"Bukan karena alasan apa pun, apalagi hanya karena aku dan Kanya tidur di tempat yang sama. Mama dan Papa akan datang ke rumah Kanya memang sudah pada seharusnya. Aku mencintai Kanya. Dari dulu, sekarang, atau pun nanti." Naren bersuara. Dia memandang satu per satu keluarganya.
"Papa tahu 'kan apa yang akan terjadi jika Papa masih berkeras hati dengan keinginan Papa?" lanjut Naren membuat Om Damian bungkam.
Kepalaku masih menunduk. Sedikit tidak mengerti dengan perkataan Naren yang terakhir. Memangnya apa yang akan terjadi?
"Papa seperti nggak pernah muda saja," celetuk Arsen.
"Sudah, sudah. Lanjutkan sarapan kalian," ujar Tante Wanda.
Matanya melihatku kembali. "Kanya, Tante dan Om mau datang ke orang tuamu bukan karena kejadian semalam atau apa. Tapi karena memang sudah terencana. Itu sebabnya kami ke sini menyusul kalian. Tante percaya sama kamu, Sayang. Tante sudah lama mengenalmu." Senyumnya terulas dan itu membuatku sedikit lega.