Happy reading!
Blank!
Naren pasti tahu bagaimana tubuhku merespons sentuhannya. Ah sial! Bukan aku menyerah dengan keadaan, tapi bukankah ini sudah semestinya?
Aku menikmati sensasi saat hidung Naren menyentuh kulitku. Dengan tangan bergetar aku mengusap dada bidangnya. Dan rasanya benar-benar excited saat telapak tanganku bergesekan langsung dengan kulitnya. Perutku semakin tergelitik karenanya.
Ciuman Naren semakin menuntut. Aku hampir tidak bisa mengimbangi. Tangannya turut aktif bergerak melucuti piyama yang masih utuh menempel pada tubuhku.
Dia menjauhkan bibirnya sesaat, dan menatapku dengan pandangan berkabut. "Apa kamu sudah siap? Kali ini aku nggak akan banyak berpikir lagi, Kanya. Kamu milikku."
Aku memang sudah menjadi miliknya sejak hati ini memantapkan diri untuk hidup bersamanya.
Naren membuang penutup terakhir yang melekat di tubuhku. Semua dilakukannya sangat lembut dan hati-hati. Dan aku menyukai cara Naren memuja tubuhku, mengukur setiap jengkalnya.
***