[Hitungan mundur dimulai!!]
[ 10 ... 9 ... 8 ... 7 ... 6 ...
"Semua orang terlihat tegang. Yah ini mungkin karena jumlah player yang berkumpul di sini," guamam Zen.
5 ... 4 ... 3 ... 2 ... 1 .... ]
"Dan untuk diriku sendiri mungkin ... aku akan menghindari pertarungan terlebih dahulu," lanjut gumam Zen.
[Soul Aura] [Ghost Step]
[MULAI!!!]
Semua player masih siaga, tidak ada satupun yang membuat gerak-gerik sama sekali. Ini seperti, siapapun yang bergerak akan mati seketika.
Di bagian arena yang lain sudah terdengar suara pertempuran, berbeda dengan arena Zen berada.
Tapi ketenangan itu tidak bertahan lama. Tiba-tiba ada beberapa mage yang mengaktifkan skill AOE.
Lantas semuanya pun menghindar, dan keadaan pecah menjadi pertempuran. Hanya ada satu kata yang cocok dengan keadaan di seluruh arena, yaitu 'Kekacauan'.
Sesuai rencananya, Zen menghindari pertarungan. Ia lebih memilih untuk melihat keadaan yang ada.
Ia bisa melihat, kalau ada juga beberapa player berusaha mencoba meraih takhta yang ada di pusat arena.
Tetapi tentu itu tidak akan semudah yang dipikirkan. Sebelum mencapai takhta itu, akan ada player yang mencegahnya dan verakhir dengan pertarungan.
"Yah ... seperti yang kuduga, tidak akan mudah untuk kesana. Setidaknya untuk saat ini," gumam Zen.
Zen masih berkeliling melihat keadaan, dan setelah memikirkan banyak hal. Akhirnya ia mulai memutuskan rencananya.
'Baiklah, jika aku terus berlari seperti ini staminaku akan habis. Untuk mendapatkan banyak point dan takhta itu sekaligus aku harus membunuh banyak player dengan cara seefisien mungkin. Dan tentunya menghemat stamina, untuk perebutan takhta di akhir.'
Masih tetap dalam keadaan mengawasi sambil berpindah-pindah tempat. Zen pun mencoba memeriksa inventorynya, melihat apa ada yang akan berguna. Dan ia terlihat cukup lega setelah melihat isinya.
"Aku masih punya puluhan dinamit tingkat II dan beberapa potion untuk menyerang," ucap Zen setelah memeriksa inventorynya. "Baiklah aku mulai," gumam Zen.
Zen memegang dinamit yang sudah dinyalakan sumbunya. Lalu ia melemparnya ke beberapa player dan tentu saja ia tidak hanya sekedar melempar.
Zen memprioritaskan target yang memiliki penampilan mage atau rogue. Atau lebih tepatnya player dengan minim HP dan Defense.
Tidak hanya itu saja, Zen juga melempar beberapa potion seperti Acid Potion yang memberikan efek korosif, Ignition Potion dengan efek membakar, dan Frost Potion dengan efek serangan beku.
Dan untuk Poison Potion, Zen menggunakan caranya yang seperti biasa. Dengan mengoleskannya ke senjata dan memberikan sedikit tebasan pada setiap player yang ia lewati.
[ Anda mendapatkan point ]
[ Anda mendapatkan point ]
[ Anda mendapatkan point ]
"Hm ... ini bekerja lebih baik daripada yang aku perkirakan."
....
Di bangku penonton.
"Hei ledakan apa itu? Kenapa di tengah-tengah duel senjata muncul ledakan?"
"Oi yang benar saja!! Player yang kudukung baru saja membunuh, mana pointku?"
"Gahh!! Sialan!! Apa-apaan ini? Aku menggunakan seluruh pointku. Dan sekarang telah habis? Bukankah player yang kudukung tadi membunuh?"
Satu persatu protes player bermunculan. Bukan hanya dari pendukung saja, bahkan peserta pun juga.
Itu semua disebabkan oleh satu hal. Karena point yang tidak mereka dapatkan setelah membunuh player.
Dan dalang dari itu semua, siapa lagi kalau bukan Zen. Sejak awal target Zen adalah player yang berada di tengah pertarungan, memanfaatkan jumlah HP mereka yang telah berkurang.
Jadi tidak peduli siapa yang mati, asalkan Zen yang mendapatkan last hit dari barang yang ia lempar, point akan menjadi miliknya.
"Huh ... menggunakan racun tidak terlalu efektif. Dengan damage yang bertahap, akan sangat susah untuk mendapatkan last hit," gumam Zen.
Teriakam player baik dari arena atau banglu penonton masih saling bersautan. Banyak player yang tidak mengetahui hal yang telah dilakulan Zen, tapi tidak sedikit juga yang mengetahui dan diam-diam mendukungnya.
[ Seorang player mulai mendukung anda ]
[ Seorang player mulai mendukung anda ]
[ Seorang player mulai mendukung anda ]
[ Seorang player mulai mendukung anda ]
"Kuakui kalau caraku memang cara yang bisa dianggap kotor atau buruk. Tapi, bagiku inilah yang disebut dengan strategi." Setelah itu Zen pun kembali menghilang. Membaur diantara kekacauan para player, dan mencari mangsanya.
....
Sekitar hampir satu jam berlalu. Player di arena semakin banyak yang tumbang, dan Zen sejauh ini telah membunuh cukup banyak player.
Sorakan penonton juga tak kalah ramainya dengan arena. Sorakan itu pula yang membuat suasana menjadi semakin menegangkan.
"Oh ... aku tidak sadar kalau arenanya mulai longgar, dan ...." Zen mengalihkan pandangannya ke takhta. "Masih belum ada yang duduk disana ternyata."
"HAAAAAA ...."
Seorang player membawa greatsword, dan tubuh yang tertutup rapat oleh heavy armor berlari ke arah Zen.
Saat Zen melihat gerakan player itu ia berpikir, "Yang benar saja, gerakanmu sangat mudah terbaca jika seperti itu."
[Armament]
Saat player itu mulai semakin dekat, dia mulai mengaktifkan skill. Terlihat dari senjatanya yang menjadi bersinar.
"Huh ... baiklah, kuakhiri langsung saja."
[Heavy Slash]
Greatsword player itu mulai bercahaya, dan saat greatsword itu berayun ke arah Zen, sesuatu terjadi.
[Line Slash]
Skill player itu terbatalkan karena serangan Zen mengenainya terlebih dahulu.
"T-tidak mungkin," ucap player itu yang tidak percaya.
"Huh ... yang benar saja?" ucap Zen yang terkejut, disusul oleh player itu yang terlempar.
"Seperti yang kuduga, player dengan pertahanan tinggi tidak akan mati begitu saja walaupun terkena serangan di titik vital," ucap Zen yang mengingat kembali saat katananya berhasil menyentuh leher player itu.
Zen tetap melanjutkan serangannya. Kali ini ia yang mendekat terlebih dahulu, dan serangannya ini akan menjadi serangan penghabisan.
[Line Slash]
Tepat saat player itu baru berdiri, katana Zen sudah berada tepat di lehernya dan HP miliknya pun lenyap seketika. Lalu sambil memandangi katananya Zen bergumam, "Cukup mudah ternyata."
"Tes ... tes ... aa ... aa .... Oke, maaf mengganggu pertarungan kalian aku ada sedikit informasi. Karena suatu hal, peraturan dalam game ini akan sedikiy berubah. Yang pada awalnya game akan berakhir saat player di sebuah bagian hanya tersisa satu.
"Kali ini akan diubah menjadi, game akan berakhir dalam 10 menit. Untuk player yang menginginkan hadiah special, maka dia harus bisa bertahan sampai detik terakhir di atas takhta. Baiklah itu saja maaf mengganggu, sampai jumpa ...."
Untuk sesaat pertarungan berhenti karena kemunculan seorang gadis, siapa lagi kalau bukan Erika.
Dia dengan tiba-tiba mengumumkan perubahan peraturan dalam game di tengah-tengah banyaknya pertarungan.
Untuk sekian detiknya para player terdiam, seperti mereka berusaha mencerna informasi yang datang.
Dan di detik berikutnya mereka langsung berbondong-bondong pergi ke arah takhta. Dan disetiap kesempatan akan mereka gunakan untuk saling menjatuhkan satu sama lain.
"Hah ... dasar, bisa-bisanya dia membuat kekacauan ini semakin menjadi-jadi."
Satu persatu player tumbang, dan kecepatan berkurangnya player kali ini lebih cepat daripada waktu sebelumnya.
Karena ada beberapa player yang melihat ini sebagai lahan untuk menambah point. dengan jumlah player yang membuat keadaan saling berdesakan, banyak player yang menyerang dari belakang, termasuk Zen sendiri.
"Yah ... kurasa ini akan berakhir lebih cepat," gumam Zen.
....
[04 : 30]
Waktu masih terus berjalan, dan Zen masih belum mendapatkan kesempatan untuk menduduki kursi takhta yang ada di depannya.
Lalu secara kebetulan, seorang player mage yang beruntung bisa mencapai takhta itu. Dan saat ia mensudukinya muncul sebuah hempasan yang sangat kuat hingga membuat player yang ada di sekitar terdorong menjauh.
Lalu tanpa membuang waktu player itu menggunakan skillnya untuk membuat sebuah pertahanan.
[The Great Wall]
Sebuah dinding tanah raksasa menutupi 180° bagian belakang dari takhta yang player itu tempati, hal itu membuat jalur para player terblokir dan ia bisa fokus menahan serangan yang ada di depannya.
Zen yang melihat hal itu cukup terkesan. Memang sewaktu-waktu dinding itu akan hancur, tapi melihat sisa waktu, setidaknya itu cukup untuk bertahan.
"Tapi, semenjak kau adalah mage ... kau tidak akan bertahan lama." Zen mulai maju, dengan sebuah potion di tangan yang telah ia minum. Lalu keberadaannya pun mulai menghilang tak terlihat.
Menyelinap di kumpulan para player yang saling berdesakan, Zen berhasil secara lancar melewati mereka semua tanpa diketahui seorangpun.
Potion Invisibility I hanya memiliki batas waktu 15 detik, dan dengan waktu sesingkat itu Zen harus berhasil merebut posisi kursi takhta.
Zen berhasil mendekat dari sisi dimana serangan earth mage itu tidak datang sama sekali. Dan saat Zen merasa jaraknya cukup dekat, ia memulai aksinya.
[Line Slash]
Tanpa pertanda, tanpa peringatan, kepala mage itu lepas dan mati seketika, bersamaan dengan penampilan Zen yang terlihat kembali.
Sekali lagi hempasan kuat muncul dari takhta. Semua yang melihatnya tediam dan di dalam kepala, mereka bertanya-tanya.
"Bagaimana bisa hanya satu serangan?"
"Sejak kapan dia di sana?"
"Kenapa tidak ada yang menyadarinya?"
"Siapa dia?"
[03:55]
Sekarang Zen hanya harus bertahan dari waktu yang tersisa.