana itu akan berhasil ataukah tidak. Setelah beberapa saat, Dika pun menyetujui rencana itu.
"Kapan rencana yang kalian buat ini akan kalian laksanakan?" tanya Dika.
"Sekarang," kata Fauzan.