Chereads / Adventure World / Chapter 23 - Lv. 23 - Party

Chapter 23 - Lv. 23 - Party

"Baiklah, sambil menunggu event itu dimulai sebaiknya aku memeriksa sisa update yang ada."

•Trade House•

Akses Trade Market akan dihilangkan di dalam game, atau lebih tepatnya hanya bisa diakses lewat website saja. Sebagai gantinya, akan didirikan sebuah rumah dagang yang disebut Trade House di beberapa kota tertentu.

•Fitur Trade House: •

- Penjualan dengan pajak 5%

- Pembelian dengan harga asli

- Pelelangan di waktu-waktu tertentu

- Pelayanan Bank

- Dll

"Eh ... yahh setidaknya ada sedikit perbedaan. Di website pajak yang harus dibayar 15%, dan di Trade House turun sampai 5%. Dan juga bukankah ini tidak terlalu berlaku untuk pengguna Viviam Pro sepertiku?"

•Teleportation Station•

Di pusat beberapa kota besar akan ada sebuah layanan teleportasi, biaya yang di pasang akan ditentukan sesuai jarak yang ditempuh oleh player.

"Ini akan sangat berguna, mengingat kalau map di game ini luasnya bukan main."

Setelah itu Zen memutuskan selagi dia menunggu event dimulai, ia akan membuat beberapa potion.

"Sepertinya aku juga harus membeli beberapa skill menyerang," gumam Zen.

Ia lalu membuka website game, membuat pengumuman kalau dia akan melayani pelanggan yang berada di pulau Mesaia saja, dan itu pun akan dibatasi pada pelanggan tercepat.

Zen melakukan hal itu bukan tanpa alasan, saat ini dia dikejar waktu oleh event yang mendatang, dan ia juga harus menyisakan potion untuk dirinya sendiri.

Yang terpenting baginya sekarang adalah dapat menghasilkan uang disela-sela waktu seperti ini.

....

"Fyuh~ akhirnya selesai, untung saja semua pelanggan kali ini normal, tidak seperti keparat itu."

Zen pun mengistirahatkan dirinya dengan duduk di suatu gang. Dia juga membuka layar statusnya untuk memasukkan stats pointnya.

Str: 33 » 53

Vit: 12 » 57

Int: 38 » 58

Dex: 33 » 53

Hp: 1.800 » 8.550

Mp: 950 » 1.450

"Ini mungkin akan terdengar aneh untuk beberapa player, entah kenapa aku suka stats yang menyeluruh dan seimbang. Dibandingkan dengan yang fokus pada salah satu stats."

Setelah itu tiba-tiba terdengar sebuah pemberitahuan tentang event yang diumumkan sebelumnya.

[ Event Akan Segera Dilaksanakan, Silahkan Pilih Role Anda ]

» Peserta

» Penonton

"Peserta."

Setelah jawaban singkat dari Zen, tubuhnya langsung bercahaya dan ia juga dipindahkan ke suatu tempat.

....

[ Selamat Datang di ARC City ]

"Pfft ... ARC City? Menggunakan nama perusahaan untuk tempat event, benar-benar sesuatu," pikir Zen.

Satu persatu player mulai bermunculan, Zen mencoba memeriksa map dan ternyata tempat ia berada sangat luas sekali.

"Daripada disebut sebuah kota, ini lebih tepat jika disebut reruntuhan," ucap Zen yang melihat sekelilingnya.

Zen juga menyadari sesuatu kalau tempat yang ia pijak berada di atas langit hal itu dibuktikan dengan adanya pulau-pulau lain yang melayang di sekitar.

Tempat itu memiliki lingkungan dengan nuansa langit malam tetapi tempat tersebut sangat terang karena adanya cahaya bintang.

"Ini tempat terindah sampai saat ini yang pernah kulihat di game."

Zen yang masih menikmati indahnya tempat ia berada disadarkan oleh suara sistem yang muncul tiba-tiba.

[ Event I ]

{Saat ini kota telah dipenuhi oleh berbegai monster tertentu. Player yang telah sampai diharuskan membunuh semua monster yang ada di kota. Setiap monster yang dibunuh akan menghasilkan point. Player yang mati akan didiskualifikasi dari event.}

•Rise of ARC City•

- Syarat: Bentuk Party (Minim 3 Player)

- Quest: Bunuh Para Monster 0/?????

- Point: 0 (Setiap Monster Bernilai 10 point)

- Detail: Dimulai Dalam 10 Menit.

- Hadiah: ???

Setelah pemberitahuan tersebut para player mulai ricuh dan memcari tim untuk mereka sendiri.

Ada yang sudah berkumpul dengan kelompoknya sendiri, ada juga yang berteriak mencari anggota atau sebuah party.

Termasuk Zen, sebagai player yang sudah terbiasa solo ia lebih memilih untuk sendirian. Tapi apa daya jika membentuk party sudah menjadi persyaratam event ini.

Ia sedikit berpikir untuk masuk ke party orang lain, atau membentuk party sendiri dan mencari anggota....

"A-Anu ...." Namun saat Zen berpikir tiba-tiba seorang gadis kecil yang menarik secuil pakaiannya.

"Gadis Miko?!" Kalimat itulah yang dipikirkan Zen saat melihatnya, dengan penampilan gadis kuil, memiliki mata merah yang tajam seperti Zen dan bersurai putih panjang terurai, dan kedua tangannya memegang sebuah tongkat berwarna emas.

"Ada apa gadis kecil?" tanya Zen dengan ramah, tentu saja Zen hanya mempertahankan karakternya sebagai Z saat ini, karena wajah dan tubuhnya masih tertutup topeng dan jubah hitamnya.

"Apa kakak sudah memasuki sebuh party? Jika belum apa kakak mau masuk ke partyku? Kami membutuhkan satu anggota lagi," ucap gadis kecil itu dengan suara yang terdengar agak gugup.

Sebelum menjawabnya Zen menatap gadis itu, yang membuat gadis itu semakin gugup sampai memalingkan wajahnya.

"Oke~ aku akan bergabung dengan partymu," jawab Zen dengan ramah.

Gadis kecil itu juga sangat senang diliht dari raut wajahnya. Zen sebenarnya sempat meragukan kemampuan dari party gadis itu, tapi entah kenapa Zen merasa harus bergabung dengan mereka.

[ Ai Mengundang Anda Memasuki Party, Terima? ]

"Ya."

•Anggota Party•

1. Ai

2. Yuki

3. Celyn

4. Erika

5. Zen

"Aku Ai, kuharap kita bisa bekerja sama dengan baik ya kak ...," ucap gadis itu dengan nada gembira.

"Tentu saja gadis kecil."

"Mmm ... jangan panggil aku gadis kecil, namaku Ai, dan juga jangan anggap aku anak kecil," ucap gadis itu dengan menggembungkan pipinya.

"Baiklah-baiklah," Zen terkekeh dengan tingkah gadis itu yang cukup imut. "Sekarang lebih baik kamu pimpin jalan menuju temanmu yang lain."

Di lokasi yang lain.

"Hei, lihat ada 3 wanita yang terlihat cantik!!"

"Woah bukankah salah satu dari mereka terlihat seperti idol Erika? Atau memang sekedar mirip."

"Ahh dan gadis yang satu itu ... aku seperti pernah melihat wajahnya di sebuah cover majalah."

"Sayang sekali salah satu dari mereka menggunakan topeng, aku penasaran dengan wajahnya."

"Hei kalian, daripada membicarakan mereka dari kejauhan, kenapa tidak mengundang mereka ke party saja?"

"Ya, bos pasti akan senang jika ada wanita-wanita cantik seperti mereka."

Para player pria itu teralihkan dengan keberadaan 3 wanita yang ada di hadapan mereka itu.

Mereka berusaha mengundang para wanita itu ke party mereka, tetapi sayang yang mereka dapatkan hanyalah jawaban acuh tak acuh dan dingin.

"Hentikan!! Menjauhlah dari mereka!!" Tiba-tiba terdengar suara player yang membuat player lain melihatnya.

"Hah! Apa kau punya masalah gadis kecil?" ucap player lain dengan nada yang sedikit membentak.

"Tentu saja, aku satu party dengan mereka. Karena itu menjauhlah."

"Ohh, begitukah ... jika kamu ingin bergabung tidak apa-apa kok, kami juga tidak masalah dengan gadis kecil sepertimu," ucap player pria itu dengan wajah yang terlihat aneh, bahkan teman-temannya juga ikut tertawa.

Ai dan ketiga wanita itu menatapnya dengan tatapan jijik, dan ketiga wanita itu juga mulai mendekat dan berdiri membelakangi Ai.

"Pergilah, kami tidak tertarik satu party dengan kalian," ucap wanita yang memakai topeng dengan nada sinis.

"Ayolah, kalian para wanita terlalu jual mahal. Jika kalian bergabung kami bisa pastikan kalian akan bisa bersantai da—"

"Wah wah wah, bukankah ini wajah-wajah yang terlihat familiar?" Zen yang dari awal hanya memperhatikan pun mulai mengangkat suara memotong ucapan mereka.

"K-Kau ... tidak mungkin."

"Kenapa kau ada di sini?"

Beberapa dari pria itu terlihat takut saat melihat Zen, hal itu tentu saja karena mereka adalah player yang pernah memburu Zen dan berakhir mati di lantai pertama Phyrallo ro Theos.

"Sebaiknya kita akhiri ini dengan baik-baik, atau hal buruk akan terjadi. Oke?" Dengan sedikit memberi tekanan pada ucapannya Zen berhasil membuat mereka bubar dengan sendirinya.

"Akhirnya berakhir, sepertinya menjadi santapan serigala memberi trauma tersendiri pada mereka," batin Zen.

Dan sekarang Zen berhadapan dengan para player yang akan satu party dengannya. Sesuai dugaannya, mereka semua wanita.

Zen merasa merasa tidak nyaman, apalagi tatapan mereka membuat suasana semakin canggung.

"Ahh ... ini terlihat seperti aku salah masuk party saja," pikirnya saat ini